Menjadi pembicara utama dalam diskusi dengan topik "Indonesia untuk Semua" yang membahas isu etnis dan agama, calon presiden dari Partai Demokrat, Jenderal (Pur) Susilo Bambang Yudhoyono, menjanjikan antidiskriminasi dan membangun kesetiakawanan jika kelak terpilih. Namun, sejumlah peserta diskusi mengkritik tajam janji tersebut karena mereka menilai hal itu tidak sejalan dengan pemikiran dan gagasan calon wakil presidennya, Jusuf Kalla.
"Janji ÆDiskriminasi No, Setia Kawan YesÆ yang Bapak sampaikan memberi kesan tak sejalan dengan orang-orang yang ada di sekeliling Bapak. Bagaimana Anda menanggapinya?" tanya pengamat ekonomi Lin Che Wei yang menjadi penyelenggara acara diskusi yang dipandu anggota tim sukses Yudhoyono, Andi Mallarangeng, itu, Selasa (7/9).
"Saya pilih pembantu saya dalam hal ini wakil presiden melalui pertimbangan yang masak. Saya telah uji masa lalunya, pikiran dasarnya, dan komitmennya. Siapa yang bersama-sama dengan saya akan segaris dengan konsep dasar ini. Tidak perlu ragu dan risau. Salah satu prinsip dasar saya adalah Bhinneka Tunggal Ika," ujar Yudhoyono.
Untuk meyakinkan, Yudhoyono berjanji jika terpilih, dalam 100 hari pertama pemerintahannya, hal-hal diskriminatif, seperti perundang-undangan, akan ditinjau ulang dan diperbaiki.Tidak sejalan Masih mengkritisi janji antidiskriminasi Yudhoyono, sosiolog Universitas Indonesia Melly G Tan juga mengatakan pernyataan Yudhoyono tak sejalan dengan pendapat Jusuf ketika debat calon presiden soal isu perempuan.
Ketika itu Jusuf mengemukakan dengan keras tidak sepakat dengan pendekatan ala Amerika Serikat yang membuka peluang bagi perempuan untuk masuk di semua posisi, yang memungkinkannya untuk berperan lebih luas.
"Berkaca pada janji antidiskriminasi, bagaimana menetralisasi anggapan tak bersahabat running mate Anda soal perempuan yang masih diskriminatif? Kami juga tak akan mendukung pernyataan saja, tetapi uraian mengenai antidiskriminasi itu dalam 100 hari pertama pemerintahan Anda jika terpilih. Kami memiliki 300 kelompok etnis berbeda, enam agama yang diakui pemerintah" tanya Melly.
Namun, Yudhoyono mengatakan, diskusi itu bukan dalam rangka memaparkan langkah 100 hari pemerintahannya. Terkait dengan pernyataan negatif Jusuf mengenai perempuan, Yudhoyono menunjuk KPU yang kurang leluasa memberikan waktu bagi kandidat untuk memaparkan pandangannya hanya dalam 1,5 menit saja. Terhadap ucapan Jusuf, Yudhoyono mengaku telah membuat sejumlah upaya klarifikasi kepada sejumlah kelompok perempuan.
Selain dikritisi mengenai janji antidiskriminasinya, Yudhoyono juga ditanya Ulil Abshar-Abdalla, Koordinator Jaringan Islam Liberal, mengenai komitmennya terhadap umat Islam yang merupakan mayoritas di Indonesia. Yudhoyono memandang, baik agama Islam maupun agama lain di Indonesia, memiliki pikiran dan cita-cita yang sama. Adalah kewajiban negara untuk mengembangkan kehidupan religius sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
"Namun memang, globalisasi membuat interaksi antarkomunitas menjadi dinamis dan memunculkan kelompok- kelompok ekstrem di semua agama, tidak hanya Islam. Saya akan menjadikan semua moderat dalam bingkai toleransi dan harmoni," katanya.
inu
Tuesday, March 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment