Calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Jusuf Kalla mengundang sejumlah tokoh partai politik dan tokoh nasional untuk berdoa bersama bagi perubahan bangsa Indonesia melalui pelaksanaan pemilihan umum presiden putaran kedua, 20 September 2004.
Yudhoyono mengakui, doa bersama itu tidak lepas dari konteks politik dalam upayanya berkompetisi dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri dan calon wakil presiden Hasyim Muzadi.
"Kita bersatu berdoa menjunjung harapan akan masa depan bangsa yang lebih baik, seperti yang kita cita-citakan bersama. 20 September tinggal tiga minggu. Saya berharap rakyat secara bebas dapat menetapkan pilihan, siapa yang akan diberi mandat agar Indonesia lebih baik, makin sejahtera, hukum dan keadilan ditegakkan, keamanan dan ketertiban terpelihara, demokrasi makin matang, dan pemerintahan makin bersih, berkemampuan, dan bertanggung jawab," ujar Yudhoyono sebelum doa bersama di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (2/9) malam.
Doa lantas dibacakan anggota tim suksesnya, Achmad Mubarok, dalam suasana hening.
Sebelum Yudhoyono tampil, pimpinan partai politik yang mendukung Yudhoyono-Jusuf tampil ke mimbar menegaskan posisi politiknya. Berturut-turut tampil Ketua Umum Partai Demokrat Subur Budhisantoso, Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Jenderal (Purn) Edi Sudrajat, Ketua Partai Bulan Bintang Sahal L Hasan, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid.
"Seperti Ibnu Chaldun pernah berkata, bangsa itu seperti manusia yang dapat binasa. Bangsa Indonesia akan binasa jika kita tidak lagi punya harapan. Kita ingin bangsa kita berlanjut. Harapan kita sebagai bangsa hadir dalam perubahan yang kita usung bersama-sama dengan SBY-JK. Mari bersama-sama kita hadirkan perubahan dan melanjutkan reformasi," ujar Hidayat disambut riuh tepuk tangan.
Seusai pimpinan partai politik pendukung Yudhoyono-Jusuf tampil, Yudhoyono mengundang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Alwi Shihab yang datang atas restu khusus KH Abdurrahman Wahid, Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) AM Fatwa, dan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno tampil ke mimbar.
Fatwa dan Alwi menjelaskan keputusan partai mereka sambil menegaskan bahwa dukungan secara "informal" diberikan kepada Yudhoyono-Jusuf. "PAN secara institusi netral dan independen. Tetapi secara operasional PAN mendukung perubahan dan reformasi total," ujar Fatwa.
Sebagai negarawan dan senior, Try yang diberi kesempatan terakhir mengingatkan, di tengah perubahan yang akan diusung, jati diri bangsa, yaitu Pancasila, harus tetap terus dijaga. Try mengingatkan agar musyawarah seperti terdapat dalam sila keempat Pancasila terus dipertahankan.
Doa yang diawali dengan makan malam dan berlangsung akrab tersebut dihadiri juga oleh Mantan Panglima TNI Laksamana (Purn) Widodo AS, Bambang Sudibyo yang mewakili Ketua Umum PAN Amien Rais, AS Hikam, Syaifullah Yusuf, Yenny Abdurrahman Wahid, sejumlah politikus, dan para pemuka seluruh agama yang ada di Indonesia.
Setelah berdialog tentang ekonomi dengan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Jusuf Kalla mengemukakan, bersama Susilo Bambang Yudhoyono dirinya tengah merancang struktur, menetapkan syarat menteri, dan mengidentifikasi calon menteri yang telah masuk.
Menurut Jusuf, jika dalam pemilu mendatang menang, struktur dan komposisi kabinet Yudhoyono tak akan banyak berubah dibandingkan dengan Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri yang mereka tinggalkan.
inu
Tuesday, March 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment