Monday, March 10, 2008

kampanye bersih

ADMIN (22) terduduk lemas di mushala Gelanggang Olahraga Tanjung Duren, Jakarta. Perasaannya kontras dengan massa partai politik yang tiba-tiba datang membeludak memenuhi GOR di lingkungan padat penduduk tersebut. Sambil membenahi alas tidurnya di mushala itu, Admin yang tampak lelah memandang ratusan orang yang tampak gembira meneriakkan yel partai mereka. "Kerja keras lagi deh nanti," ujarnya.

Admin bersama kedua orangtuanya, Nasdaud dan Sukimah, dan seorang saudaranya telah bertahun-tahun menjaga dan membersihkan GOR yang berisi tiga lapangan bulu tangkis tersebut. "Selain menyapu dan mengepel, kami merangkap jadi satpam. Saya sendiri bersama saudara saya tinggal di GOR. Sementara bapak dan ibu tinggal di bedeng di dekat GOR," ujar Admin.

Sementara kampanye berjalan ingar-bingar dan memekakkan telinga, Admin asyik menunggu di kios minuman dan rokok di depan GOR. "Saya baru bisa menikmati kalau ada musik dangdutnya. Selebihnya saya tidak tahu. Pusing denger pidato," ujarnya.

Tidak lama kemudian, ketika pembawa acara kampanye memanggil penyanyi dangdut untuk tampil ke atas panggung, raut wajah Admin terlihat berubah. Sambil menikmati alunan musik, Admin menggandeng tangan anaknya dan menggoyang-goyangkannya. "Lumayan, ada hiburan sebelum kerja keras membersihkan sampah," ujarnya.

Kampanye usai. Selebihnya adalah sampah berserakan di seluruh ruangan GOR. Semuanya seperti cerminan sesungguhnya saat ini, ingar-bingar elite politik berkampanye dan selebihnya adalah janji-janji yang tak lebih dari "sampah" mereka.

Admin yang menjaga dan bertugas membersihkannya bersama bapak, ibu, dan saudaranya itu tak membuang waktu. Dia bersama anaknya bergegas mencari sapu dan tempat sampah untuk membersihkan GOR. Bapak dan ibunya juga langsung membongkar panggung kecil yang ditinggalkan juru kampanye. "Bagus kalau ada kampanye di sini tanpa meninggalkan sampah," ujar lelaki yang telah bekerja di GOR sejak sembilan tahun lalu itu.

"Kalau hanya sampah kering tidak terlalu susah membersihkannya. Yang sering terjadi adalah sampah makanan dan minuman yang menempel di lantai atau poster yang ditempel di sekeliling tembok. Selain susah dibersihkan, biasanya sampah itu meninggalkan bekas di lantai kayu atau di tembok," kata Nasdaud.

Untuk hari Minggu (21/3) lalu, petani penggarap asal Banjarnegara, Jawa Tengah, ini sedikit terhibur di sela-sela tugasnya lantaran mendapat tips sebesar Rp 100.000 untuk mereka berempat dari panitia kampanye. Namun, dua kali kampanye sebelumnya yang meninggalkan sampah menggunung, sepeser pun tidak mereka terima. "Padahal, dua partai itu partai besar pada zaman Orde Baru," ujarnya kecut.

Keluhan ketidakpedulian massa kampanye dan panitia penyelenggara dengan meninggalkan timbunan sampah di arena kampanye disampaikan juga oleh penjaga kebersihan GOR Bulungan. Berusaha menyadarkan massa kampanye, di depan pintu gerbang GOR yang terletak di kawasan Blok M ini ditulisi pengumuman: "Kampanye yang sukses adalah kampanye yang tanpa meninggalkan sampah".

Akan tetapi, pengumuman itu tenggelam dalam janji-janji gombal para jurkam. Dan, sampah pun tetap berserakan, tak terbersihkan, sama seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang juga tak bisa terbersihkan dari negeri ini....

inu

No comments: