Thursday, March 6, 2008

ci...il

KEGALAUAN dan kegelisahan menyaksikan kehidupan politik yang menjemukan dan tanpa arah membangkitkan Sjahrir untuk menggagas dan mengusahakan sebuah Indonesia Baru. Perhimpunan politik dengan nama Perhimpunan Indonesia Baru kemudian dideklarasikan di Jakarta, 22 Maret 2001.

Pada mulanya adalah keinginan untuk menyaksikan sebuah kehidupan politik yang sehat, bersih, dan dinamis. Reformasi adalah spirit yang kita tebarkan bersama dengan satu maksud: membangun sebuah Indonesia Baru, yaitu Indonesia yang demokratis, berkeadilan, dan majemuk.

Tumbangnya Orde Baru disambut gembira dengan harapan dan keinginan meninggalkan sepenuhnya seluruh kebudayaan politiknya, yaitu otoriter, nepotis, dan koruptif. Reformasi telah menumbuhkan harapan perbaikan. "Akan tetapi, semakin lama kami menemukan kenyataan yang menjemukan. Kehidupan politik makin hari makin tanpa arah. Persaingan antar-elite berlangsung tanpa kontribusi bagi pelembagaan demokrasi," ujar Sjahrir dalam deklarasi Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB).

Membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk menjadikan Partai PIB sebagai partai politik (parpol). Di Hotel Indonesia, 23 September 2003, Partai PIB dideklarasikan. Sekadar mengumpat dan berdiam diri adalah sikap bodoh yang sempurna. Sekadar apatis dan frustrasi adalah sama dengan membiarkan masa depan ditawan oleh kebodohan politik masa kini. Sesuatu harus dilakukan.

Disesaki sosok pemikir seperti Sjahrir, Partai PIB dengan tegas menggariskan ideologinya, yaitu akal sehat. Memperdalam pengetahuan tentang partai yang telanjur identik dengan Sjahrir ini, berikut wawancara dengan Sekjen Partai PIB Laksamana Madya (Pur) Sumitro di kantor Partai PIB yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (4/3).

Apa yang mendasari lahirnya Partai PIB?
Jelas karena kegalauan terhadap kondisi yang berkembang sesudah reformasi. Tampaknya yang menjadi harapan kami adalah perbaikan dari keterpurukan tidak muncul. Bahkan, kebijakan dan perilaku elite eksekutif, yudikatif, dan legislatif tak memberikan harapan yang menggembirakan. Kegalauan ini menumbuhkan idealisme dan semangat. Selama ini mereka yang punya idealisme dan konsep hanya didengar seperti anjing menggonggong kafilah berlalu. Itu bibitnya Partai PIB. Setelah dirasa mempunyai akar yang cukup kuat, dibentuklah Partai PIB.

Apa yang ditawarkan partai?
Dari namanya sudah jelas, Partai PIB menawarkan Indonesia baru yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Dalam upaya itu, ada prinsip awal yang menjadi landasan Partai PIB, yaitu keadilan, demokrasi, dan kemajemukan. Tiga hal itu adalah landasan utama Partai PIB. Keadilan dalam tatanan kehidupan. Demokratis di mana hak semua warga di hadapan hukum sama. Majemuk di mana menghargai dan memberi tempat pada perbedaan. Semua dihargai eksistensinya.

Yang akan dikerjakan dengan konsep ideal itu?
Mempraktikkan politik yang bersih. Politik dalam pengertian seluruh penyelenggaraan tata kenegaraan. Politik yang tidak bersih inilah yang tampaknya menjadi pemicu segala kekacauan di Indonesia. Kami memulai dengan tekad dan semangat untuk memelopori etika politik sederhana. Siapa pun yang duduk di jabatan-jabatan politik haruslah menjadi lebih miskin di akhir masa jabatannya. Sangat ekstrem memang. Siapa pun harus menjadi miskin di akhir masa jabatannya.

Apa siap dan tidak berlawanan dengan tren orang masuk parpol untuk mengangkat derajat ekonominya?
Apakah Pak Sjahrir siap? Apakah saya siap? Sebagai sebuah organisasi saya tak melihat tidak siap. Partai PIB juga mengambil sumber daya manusia Indonesia yang sudah terkontaminasi tren itu. Tetapi, sebagai Sekjen Partai PIB saya siap. Ini yang membedakan kami dengan parpol lain. Kalau tidak berbeda dengan parpol lama, ngapain saya di sini. Ikut partai lama saya sudah pasti dapat nomor di mana organisasinya sudah tertata. Ini bagian dari etika politik yang kami ingin usung.

Untuk menegakkan etika politik itu, kami bekerja keras menumbuhkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Kita selama ini terpuruk di semua bidang kehidupan karena ekonomi dan lapangan kerja sangat kurang. Keterpurukan moral disebabkan pengangguran. Tengoklah, bahkan yang jual shabu-shabu saat ini adalah kalangan bawah dan ibu-ibu. Kenapa? Soalnya mau gimana lagi cari duit. Ini pembenaran mereka. Moral terpuruk karena masalah perut. Ini terjadi di panggung politik.

Langkah riil apa yang akan ditempuh Partai PIB untuk menegakkan etika politik?
Kami menolak bantuan pemerintah kepada parpol. Bantuan itu menyakitkan hati rakyat karena tidak karuan penggunaan uang hasil pajak itu. Bayangkan, saya rakyat yang mendapati bahwa partai yang selama ini ada hanya menipu saya. Apa pertanggungjawabannya kepada rakyat? Tidak ada sama sekali audit untuk apa uang itu? Kami menolak dana yang dikumpulkan pemerintah dari rakyat. Kami minta sumbangan dana kepada rakyat melalui sumbangan anggota. Tidak akan menghamburkan uang pemerintah untuk parpol. Kami tegas menolak. Saya berpikir sebagai rakyat. Saya orang partai. Partai, menurut saya, harus jujur dan amanah. Amanah artinya sesuai dengan suara dan pikiran rakyat.

Dengan program itu, apa yang dilakukan agar Partai PIB mendapat dukungan?
Ada beberapa faktor yang membuat rakyat menentukan pilihannya. Saat ini rakyat tak lagi percaya kepada parpol. Tahun 1999 rakyat punya harapan kepada partai selain Golkar. Semuanya dibantu rakyat kecuali Golkar. Sekarang rakyat berpikir, parpol tidak peduli. Akibatnya, rakyat bertanya apakah partai baru lebih baik? Dengan pemikiran ini kita harus berjuang menarik simpati rakyat. Tetapi, simpati kepada partai baru itu kami yakin ada. Rakyat sudah tahu program, visi, dan misi semua partai itu bagus.

Kami datang menawarkan sesuatu yang lain. Pertama tokoh atau Partai PIB dikenal sebagai partai pemikir. Ketokohan Sjahrir sebagai ekonom cukup terpercaya. Kami mempraktikkan etika politik yang bersih dan tidak mau menerima batuan pemerintah. Hal-hal ini akan kami eksploitasi supaya menjadi perhatian rakyat banyak. Tokoh yang kami ajukan jangan sampai jadi sandungan. Saat ini kami berupaya menyosialisasikan hal itu kepada rakyat calon pemilih. Tetapi, pemilihan nama Indonesia baru itu sudah memberikan sosialisasi pemahaman.

Rakyat melihat parpol dengan sinis. Masih ada harapan mendapatkan dukungan?
Masih. Tidak menutup kemungkinan bahwa yang sudah menentukan pilihan akan berubah dalam Pemilu 2004. Memang menurut survei, 30-40 persen calon pemilih kita belum menentukan pilihannya. Apa yang bingung itu segmen pesantren, perkotaan, atau pedesaan belum terpetakan dengan jelas. Namun, ada kantong- kantong pesantren yang mengarah kepada Partai PIB. Akan ada yang merasa tersinggung jika saya kemukakan pesantrennya. Tak tertutup kemungkinan kami masuk kantong-kantong berbasis agama. Kami intinya umum saja dan tidak bisa mengklaim. Tetapi, ada salah satu partai yang menyatakan prediksi kira-kira kelompok Tionghoa terambil oleh Partai PIB.

Apakah menggarap ke kelompok yang terabaikan?
Persis. Seperti yang kami lakukan untuk menggarap rakyat miskin kota. Kami tidak main-main untuk itu. Kepada para guru, kami juga menaruh perhatian dengan hadir dalam rapat nasionalnya.

Diprediksikan, pemilih tidak akan beranjak dari partai lama meskipun kecewa. Secara realistis bagaimana prediksi perolehan suara Partai PIB?
Prediksi tersebut barangkali tidak salah dan memang banyak benarnya. Melihat data umum, tujuh partai besar dalam Pemilu 1999 mendapat 92 persen suara. Delapan persen suara diambil partai-partai lain. Dengan pemikiran rakyat yang sudah berubah, saya perkirakan partai besar akan mengalami penurunan perolehan suaranya.

Seberapa penurunannya?
Kalau turun tidak akan drastis. Jika dulu 92 persen, sekarang mungkin 85 persen mereka masih dapat. Sisa 15 persen itulah yang diperebutkan partai baru. Kalau diterjemahkan, 15 persen itu sekitar 80 kursi di DPR. Kalau partai baru dapat menyajikan yang baik kepada rakyat, tidak tertutup kemungkinan untuk mendapat 30 kursi. Kuncinya di partai itu sendiri. Kalau dapat 30 kursi saja itu sudah sangat berarti bagi kami.

Tidak terlalu muluk memang. Namun, itulah yang kini dilakukan dan realistis diharapkan partai berlambang senjata cakra ini. Benar apa yang dikemukakan Sjahrir saat mengutip peribahasa Cina: Daripada sibuk mengutuk kegelapan, lebih baik mulai menyalakan lilin.

inu

No comments: