Monday, March 10, 2008

semburan kampanye

AIR..., air..., air...!

Teriakan massa yang terpanggang teriknya sinar Matahari di Lapangan Hoki Kuningan, Jakarta, membuat Karsono (53) tidak bisa tenang. Meski tubuhnya telah bungkuk karena termakan usia, pria berkulit legam itu sigap mengarahkan pemancar air yang dipegangnya ke arah massa yang berteriak kepanasan. Seusai air disemburkan dari pemancar, massa tenang kembali berjoget mengikuti goyangan penyanyi berpakaian minim.

Saat massa tenang, Karsono yang bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran sejak tahun 1978 berlindung di bawah panggung kampanye menghindari panas. "Cuma ini yang bisa kami berikan untuk membantu Pemilu 2004. Sejak kampanye terbuka dimulai, pimpinan memerintahkan untuk mengerahkan pemadam kebakaran ke tempat berkumpulnya massa," ujarnya.

Sepanjang Jumat (26/3) lalu, Dinas Kebakaran Jakarta Selatan mengerahkan tiga unit pemadam kebakaran untuk membantu menenangkan massa yang pasti kepanasan. Karsono, tergabung dalam Sektor XI bersama 10 rekan satu unitnya, bertugas menyemburkan air sebanyak sekitar 4.000 liter yang dibawa dalam tangki oranye ke tengah-tengah massa.

Selain ke Kuningan, dua unit pemadam kebakaran lain dikerahkan ke Tebet dan Blok S, Jakarta Selatan. Menurut Karsono, Dinas Kebakaran Jakarta Selatan memiliki 20 unit pemadam. Karena massa kampanye yang diperkirakan turun tidak terlalu banyak, tiga unit pemadam dirasa sudah cukup. "Kami semula mengira massa akan membeludak memenuhi lapangan. Ternyata separuh saja tidak ada," ujarnya sambil menunjuk ke massa PNI Marhaenisme yang baru saja disemburnya dengan air.

Kehadiran unit pemadam kebakaran dalam kampanye terbuka merupakan sumbangan berarti untuk memadamkan emosi massa. Bayangkan jika tidak ada mereka. Panas terik luar biasa. Air kemasan telah habis jauh sebelum kampanye usai. Massa masih bersemangat berjoget lantaran penyanyi berbaju minim dan menggoda.

Tanpa air yang disemburkan di tengah lapangan, massa yang kepanasan bisa bubar. Apalagi harus mendengarkan pidato juru kampanye yang isinya hanya janji dan langkah yang akan diambilnya jika terpilih atau sejumlah pengandaian. "Ayo joget lagi," ujar seorang remaja seusai membasuh kepalanya dengan semburan air pemadam kebakaran.

Melihat massa yang disemburnya dengan air tetap bersemangat meskipun panas, Karsono tampak puas. Pria yang tak pernah lupa dengan tugasnya memadamkan gudang peluru di Cilandak yang meledak tahun 1984 itu merasa telah membantu membuat situasi kondusif seperti sering diminta pejabat tinggi di televisi. "Ini yang nyata bisa kami berikan. Membuat massa tetap merasa tenang di tengah kampanye yang panas," ujarnya.

Sebagai pegawai negeri sipil (PNS) golongan II C, Karsono sadar betul bahwa secara institusional dan ketika menjalankan tugasnya, ia harus tetap netral dengan memberikan pelayanan yang sama kepada partai politik mana saja. "Kami, PNS, diwanti-wanti tak boleh ke sana-kemari. Tetapi soal pilihan nanti, itu rahasia kami," ujar ayah tiga putra ini sambil tersenyum merahasiakan partai pilihannya.

Meskipun saat ini merasa lebih bingung menentukan pilihan lantaran janji-janji partai politik yang nyaris sama, Karsono merasa lebih nyaman karena masa kampanye berjalan aman. Pria yang sebentar lagi akan pensiun ini tidak mendengar ada keluhan ketakutan warga masyarakat untuk keluar rumah pada saat kampanye.

Tanpa disadarinya, semburan air di sela-sela "semburan" janji-janji juru kampanye yang menjemukan turut menyejukkan suasana. Sembur Mang....

inu

No comments: