Wednesday, March 12, 2008

cari kerja

SIAPA bilang mencari pekerjaan di Indonesia itu susah? Siapa juga yang bilang mendapat status sosial dalam waktu singkat itu tidak mudah? Tengoklah apa yang dalam bulan-bulan terakhir ini terjadi di seputar hiruk-pikuk pertarungan perebutan kekuasaan oleh kelima calon presiden dan wakil presiden. Sebuah jenis pekerjaan dengan lowongan yang luar biasa banyaknya secara nasional plus status sosial yang cukup mentereng tiba-tiba saja terbuka dan bisa dimasuki siapa saja.

Untuk jenis pekerjaan yang tidak jelas berapa dan siapa yang memberi gaji itu dijual dengan bebas seragamnya di kios setiap pedagang pernak-pernik atau atribut kampanye pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Di depan, di samping, atau belakang seragam itu terdapat tulisan "Tim Sukses Anu", "Barisan Pendukung Anu", dan sejenisnya dengan warna yang umumnya sangat mencolok.

Atas munculnya sejumlah tim sukses yang umumnya sangat militan dan fanatik kepada pasangan yang hendak disukseskannya itu, masing-masing tim sukses resmi yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai syarat pendaftaran sebagai calon presiden dan wakil presiden mengatakan bahwa tim sukses dengan nama yang nyaris sama untuk semua kandidat itu tumbuh dengan sendirinya. Munculnya sejumlah tim sukses itu diklaim sebagai bukti kecintaan rakyat kepada pasangan kandidat.

Anggota Tim Kampanye Megawati-Hasyim Muzadi, Pataniari Siahaan, menerangkan, tim sukses yang resmi didaftarkan ke KPU adalah Tim Kampanye Mega-Hasyim yang merupakan gabungan unsur Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Nahdlatul Ulama (NU) diketuai Sutjipto dengan Sekretaris Heri Akhmadi. Seperti tim kampanye kandidat lainnya, Tim Kampanye Mega- Hasyim ini memiliki struktur hingga tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang didaftarkan pada KPU daerah di tingkatan masing-masing.

Namun, di luar tim sukses resmi yang dilaporkan ke KPU, PDI-P memiliki tim sukses internal yang dinamai Tim Megawati Presiden (TMP) dipimpin Sutjipto dengan Sekretaris Heri Akhmadi. Di luar itu lagi ada ratusan organisasi relawan pendukung Mega-Hasyim dengan tujuan satu dan sama untuk menyukseskan pasangan Mega-Hasyim.

"Jumlahnya per kabupaten/kota itu 3-5 organisasi yang dibuat secara spontan. Tetapi, yang mendapat surat keputusan DPP PDI-P adalah Tim Kampanye Mega-Hasyim dan TMP," tutur Wakil Sekretaris TMP Hasto Kristianto. Pasangan calon presiden dan wakil presiden Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftarkan Tim Nasional sebagai tim kampanye yang strukturnya merambat hingga ke tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tim Nasional yang diketuai Letjen (Purn) Moh Ma'ruf ini berisi lima unsur pendukung, yaitu unsur nonpartai, Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Bulan Bintang, dan unsur tim Kalla.

Seperti yang terjadi pada kandidat lain, di sekitar pasangan Yudhoyono-Kalla muncul sejumlah tim sukses tidak resmi yang tampak lebih militan dan fanatik dalam memberikan dukungan. Dukungan yang diklaim akan diberikan, antara lain menggalang massa dalam setiap kampanye, menjadi relawan di tempat pemungutan suara, menyampaikan informasi yang benar mengenai pasangan ini, dan tugas-tugas lain seputar upaya mewujudkan ambisi kandidat favoritnya.

Mengenai munculnya tim sukses tidak resmi ini, anggota tim kampanye Mega-Hasyim, Siahaan, menjelaskan sulit menghalangi spontanitas rakyat untuk memberikan dukungan karena pada dasarnya pemilu presiden-wakil presiden adalah pemilu langsung oleh rakyat. Pembiayaan mereka juga bersifat swadaya tanpa bantuan dana dari pusat.

"Lagi pula, kalau ditangani Tim Kampanye Mega-Hasyim agak susah karena untuk urusan kampanye ini ada 400-an kabupaten/kota yang membuat kita pusing. Untuk kami sendiri pembiayaannya dari pusat berupa bantuan stimulans saja dan diserahkan kepada daerah masing-masing untuk menyediakannya," kata Siahaan. Hasto Kristianto mengakui memang agak kerepotan mengatur organisasi relawan pendukung Mega-Hasyim. "Seperti cap jempol darah di Surabaya itu di luar instruksi kami. Karenanya, sulit untuk menghentikan aksi mereka karena mereka berada di luar struktur," katanya.

Untuk mengatasi masalah keruwetan ini, masing-masing organisasi relawan pendukung atau tim sukses diminta berkoordinasi dengan tim sukses resmi masing-masing kandidat yang telah dibentuk hingga tingkat kabupaten/kota. Prinsipnya, silakan membuat tim sukses apa pun namanya dan perannya sejauh tidak merugikan dan ada koordinasi dengan tim sukses resmi di tiap wilayah.

SELAIN muncul sejumlah kelompok orang dengan nama tim sukses atau relawan, secara individual keinginan untuk menyukseskan kandidat pujannya juga terjadi. Hasan (62), kelahiran Cikande, Cibeureum, Banjar, Kabupaten Serang, misalnya, mempunyai cara sendiri untuk mendukung dan menyukseskan calon presiden Partai Golkar Wiranto.

Hasan berkeliling-keliling kota dengan sepeda motornya yang unik. Sepeda motornya, Yamaha RX SP tahun 1995, dicat loreng, ditempeli uang logam dari berbagai negara, dan di bagian belakangnya dipasangi aneka pohon. Pada bagian depannya, kemudian ia pasangi foto Wiranto dan Salahuddin Wahid yang menjadi pasangannya. "Saya penggemar berat Pak Wiranto," ucap kakek tua itu saat dijumpai di Lapangan Serang Banten, pekan lalu.

Kalau kelak menjadi presiden, dia hanya berharap Wiranto dan Salahuddin tidak lupa dengan rakyat, selalu menyirami rakyat. "Pohon di motor saya saja terbukti bisa hidup subur kalau terus disirami. Apalagi rakyat Indonesia," ujarnya semangat.

Taufik, Ketua Bala Singo Ponorogo, punya cara lain lagi dalam upayanya menyukseskan pasangan Wiranto-Salahuddin. Pria kekar, yang sehari-hari menjadi pengawal Bupati Ponorogo Markoem Singodimedjo, memberi dukungan dalam bentuk pengerahan massa. Dia kerahkan anak buahnya yang berjumlah sekitar 500 orang untuk meramaikan kampanye Wiranto.

Dukungannya diberikan kepada pasangan Wiranto-Salahuddin karena mereka dicalonkan Partai Golkar. Markoem sendiri merupakan tokoh Partai Golkar yang sangat dihormati.

Kalangan pengusaha punya cara lain lagi dalam memberikan dukungan atau berpartisipasi dalam menyukseskan kandidat yang diharapkannya. Mendekati pemilu presiden, mereka mencoba memberi dukungan dalam bentuk menghadiri sejumlah acara penggalangan dana. Pada acara penggalangan dana di Batam, sekitar 500 pengusaha hadir. "Saya senang bisa mengenal lebih dekat Pak Wiranto," ucap salah satu direktur perusahaan.

Dalam acara pengumpulan dana di tempat lain, di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu kemarin, sebanyak 350 pengusaha hadir memberikan dukungan demi suksesnya pasangan Wiranto-Salahuddin. "Mereka umumnya puas hadir di sini karena terlihat tidak ada satu pun yang pulang sebelum acara selesai," ucap Bromo Utomo, Ketua Panitia Pengumpulan Dana di Surabaya.

Mengenai munculnya pendukung-pendukung fanatik terjadi juga pada pasangan Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo. Lukman, warga Kemayoran, Jakarta, misalnya, dengan biaya sendiri membangun posko Amien Rais. Tidak cukup sampai di situ, dia juga yang memasang atribut kampanye Amien-Siswono. Baliho besar bergambar wajah Amien-Siswono yang tersenyum manis meminta simpati terpampang di salah satu sudut jalan di Kemayoran.

Kecintaannya dan keinginannya untuk menyukseskan pasangan Amien-Siswono diwujudkan juga dengan selalu mengikuti kegiatan Amien Rais di Jakarta. Saat Amien Rais bermain sepak bola dengan kelompok musik Slank, Lukman mengirimkan satu bus berisi suporter pendukung Amien-Siswono dari Kemayoran.

LANTARAN tujuan yang hendak dicapai seluruh tim sukses kelima kandidat adalah memenangi pertarungan dalam pemilu presiden dan wakil presiden mendatang, langkah yang diambil tim sukses kemudian menjadi seragam. Keberhasilan tim sukses kandidat tertentu dengan gerakannya dalam menarik simpati dan dukungan massa seolah-olah menjadi contoh bagi tim sukses kandidat lain untuk segera menirunya.

Ketika upaya melibatkan sejumlah warung makan dinilai efektif untuk memperoleh simpati dan dukungan, tim sukses kandidat lain yang belum melakukan upaya itu lantas bergegas membuatnya. Ketika upaya kampanye dengan mendekati calon pemilih di pusat aktivitas mereka, seperti pasar, mendapat respons positif, tim sukses kandidat lain segera menirunya. Tim sukses bersama- sama pasangan kandidat seolah ingin menjelaskan apa yang dimiliki dan dilakukan kandidat tetangga dilakukan juga olehnya. Tidak usah berpaling ke kandidat lain! Begitu barangkali pesannya.

Upaya tim sukses yang bergerak sendiri-sendiri dengan saling meniru justru membuat calon pemilih bingung dan semakin tidak tertarik karena tidak ada lagi kekhasan yang ditawarkan oleh kelima kandidat. Melihat visi, misi, dan program kelima kandidat yang seragam dalam ketidakjelasannya, calon pemilih makin dibingungkan dengan kerja tim sukses yang hanya saling meniru apa yang dilakukan tim sukses tetangga.

inu/bur sut/mam

No comments: