Dengan dasar survei yang dilakukan 18-24 Maret 2004, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia atau LSI Denny JA terus mengampanyekan popularitas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden yang unggul di antara calon presiden lain. Dengan dasar hasil survei atas sekitar 2.000 responden secara nasional, Denny menyimpulkan bahwa Yudhoyono akan terpilih sebagai presiden, tapi tidak akan mendapat dukungan kuat dari parlemen karena fragmentasi politik di parlemen yang makin luas.
Untuk yang kerap mengikuti diskusi politik dengan Denny JA atau peneliti LSI sebagai narasumber, kesimpulan yang tampak condong mendukung Yudhoyono dengan dasar persepsi mayoritas responden nasional itu membosankan dan partisan. Atas anggapan ini, Denny mengelak dengan mengatakan, LSI juga berkeliling ke sejumlah partai politik lain meskipun sempat diminta Yudhoyono untuk melakukan survei mengenai popularitas dan peluangnya menjadi presiden.
"Hasil survei yang kami lakukan secara berkala atas bantuan Pemerintah Jepang sangat terbuka untuk dimanfaatkan kelompok mana pun," ujar Denny dalam diskusi bertema "Pasangan Presiden dan Wakil Presiden Populer" yang diselenggarakan Public Relation of Society of Indonesia (PRSI) di Jakarta, Jumat (30/4).
Terkait dengan Yudhoyono, Denny mengungkapkan kekuatannya bukan pada mesin politik Partai Demokrat yang relatif masih baru dan hanya mendapat dukungan pemilih sekitar tujuh persen. "Tumpuan SBY pada image (citra) bahwa dia kompeten di bidangnnya, memiliki kepemimpinan yang kuat, demokratis, dan terkesan di atas calon presiden lain. Tetapi image ini mudah rusak jika salah dalam kampanye," ujarnya.
Namun, Denny mengungkapkan, kesalahan tampaknya tak akan dilakukan Yudhoyono karena kehati-hatiannya. Mengenai kampanye negatif yang saat ini gencar dilakukan untuk menyerang Yudhoyono, Denny kembali membela bahwa hal itu dapat menguntungkan. "Melihat masyarakat Indonesia yang mudah simpati, kampanye negatif justru menguntungkan Yudhoyono yang dicitrakan sebagai yang terus-menerus dianiaya," ujarnya.
Soal posisi survei, Denny mengatakan, dalam masyarakat modern tidak lagi diperlukan para ideolog di lingkaran terdekat calon presiden. "Yang paling penting dalam rangka menjual calon presiden adalah tim jajak pendapat dan public relation. Dua tim ini akan menggantikan para ideolog," ujarnya.
inu
Monday, March 10, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment