Tuesday, March 18, 2008

pecah

Sentral Organisasi Kekaryaan Swadiri Indonesia mengkhawatirkan fenomena perpecahan dan keretakan di semua partai politik dan organisasi kemasyarakatan dalam rangkaian Pemilihan Umum 2004, khususnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. Jika tidak disikapi secara arif, perpecahan dan keretakan ini akan bergulir membesar dan mengarah pada ancaman terhadap keselamatan dan kelanjutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Situasi akibat globalisme dan perubahan sistem politik sesuai dengan amandemen konstitusi menimbulkan keretakan yang memecah-belah bangsa. Hampir di semua parpol dan ormas terjadi pertentangan internal dan antarmereka. Secara nasional, fenomena ini menimbulkan atmosfer konflik," ujar Ketua Umum Soksi Oetoyo Usman seusai pertemuan DPP SOKSI, salah satu organisasi pendiri Golkar, di Jakarta, Rabu (8/9).

Menurutnya, keretakan dan perpecahan yang terjadi di semua partai politik (parpol) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) ini merupakan implikasi dari ketegangan antara hak individu dalam demokrasi dan kedudukan parpol dalam demokrasi. "Ketegangan ini tidak bisa dihindari dan harus bisa kita lalui bersama. Jangan sampai yang satu menekan atau mengalahkan yang lain. Diperlukan kearifan dalam menyikapi fenomena perubahan ini," ujar Oetoyo.

Situasi ketegangan yang menimbulkan keretakan dan perpecahan dialami juga oleh negara-negara lain yang telah lebih maju dan modern dalam berdemokrasi, seperti Jepang dan Thailand. Bentuk kearifan dalam situasi seperti ini menurut Oetoyo tidak bisa ditempuh dengan sikap keras memenangkan atau mengamankan keputusan parpol.

"Berkaca pada keretakan di Partai Golkar, situasi itu tidak bisa disikapi dengan pemecatan kepada mereka yang tidak sejalan dengan keputusan partai kecuali secara terang-terangan keluar. Jika sikap keras seperti pemecatan ini ditempuh, situasi perpecahan yang berlarut-larut tidak bisa terhindarkan di masa mendatang," ujarnya.

Ketua Majelis Pertimbangan dan Pengawasan Organisasi SOKSI Suhardiman menambahkan, segenap individu agar menyadari bahwa kebebasan yang diperjuangkan di era reformasi ini bukanlah kebebasan tanpa batas. "Ketika berorganisasi, sesungguhnya kebebasan kita telah kita serahkan kepada organisasi. Ketika organisasi mengambil atau memilih sikap tertentu, proses pertarungan karena perbedaan pendapat dan pemikiran harusnya berakhir," ujarnya.

Terkait tubuh Partai Golkar menyangkut sikap beberapa pengurus pusat Partai Golkar, Suhardiman melihat hal itu sebagai romantika perjuangan. Ia meminta agar pengurus yang berbeda pendapat dengan hasil Rapim Partai Golkar bersikap ksatria menerima keputusan organisasi meskipun mungkin tidak sesuai dengan aspirasinya.

inu

pecah

Sentral Organisasi Kekaryaan Swadiri Indonesia mengkhawatirkan fenomena perpecahan dan keretakan di semua partai politik dan organisasi kemasyarakatan dalam rangkaian Pemilihan Umum 2004, khususnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. Jika tidak disikapi secara arif, perpecahan dan keretakan ini akan bergulir membesar dan mengarah pada ancaman terhadap keselamatan dan kelanjutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Situasi akibat globalisme dan perubahan sistem politik sesuai dengan amandemen konstitusi menimbulkan keretakan yang memecah-belah bangsa. Hampir di semua parpol dan ormas terjadi pertentangan internal dan antarmereka. Secara nasional, fenomena ini menimbulkan atmosfer konflik," ujar Ketua Umum Soksi Oetoyo Usman seusai pertemuan DPP SOKSI, salah satu organisasi pendiri Golkar, di Jakarta, Rabu (8/9).

Menurutnya, keretakan dan perpecahan yang terjadi di semua partai politik (parpol) dan organisasi kemasyarakatan (ormas) ini merupakan implikasi dari ketegangan antara hak individu dalam demokrasi dan kedudukan parpol dalam demokrasi. "Ketegangan ini tidak bisa dihindari dan harus bisa kita lalui bersama. Jangan sampai yang satu menekan atau mengalahkan yang lain. Diperlukan kearifan dalam menyikapi fenomena perubahan ini," ujar Oetoyo.

Situasi ketegangan yang menimbulkan keretakan dan perpecahan dialami juga oleh negara-negara lain yang telah lebih maju dan modern dalam berdemokrasi, seperti Jepang dan Thailand. Bentuk kearifan dalam situasi seperti ini menurut Oetoyo tidak bisa ditempuh dengan sikap keras memenangkan atau mengamankan keputusan parpol.

"Berkaca pada keretakan di Partai Golkar, situasi itu tidak bisa disikapi dengan pemecatan kepada mereka yang tidak sejalan dengan keputusan partai kecuali secara terang-terangan keluar. Jika sikap keras seperti pemecatan ini ditempuh, situasi perpecahan yang berlarut-larut tidak bisa terhindarkan di masa mendatang," ujarnya.

Ketua Majelis Pertimbangan dan Pengawasan Organisasi SOKSI Suhardiman menambahkan, segenap individu agar menyadari bahwa kebebasan yang diperjuangkan di era reformasi ini bukanlah kebebasan tanpa batas. "Ketika berorganisasi, sesungguhnya kebebasan kita telah kita serahkan kepada organisasi. Ketika organisasi mengambil atau memilih sikap tertentu, proses pertarungan karena perbedaan pendapat dan pemikiran harusnya berakhir," ujarnya.

Terkait tubuh Partai Golkar menyangkut sikap beberapa pengurus pusat Partai Golkar, Suhardiman melihat hal itu sebagai romantika perjuangan. Ia meminta agar pengurus yang berbeda pendapat dengan hasil Rapim Partai Golkar bersikap ksatria menerima keputusan organisasi meskipun mungkin tidak sesuai dengan aspirasinya.

inu

antidiskriminasi

Menjadi pembicara utama dalam diskusi dengan topik "Indonesia untuk Semua" yang membahas isu etnis dan agama, calon presiden dari Partai Demokrat, Jenderal (Pur) Susilo Bambang Yudhoyono, menjanjikan antidiskriminasi dan membangun kesetiakawanan jika kelak terpilih. Namun, sejumlah peserta diskusi mengkritik tajam janji tersebut karena mereka menilai hal itu tidak sejalan dengan pemikiran dan gagasan calon wakil presidennya, Jusuf Kalla.

"Janji ÆDiskriminasi No, Setia Kawan YesÆ yang Bapak sampaikan memberi kesan tak sejalan dengan orang-orang yang ada di sekeliling Bapak. Bagaimana Anda menanggapinya?" tanya pengamat ekonomi Lin Che Wei yang menjadi penyelenggara acara diskusi yang dipandu anggota tim sukses Yudhoyono, Andi Mallarangeng, itu, Selasa (7/9).

"Saya pilih pembantu saya dalam hal ini wakil presiden melalui pertimbangan yang masak. Saya telah uji masa lalunya, pikiran dasarnya, dan komitmennya. Siapa yang bersama-sama dengan saya akan segaris dengan konsep dasar ini. Tidak perlu ragu dan risau. Salah satu prinsip dasar saya adalah Bhinneka Tunggal Ika," ujar Yudhoyono.

Untuk meyakinkan, Yudhoyono berjanji jika terpilih, dalam 100 hari pertama pemerintahannya, hal-hal diskriminatif, seperti perundang-undangan, akan ditinjau ulang dan diperbaiki.Tidak sejalan Masih mengkritisi janji antidiskriminasi Yudhoyono, sosiolog Universitas Indonesia Melly G Tan juga mengatakan pernyataan Yudhoyono tak sejalan dengan pendapat Jusuf ketika debat calon presiden soal isu perempuan.

Ketika itu Jusuf mengemukakan dengan keras tidak sepakat dengan pendekatan ala Amerika Serikat yang membuka peluang bagi perempuan untuk masuk di semua posisi, yang memungkinkannya untuk berperan lebih luas.

"Berkaca pada janji antidiskriminasi, bagaimana menetralisasi anggapan tak bersahabat running mate Anda soal perempuan yang masih diskriminatif? Kami juga tak akan mendukung pernyataan saja, tetapi uraian mengenai antidiskriminasi itu dalam 100 hari pertama pemerintahan Anda jika terpilih. Kami memiliki 300 kelompok etnis berbeda, enam agama yang diakui pemerintah" tanya Melly.

Namun, Yudhoyono mengatakan, diskusi itu bukan dalam rangka memaparkan langkah 100 hari pemerintahannya. Terkait dengan pernyataan negatif Jusuf mengenai perempuan, Yudhoyono menunjuk KPU yang kurang leluasa memberikan waktu bagi kandidat untuk memaparkan pandangannya hanya dalam 1,5 menit saja. Terhadap ucapan Jusuf, Yudhoyono mengaku telah membuat sejumlah upaya klarifikasi kepada sejumlah kelompok perempuan.

Selain dikritisi mengenai janji antidiskriminasinya, Yudhoyono juga ditanya Ulil Abshar-Abdalla, Koordinator Jaringan Islam Liberal, mengenai komitmennya terhadap umat Islam yang merupakan mayoritas di Indonesia. Yudhoyono memandang, baik agama Islam maupun agama lain di Indonesia, memiliki pikiran dan cita-cita yang sama. Adalah kewajiban negara untuk mengembangkan kehidupan religius sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

"Namun memang, globalisasi membuat interaksi antarkomunitas menjadi dinamis dan memunculkan kelompok- kelompok ekstrem di semua agama, tidak hanya Islam. Saya akan menjadikan semua moderat dalam bingkai toleransi dan harmoni," katanya.

inu

doa politik sby

Calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Jusuf Kalla mengundang sejumlah tokoh partai politik dan tokoh nasional untuk berdoa bersama bagi perubahan bangsa Indonesia melalui pelaksanaan pemilihan umum presiden putaran kedua, 20 September 2004.

Yudhoyono mengakui, doa bersama itu tidak lepas dari konteks politik dalam upayanya berkompetisi dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri dan calon wakil presiden Hasyim Muzadi.

"Kita bersatu berdoa menjunjung harapan akan masa depan bangsa yang lebih baik, seperti yang kita cita-citakan bersama. 20 September tinggal tiga minggu. Saya berharap rakyat secara bebas dapat menetapkan pilihan, siapa yang akan diberi mandat agar Indonesia lebih baik, makin sejahtera, hukum dan keadilan ditegakkan, keamanan dan ketertiban terpelihara, demokrasi makin matang, dan pemerintahan makin bersih, berkemampuan, dan bertanggung jawab," ujar Yudhoyono sebelum doa bersama di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (2/9) malam.

Doa lantas dibacakan anggota tim suksesnya, Achmad Mubarok, dalam suasana hening.

Sebelum Yudhoyono tampil, pimpinan partai politik yang mendukung Yudhoyono-Jusuf tampil ke mimbar menegaskan posisi politiknya. Berturut-turut tampil Ketua Umum Partai Demokrat Subur Budhisantoso, Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Jenderal (Purn) Edi Sudrajat, Ketua Partai Bulan Bintang Sahal L Hasan, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid.

"Seperti Ibnu Chaldun pernah berkata, bangsa itu seperti manusia yang dapat binasa. Bangsa Indonesia akan binasa jika kita tidak lagi punya harapan. Kita ingin bangsa kita berlanjut. Harapan kita sebagai bangsa hadir dalam perubahan yang kita usung bersama-sama dengan SBY-JK. Mari bersama-sama kita hadirkan perubahan dan melanjutkan reformasi," ujar Hidayat disambut riuh tepuk tangan.

Seusai pimpinan partai politik pendukung Yudhoyono-Jusuf tampil, Yudhoyono mengundang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Alwi Shihab yang datang atas restu khusus KH Abdurrahman Wahid, Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) AM Fatwa, dan mantan Wakil Presiden Try Sutrisno tampil ke mimbar.

Fatwa dan Alwi menjelaskan keputusan partai mereka sambil menegaskan bahwa dukungan secara "informal" diberikan kepada Yudhoyono-Jusuf. "PAN secara institusi netral dan independen. Tetapi secara operasional PAN mendukung perubahan dan reformasi total," ujar Fatwa.

Sebagai negarawan dan senior, Try yang diberi kesempatan terakhir mengingatkan, di tengah perubahan yang akan diusung, jati diri bangsa, yaitu Pancasila, harus tetap terus dijaga. Try mengingatkan agar musyawarah seperti terdapat dalam sila keempat Pancasila terus dipertahankan.

Doa yang diawali dengan makan malam dan berlangsung akrab tersebut dihadiri juga oleh Mantan Panglima TNI Laksamana (Purn) Widodo AS, Bambang Sudibyo yang mewakili Ketua Umum PAN Amien Rais, AS Hikam, Syaifullah Yusuf, Yenny Abdurrahman Wahid, sejumlah politikus, dan para pemuka seluruh agama yang ada di Indonesia.

Setelah berdialog tentang ekonomi dengan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Jusuf Kalla mengemukakan, bersama Susilo Bambang Yudhoyono dirinya tengah merancang struktur, menetapkan syarat menteri, dan mengidentifikasi calon menteri yang telah masuk.

Menurut Jusuf, jika dalam pemilu mendatang menang, struktur dan komposisi kabinet Yudhoyono tak akan banyak berubah dibandingkan dengan Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri yang mereka tinggalkan.

inu

blora center ii

APA yang terjadi dalam sepekan terakhir di Blora Center bisa jadi membenarkan keluhan sejumlah kalangan yang mengaku kesulitan berkomunikasi dengan calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Begitu Letnan Jenderal (Purn) Sudi Silalahi membuka Blora Center yang didedikasikan untuk kepentingan pemenangan Yudhoyono, deras mengalir deklarasi dari berbagai kalangan mendukung Yudhoyono. Blora Center menjadi pusat penguatan citra dan dukungan bagi Yudhoyono. Sebelumnya, penguatan citra dan dukungan tersebar di sejumlah tempat, yang tentu saja jauh dari jangkauan pemberitaan media massa.

Dengan moto "The Friendly Home for The Press" Blora Center yang merupakan markas McLeader (perusahaan konsultan manajemen kampanye) memang tampak berupaya "memanjakan" wartawan. Sehari sebelum kegiatan digelar, staf Blora Center mengirim undangan ke redaksi media massa. Menjelang pelaksanaan kegiatan, seorang staf bersuara sopran biasanya menelepon wartawan untuk konfirmasi kehadiran atau mengingatkan saja.

Letak Blora Center di Teluk Betung 25, Menteng, Jakarta, merupakan pilihan strategis. Posisinya di pusat kota, tetapi jauh dari hiruk pikuk lalu lintas, memudahkan wartawan mencapainya. Tiba di Blora Center yang tampak seperti rumah singgah, wartawan langsung disambut penerima tamu yang ramah mempersilakan masuk. Di dalam ruangan berpendingin ruangan, tersedia sejumlah koran, buku, dan sofa empuk tempat baca.

Di samping ruang baca ditempel papan putih berisi kegiatan Yudhoyono dan Blora Center sehari penuh. Pertanyaan di mana Yudhoyono hari ini langsung terjawab dengan membaca tulisan di papan putih. Apa yang dilakukan Blora Center ini merupakan aktivitas utama untuk wartawan, melayani keutuhan informasi seputar Yudhoyono.

Untuk kegiatan, terdapat sebuah ruangan terbuka dengan sistem suara baik yang membuat wartawan tidak harus terpaku dalam mengikutinya. Di ruang kegiatan ini disediakan fasilitas teleconference untuk berkomunikasi langsung jarak jauh dengan Yudhoyono jika dirasa mendesak. Fasilitas teleconference yang menjadi andalan Blora Center telah digunakan ketika Yudhoyono berdialog dengan sivitas akademika Institut Teknologi Bandung (ITB).

Seusai sebuah kegiatan, wartawan tidak perlu merasa tergesa-gesa kembali ke kantor membuat berita. Blora Center menyediakan dua unit komputer yang tersambung jaringan internet. Membutuhkan "pancingan" sebelum membuat berita atau hendak melanjutkan diskusi santai, disediakan softdrink, makanan kecil, dan tempat diskusi.

Tidak heran, ketika kegiatan selesai digelar, wartawan masih berkerumun menikmati fasilitas gratis di "rumah singgah" ini. Dengan segala fasilitas yang "memanjakan", Blora Center tidak pernah sepi, bahkan ketika tidak ada kegiatan apa pun.

Keramaian Blora Center yang di-setting secara baik lantas dijadikan sarana menyebar informasi mengenai Yudhoyono dalam upayanya memenangi pemilihan umum presiden putaran kedua. Karena hal-hal ini, penguatan citra dan dukungan untuk Yudhoyono mendapatkan sarana ampuhnya: media massa. Kesan Yudhoyono yang jauh dari jangkauan media massa luntur karenanya. Blora Center menjelma menjadi sarana efektif untuk mendekatkan media massa kepada Yudhoyono.

Keberadaan Blora Center membuat beban sejumlah lembaga serupa yang didirikan untuk Yudhoyono menyusut atau bahkan tidak lagi terdengar perannya. Terfokusnya sumber informasi mampu menghindari kerancuan dan simpang siur informasi yang umumnya justru kontraproduktif bagi upaya penguatan citra dan dukungan bagi Yudhoyono.

inu

satu periode

Calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, di Jakarta, 31 agustus 2004 kemarin menerima seluruh pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dalam pembicaraan itu Yudhoyono mengaku sanggup dan siap menjadi presiden hanya dalam satu periode. "Meski demikian, Yudhoyono tetap berpegang pada mekanisme demokrasi, di mana kedaulatan berada di tangan rakyat," kata Ketua Umum DPP IMM Ahmad Rofiq seusai bertemu dengan Yudhoyono.

Menurut Rofiq, mereka berbicara mengenai periodisasi kepemimpinan nasional. "Yudhoyono menghormati mekanisme demokrasi. Satu atau dua periode yang akan menentukan adalah rakyat yang memiliki kedaulatan," ujar Rofiq.

Selain menerima pimpinan DPP IMM, di tempat yang sama Yudhoyono juga menerima sejumlah ekonom. Tampak dalam rombongan itu antara lain pengamat pasar modal Lin Che Wei, pengamat ekonomi dan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Chatib Basri, dan peneliti ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Mari Pangestu.

inu

bir dan sby

THE View, Dago, Bandung, Jawa Barat, Jumat (27/8), pukul 19.00 WIB. Udara dingin musim kemarau tidak menyurutkan semangat sekitar 1.800 laki-laki dan perempuan yang umumnya hanya mengenakan T-Shirt bermotif alam, celana pendek, dan sepatu olahraga untuk berkerumun di sekitar panggung utama. Sejumlah besar laki-laki dan perempuan dengan masing-masing menggenggam satu gelas bir tampak lebih bersemangat berkerumun sambil sesekali berteriak-teriak untuk mencoba mengusir dinginnya malam.

Perbincangan hangat terjadi. Di sela-sela perbincangan itu, beberapa laki-laki sambil mengangkat segelas besar bir berteriak Æon on' yang kemudian disahuti teman lainnya sebagai tanda sportivitas dan keakraban kelompok. Sebanyak 1.800 laki-laki dan perempuan yang berasal dari hampir seluruh provinsi di Indonesia berada di Bandung untuk merayakan hari ulang tahun Bandung Hash House Harrier 2 (BHHH2). BHHH2 adalah salah satu dari 48 klub hash yang tersebar di seluruh Indonesia yang malam itu tumplek blek di The View.

Suasana akrab dan riuh makin menjadi ketika calon presiden dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama istrinya, Kristiani Herrawati, tiba di lokasi kemudian diarak naik ke atas panggung utama. Di atas panggung, mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) Soeyono sebagai Ketua Umum para hasher (sebutan untuk anggota klub hash) dengan suara lantang dibantu pengeras suara menyambut kedatangan Yudhoyono yang adalah yuniornya ketika sama-sama menjadi tentara.

"On-on!" teriak Soeyono yang diikuti kata-kata serupa oleh ribuan hasher yang sebagian dari mereka masih menggenggam gelas besar bir. Menyadari kesibukan yuniornya yang saat ini tengah berkompetisi dalam pemilu presiden, Soeyono yang beberapa kali tampil di jajaran tim sukses Yudhoyono memberi sambutan singkat. "Meskipun Pak SBY tidak bisa jalan kaki bersama dengan kami sore tadi, kami tidak kecewa. Kami senang Pak SBY bisa hadir bersama-sama kami," ujarnya.

Yudhoyono yang disambut hangat kedatangannya lantas naik panggung bersama istrinya. Dengan pakaian serba hitam dibalut jaket kulit hitam Yudhoyono tampil dengan senyum mengembang. Istrinya yang berpakaian serba hitam sesekali melempar senyum ke penjuru ruangan. Setelah dipersilakan memberi sambutan, Yudhoyono kemudian meraih pengeras suara menceritakan keterlibatannya dengan klub hash bersama seniornya, Soeyono, dan pengalaman pribadinya.

"Di pintu masuk Airborne School, Amerika Serikat, ada tulisan: ÆBe a real man!Æ Orang yang masuk latihan berat konon akan menjadi the real man. Tradisi hash adalah sebuah aktivitas yang sangat positif karena melatih fisik, mental, persahabatan, dan jiwa sportif. Mudah-mudahan apa yang dilakukan di sini mewartakan kepada seluruh bangsa Indonesia yang sedang berdemokrasi," ujar Yudhoyono.

Dalam suasana keakraban yang terbangun, Yudhoyono berharap harmoni dan toleransi tumbuh kembali di Indonesia. "Jangan terkotak-kotak dan berjarak karena identitas agama, suku, ras, dan golongan. Cita-cita kemerdekaan yang belum terwujud yaitu membebaskan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan rakyat hanya bisa diatasi kalau kita bersatu. Saya kerap mengatakan: Æsatu untuk semua, semua untuk satu!Æ," ujar Yudhoyono.

Di hadapan ribuan hasher, Yudhoyono mengajak agar partisipasi dalam demokrasi tidak dilupakan. Mengakhiri acara, Yudhoyono tampil lagi dengan membawakan lagu andalan milik Jamrud berjudul Pelangi di Matamu. Dengan suara sedikit serak, Yudhoyono terdengar lebih pas menyanyikan lagu rock tersebut. Usai acara, anggota tim khusus Yudhoyono yang selalu mengenakan sorban Ali Mochtar Ngabalin segera menjemput Yudhoyono ke dekat panggung.

Sebelum hadir di The View, siang harinya Yudhoyono hadir dalam peringatan Isra MiÆraj dan menyambut Datangnnya Bulan Suci Ramadhan di Pondok Pesantren Sindang Resmi dan Yayasan Pendidikan Raudhatul Firdaus. Yudhoyono bersama istri dan beberapa anggota tim suksesnya hadir setelah shalat Jumat langsung dari Jakarta melalui jalan darat. Yudhoyono dengan baju koko krem dan peci hitam tampil serasi dengan istrinya, yang mengenakan jilbab rapat dan pakaian muslim warna krem.

Kehadiran Yudhoyono beserta rombongan disambut meriah warga pondok pesantren dan warga sekitar. Selain memenuhi halaman rumah pemimpin pondok pesantren, kerumunan warga juga memadati jalan umum dan bangunan tinggi di sekitarnya. Warga sekitar yang mencoba menaiki pagar dan atap masjid di samping tempat kegiatan berteriak histeris ketika mendengar kata pembukaan Yudhoyono yang disampaikan dengan suara berat.

Selama acara berlangsung, dibagikan kaset lagu penyejuk iman bergambar Yudhoyono dengan pakaian muslim, majalah berisi kegiatan Yudhoyono yang luas, dan selebaran berjudul Selintas Biografi SBY Menjawab Fitnah. Dalam selebaran bergambar Yudhoyono dan Kristiani dengan pakaian muslim itu, dipaparkan pribadi Yudhoyono sejak masih kecil dan jawaban atas fitnah seperti menolak syariat Islam, beragama kristen, dan melakukan kristenisasi, serta mendapat dana dari Amerika Serikat.

inu

gus dur dan sby

Setelah mendapat dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera, calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, mendapatkan dukungan pribadi dari Abdurrahman Wahid, Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa. Gus Dur mengaku mengagumi dan menghargai Yudhoyono dan berharap hubungan baik terus dipupuk. Untuk menjaga hubungan baik, Gus Dur meminta putrinya, Yenny Abdurrahman Wahid, dilibatkan dalam kampanye-kampanye Yudhoyono.

Gus Dur bertemu Yudhoyono di Hotel Regent, Sabtu (28/8) sore. Dalam pertemuan tersebut, Gus Dur didampingi putrinya, Yenny, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Alwi Shihab. Yudhoyono didampingi beberapa anggota tim suksesnya, yaitu Rahmat Witoelar, Heru Lelono, dan Suko Sudarso. Sebelum pertemuan bersama, secara khusus Gus Dur berbincang dengan Yudhoyono secara tertutup.

Beberapa hari sebelumnya Gus Dur juga bertemu Megawati Soekarnoputri di Kebagusan, Ciganjur, dan sempat berziarah bersama ke Blitar. Kepada pers seusai pertemuan, Gus Dur mengatakan, "Beberapa hari lalu saya jalan-jalan dengan Pak Bambang di Green Garden. Waktu itu enggak pakai bicara-bicara. Sekarang saya ke sini untuk bicara dengan Pak Bambang mengenai kampanye yang lalu. Selanjutnya, hubungan baik ini ingin kita pupuk terus dan lanjutkan. Yenny pernah ikut kampanye di Batang dan akan terus ikut (kampanye Yudhoyono)."

Meskipun telah memiliki hubungan baik dengan Yudhoyono sejak lama, Gus Dur mengaku kagum dengan Yudhoyono ketika masa kampanye pemilihan umum presiden putaran pertama. Menurut Gus Dur, kampanye Yudhoyono adalah kampanye paling sopan dibandingkan dengan kampanye kandidat lain yang tidak diketahuinya.

Terkait dengan dilibatkannya dirinya dalam kampanye Yudhoyono, Yenny mengaku belum dibahas secara teknis. Ia mengaku dirinya hanya diminta menjadi penghubung komunikasi politik antara Gus Dur dengan Yudhoyono. "Secara teknis saya belum tahu bentuk keterlibatannya. Soal konsesi politik dalam kabinet, biar Pak SBY dan Gus Dur saja yang bicara sendiri untuk menghindari calo-calo yang tidak jelas," ujarnya.

Dalam jumpa pers, Gus Dur mengemukakan tidak ada komitmen yang dibuat antara dirinya dengan Yudhoyono. Ketika ditanya apakah kedatangannya merupakan wujud dukungan politiknya dan PKB kepada Yudhoyono, Gus Dur berujar, "Harus dibedakan antara pendapat pribadi dan pendapat institusi. Secara pribadi, saya kagum dan menghargai Pak Bambang. Sementara secara institusi, PKB masih mengadakan Mukernas akhir bulan ini. Secara pribadi ya," ujarnya.

Ketika ditanya komentarnya mengenai Koalisi Kebangsaan, Gus Dur berujar, "Saya tidak akan memberi komentar kecuali pertanyaan. Itu Koalisi Kebangsaan atau Koalisi Imajiner? Karena kalau Koalisi Kebangsaan kok ngomongnya ngalor-ngidul. Bang Akbar ngomong begitu, Mega ngomong begini dan ada Hamzah Haz ngomong lain lagi. Koalisi dibikin simple saja lah."

Seusai Gus Dur memberikan keterangan, Yudhoyono mengemukakan bahwa pertemuan dengan Gus Dur merupakan rangkaian pertemuan sebelumnya. Yudhoyono mengulang beberapa penjelasan Gus Dur mengenai adanya keinginan Gus Dur agar kerja sama dan komunikasi dapat berlanjut dan dititipkannya Yenny kepadanya. Meskipun keputusan PKB masih menunggu Mukernas, 31 Agustus 2004, Yudhoyono yang sempat berbincang dengan Alwi Shihab mengemukakan bahwa komunikasi yang terjalin dengan PKB selama ini cukup konstruktif.

"Kebersamaan tidak boleh diawali dengan dapat apa. Itu tidak akan kokoh sebagai dasar. Kebersamaan harus didasari komitmen untuk bersama-sama setelah 20 September 2004 jika saya terpilih. Oleh PKB hal itu ditanggapi positif," paparnya.

Sabtu sore dideklarasikan Koalisi Kerakyatan. Koordinator Koalisi Kerakyatan Jumhur Hidayat mengemukakan, koalisi yang digalangnya bertujuan menjaga kedaulatan rakyat agar tidak lagi diselewengkan para elite politik.

inu

agus widjojo

Mantan Kepala Staf Teritorial Tentara Nasional Indonesia Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo mengemukakan, memang banyak perubahan fisik dan struktur selama enam tahun reformasi. Namun, banyaknya perubahan tersebut tidak diikuti dengan perubahan mental dan kultur warisan masa lalu. Perubahan mental dan kultur dapat dilakukan secara optimal jika terjadi perubahan figur presiden.

Agus mengungkapkan pernyataan tersebut ketika ditanya tawaran perubahan yang dilekatkan atau dicitrakan dalam sosok calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, ketika menjadi narasumber di Blora Center, Jakarta, Selasa (24/8). "Perubahan apa yang ditawarkan Yudhoyono memang tergantung pada persepsi dan ekspektasi masyarakat. Namun, salah satu tolok ukur perubahan seperti yang ditawarkan Yudhoyono adalah menyangkut perubahan figur presiden," ujarnya.

Agus yang diundang untuk menjadi narasumber pertama dalam kegiatan Blora Center mengakui, selama enam tahun reformasi memang banyak terjadi perubahan, baik secara fisik maupun struktur. "Namun, perubahan di banyak bidang itu tidak diikuti perubahan mental dan kultur. Masih kental kesan masa lalu berupa ketidaktertiban dalam proses perubahan yang diupayakan selama ini," ujar Agus.

Ketika ditanya mengenai perubahan macam apa yang sesungguhnya ditawarkan Yudhoyono, Agus menyebut penegakan dan kepastian hukum. "Harus ada perubahan dalam institusi penegakan hukum mulai kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan menuju good and clean governance," ujarnya.

Bara Hasibuan senada dengan pernyataan Agus. Menurutnya, perubahan yang dilekatkan dan dicitrakan pada diri Yudhoyono adalah perubahan kepemimpinan. "Harus ada perubahan leadership untuk bisa membawa bangsa ke depan karena itulah masalah utama kita. Perlu ada terobosan dari pemimpin," ujar Bara, mantan Wakil Sekjen PAN kemudian pindah ke PKB, namun kemudian juga mundur dari PKB.

Menurutnya, terbiarkannya kasus korupsi selama enam tahun disebabkan karena lemahnya kepemimpinan Megawati. "Jaksa agung boleh lemah. Namun, dengan memiliki presiden yang punya leadership kuat, kelemahan jaksa agung dapat diatasi. Sekarang ini kita memiliki kelemahan ganda dalam pemberantasan korupsi," ungkapnya.

inu

blora center

SAYA masih tentara aktif sampai sekarang. Apakah setelah pensiun saya akan bergabung dengan tim sukses calon presiden, tunggu saja nanti. Yang jelas, meskipun tidak lagi menjadi Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, saya sampai sekarang masih tentara aktif. Karena itu tidak mungkin terjun ke dunia politik untuk sekarang ini," ujar Letnan Jenderal Sudi Silalahi dalam pembicaraan melalui telepon akhir Juli 2004 lalu.

Kini, sahabat dekat calon presiden dari Partai Demokrat yang mantan atasannya di Kementerian Politik dan Keamanan Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono telah benar-benar pensiun. Apa yang dimintanya untuk ditunggu setelah pensiun dari dinas ketentaraan adalah sumbangannya bagi upaya Yudhoyono memenangi kompetisi pemilihan umum presiden putaran kedua. Senin (23/8) di Jakarta, Sudi memberikan salah satu sumbangannya sebagai sahabat dekat Yudhoyono dengan mendirikan Blora Center.

"Saya mendengar komunikasi dengan Pak SBY tidak lancar. Banyak kalangan yang ingin berkomunikasi dengan Pak SBY tidak terakomodasi. Kebetulan saya dekat dengan beliau. Saya menjadi tumpuan kekesalan dan keluhan sejumlah teman. Saya berharap Blora Center dapat menjadi wadah komunikasi dengan Pak SBY. Tidak mungkin dapat menampung semua. Tetapi saya berharap upaya ini dapat memudahkan komunikasi dengan Pak SBY," ujar Sudi memaparkan alasan dan tujuan pembentukan Blora Center.

Hadir dalam silaturahmi peluncuran Blora Center tersebut antara lain mantan Menteri Dalam Negeri Letjen (Purn) Syarwan Hamid, mantan Wakil Ketua Komisi Konstitusi Albert Hasibuan dan anaknya Bara Hasibuan, beberapa seniman seperti Arswendo Atmowiloto, Nyoman Nuarta, dan Garin Nugroho. Beberapa aktivis partai politik yang selama ini turut dalam hiruk-pikuk silaturahmi Yudhoyono juga tampak seperti Sekretaris Jenderal Partai Sarikat Indonesia Jumhur Hidayat, Julius Usman, dan Meliono Soewondo.

"Blora Center dibentuk sebagai forum untuk komunikasi dan diskusi dengan Pak SBY. Kami berharap dapat memfasilitasi komunikasi dengan Pak SBY di mana pun beliau berada dengan teleconference. Jika membutuhkan segala berita, informasi, dan konfirmasi tentang Pak SBY, kami dapat mewadahinya di sini," ujar Sudi menambahkan.

Mencoba fasilitas teleconference yang tersedia, setelah berganti jas, Yudhoyono berdialog jarak jauh dengan sivitas akademika Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipandu Rektor ITB Kusmayanto Kadiman. Setelah diminta memaparkan kesan dan gagasannya soal pendidikan, Yudhoyono dicecar pertanyaan oleh dua mahasiswa ITB.

Jaka, mahasiswa fakultas teknik elektro mempertanyakan unsur politisasi lembaga pendidikan dalam acara teleconference. Meskipun mengaku tidak tepat menjawab, Yudhoyono mengemukakan dalam teleconference sekarang ini Megawati Soekarnoputri juga diberi kesempatan, tapi tak ada respons. "Bagi saya, makin banyak rakyat mendengar semakin bagus karena pilihan ada ada pada rakyat," ujarnya.

Mengakhiri teleconference, Yudhoyono menjawab positif seluruh pertanyaan, "Sikap dan posisi saya sangat jelas. Selamat untuk rektor dan mahasiswa ITB. Mari kita jemput masa depan teknologi Indonesia," ujarnya disambut riuh tepuk tangan.

inu

pak mayar i

CALON presiden dari Partai Demokrat Jenderal (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono membuka dialog dengan pengeras suara. "Tolong sampaikan apa yang bapak dan ibu harapkan. Sebab jika Insya Allah saya terpilih, saya akan memperjuangkannya. Tolong sampaikan secara terbuka, terus terang, dan tidak usah takut mengenai harapan bapak dan ibu kepada pemerintah."

Mendengar suara sosok yang selama ini hanya didengar lewat berita televisi dan radio, warga Cikeas Udik yang berkerumun terperangah dan saling melihat ke kanan dan ke kiri. Pak Mayar (80), petani penggarap miskin yang didatangi Yudhoyono dengan mobil mewah masih melongo tidak percaya dengan apa yang tengah terjadi dihalaman rumahnya yang berlantai tanah.

Mengekspresikan kegembiraan, H Hasan Ma'ruf, yang duduk mendampingi Pak Mayar segera berujar, "Wah seperti ada bidadari turun dari khayangan. Jangankan calon presiden, calon kepala desa saja tidak pernah ada yang mendatangi kami seperti ini."

Ekspresi kegembiraan ini lantas disambut tepuk tangan meriah dan teriakan histeris ibu-ibu yang datang berduyun-duyun meninggalkan pekerjaan dapur dan umumnya masih menggendong anak bayinya.

Setelah terperangah, harapan dan keluhan warga Cikeas Udik yang terletak sekitar tiga kilometer dari rumah Yudhoyono di Puri Cikeas dikemukakan. Apa yang dikeluhkan tetangganya itu antara lain perubahan nasib mayoritas warga yang semula menjadi pemilik lahan luas menjadi petani penggarap seperti Pak Mayar, mahalnya biaya pendidikan, pengangguran, kesehatan, dan kesulitan, serta beban hidup yang terus saja bertambah.

Pak Mayar yang dalam pertemuan dengan Yudhoyono itu dijemput oleh Lalam, tetangganya, dari ladang tempatnya sedang menanam kunyit, serai, dan lengkuas mengemukakan, sebelumnya dirinya memiliki berhektar-hektar lahan di Cikeas. "Sekarang saya hanya punya tanah 500 meter untuk rumah. Berhektar-hektar tanah saya jual ke PT (pengembang/perusahaan). Sekarang saya menggarap tanah saya yang sudah bukan milik saya itu setiap hari," ujar Mayar yang tampak gembira karena Yudhoyono berjanji segera memasang listrik di rumahnya.

Yudhoyono yang mengaku datang mendadak mengunjungi Pak Mayar untuk mendengar suara rakyat selama pertemuan mengangguk-anggukkan kepala sambil mengungkapkan keprihatinannya. Saat ditanya mengenai terjualnya hampir semua tanah rakyat tetapi beban pajak masih diberikan kepada rakyat, Yudhoyono meminta agar hal itu diselesaikan dengan pemilik tanah sekarang dan dengan bantuan pemerintah daerah.

Usai berdialog dengan tetangganya, Yudhoyono menggelar jumpa pers di pendopo rumahnya yang luasnya mencapai 3.000 meter. "Perlunya perbaikan pelayanan kepada publik dan pembenahan program kependudukan atau keluarga berencana agar tidak terjadi ledakan penduduk," paparnya.

Sebelum meninggalkan tetangganya dengan janji, Yudhoyono menciumi anak-anak. Melihat kejadian itu, ibu-ibu pun histeris berdesakan mengantre membawa anaknya.

inu

ryamizard

SEBAGAI Kepala Staf Tentara Nasional Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu cukup dekat dengan prajuritnya. Dalam setiap kesempatan, jenderal yang matang dalam Operasi Seroja di Timor Timur lebih dari 10 tahun ini selalu menyapa dan memompa semangat prajuritnya. Kepada prajurit dan keluarganya yang menjadi korban darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Ryamizard kerap membesarkan hati mereka dengan membesuknya.

Dalam setiap kesempatan memberikan amanat di depan prajuritnya, Ryamizard nyaris tidak pernah lupa menyelipkan perintah kepada prajuritnya agar "baik-baik dengan rakyat". Kepada prajuritnya yang tidak bisa dipisahkan dari rakyat, Ryamizard berpesan, "Jangan sekali-kali mengingkari janji rakyat. Mereka meminta bukti. Lebih baik satu kali bicara 1.000 kali bekerja daripada 1.000 kali bicara tidak ada artinya."

Hal yang sama ia tegaskan kembali ketika publik ramai membicarakan Rancangan Undang-Undang TNI yang kontroversial. Dalam Apel Komadan Satuan Tugas TNI AD di Kompleks Kopassus Cijantung, Jakarta, Ryamizard mengundang seluruh komandan berikut sesepuh TNI AD hadir dalam malam renungan di Markas Besar TNI AD. Dalam renungan yang dilakukan pada malam hari di lapangan terbuka itu, Ryamizard mengaku resah melihat kondisi bangsa akhir-akhir ini.

Dalam keresahan itu, Ryamizard menegaskan kembali pesan Jenderal Besar Soedirman. "Satu- satunya hak milik yang tidak berubah adalah TNI Angkatan Perang. Kalau TNI diubah, pasti negara akan hancur. Walaupun dapat tekanan, kami bertekad setia mengawal dengan segenap jiwa dan raga demi keutuhan TNI," katanya.

Ryamizard berkeluh kesah mengenai tak adanya kepedulian kepada TNI yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Peduli kah mereka dengan kami yang berkorban jiwa dan raga tetapi justru difitnah dan dipenjara? Jawabannya adalah tidak!" ujarnya.

Seusai menyampaikan renungan dalam keheningan dan cahaya temaram obor itu, Ryamizard turun podium menyalami sesepuh TNI AD yang hadir, seperti Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Jenderal (Purn) Edi Sudradjat dan Letjen (Purn) Hari Sabarno.

Dalam keharuan, jenderal yang tidak banyak suka bicara ini mendatangi janda dan anak tentara yang gugur di medan tugas. Ryamizard menyapa, menyalami, dan memompa semangat tentara yang mengalami cacat tubuh dan masih dirawat di rumah sakit. Kehadiran penyanyi Ebiet G Ade membawakan lagu "Untuk Kita Renungkan" dan "Ayah" menambah keharuan malam itu.

TANGGAL 26 Agustus mendatang, genap satu tahun Departemen Pertahanan (Dephan) dibiarkan tanpa adanya menteri pertahanan (menhan). Matori Abdul Djalil yang ditunjuk Presiden Megawati sebagai Menhan dalam Kabinet Gotong Royong menderita stroke dengan penyumbatan aliran darah di batang otaknya.

Karena sakitnya parah, setelah beberapa minggu dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat dirawat di RS Mount Elizabeth, Singapura. Penanganan kesehatan Matori menjadi sulit dan rumit karena adanya beberapa komplikasi kesehatan yang dideritanya, seperti gangguan paru-paru, gula (diabetes), dan sinusitis.

Banyak peristiwa penting terkait dengan pertahanan terjadi ketika Matori sakit. Selain munculnya sejumlah komplikasi atas penerapan status darurat militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, muncul kasus pengadaan helikopter angkut jenis Mi-17 untuk TNI AD dan rancangan RUU TNI.

Ketiadaan menhan selalu dikeluhkan Komisi I DPR setiap kali rapat dengar pendapat di DPR. Namun, keluhan tinggal keluhan. Sampai sekarang jabatan menteri pokok di luar menteri dalam negeri dan menteri luar negeri itu dibiarkan kosong oleh yang memiliki hak prerogatif, Presiden Megawati Seokarnoputri.

Menghadapi kasus pembelian helikopter Mi-17 dan juga Sukhoi, ketika rapat kerja dengan Komisi I DPR, Panglima TNI sambil bercanda mengemukakan, "Buat saya, lebih enak tanpa menteri pertahanan. Dengan begitu, saya bisa memaki-maki pejabat Dephan yang tidak benar kerjanya. Saya bisa langsung mengobrak-abrik ketidakberesan di Dephan karena semua adalah anak buah saya," ujarnya sambil tertawa lepas.

Ketua Komisi I DPR dari Partai Golongan Karya Ibrahim Ambong mengemukakan, selama memimpin komisi yang membidangi masalah pertahanan itu, kontroversi antara Dephan dan Markas Besar TNI selalu terjadi. "Salah satu contoh yang paling jelas adalah kasus Sukhoi. Jika membaca laporan kami dengan lampiran-lampirannya, akan ketemu, bahkan secara terbuka, Panglima TNI mengatakan Dephan adalah anak buahnya. Untung itu diakuinya hanya joke. Namun, memang itu yang sebenarnya terjadi," ujarnya.

Dengan kenyataan empiris yang mengkhawatirkan dan membahayakan itu, Ambong berharap, Rancangan Undang- Undang TNI secara jelas mengatur tugas Panglima TNI secara rinci agar tak ada tumpang tindih antarlembaga. Dalam kaitan dengan Departemen, seperti disebut dalam RUU TNI Pasal 16 (2), Panglima bekerja sama dengan menteri. Tidak cukup jelas disebut apa maksud dari kerja sama dan menteri apa yang diajak bekerja sama.

Oleh Ambong, ketidakjelasan itu menunjukkan RUU TNI penuh keraguan. "Memang secara keseluruhan kita melihat RUU TNI ini penuh keraguan dalam pembuatannya. Contoh yang paling tegas dikatakan posisi ketiga angkatan itu sama dan sederajat. Tetapi, kalau kita merunut satu demi satu secara rinci, ternyata ada perbedaan. Misalnya, kalau angkatan laut itu dikatakan menegakkan hukum di laut, angkatan udara hukum di udara. Tetapi angkatan darat tidak disebut sebagai apa. Apa bedanya, kan berarti ada perbedaan," ujar Ambong.

Letjen (Purn) Agus Widjojo mengemukakan, untuk menempatkan institusi TNI dalam konteks demokrasi, TNI harus melakukan dekonstruksi paradigma lamanya yang telah berjalan bertahun-tahun dan telah terinternalisasi. Pemberian peran kepada TNI seperti diatur dalam RUU TNI, misalnya, sejauh ini masih dianggap bahwa tugas itu otomatis, berada di luar keputusan politik Presiden.

"Tugas melaksanakan operasi militer selain perang bukan hal aneh buat TNI. Tetapi, perlu diingat, buat TNI gambaran, imajinasi dan interpretasi atas tugas itu dilaksanakan di luar kewenangan Presiden. TNI merasa boleh melaksanakan perannya secara langsung. Itu terbukti dengan munculnya Pasal 19 atau Pasal Kudeta dalam draf RUU TNI lama. TNI masih merasa bertanggung jawab atas segala-galanya," ujar Agus.

Lebih lanjut ia menengok alternatif rumusan TNI sebagai alat pemerintah bukan alat negara. Sumpah Prajurit yang asli itu adalah setia kepada pemerintah, bukan kepada negara. "Kalau kita mengatakan, TNI alat negara, konsekuensinya secara kultural apa? TNI akan mengatakan, ÆSaya kan alat negara, bukan alat pemerintah. Saya bisa hadir di luar Presiden, saya bisa bantah Presiden, saya bisa menentang Presiden." Ini harus kita padamkan, kita dekonstruksikan," paparnya.

Menurut Agus, senang atau tidak senang, mau atau tidak mau, secara sistem ketatanegaraan, TNI harus hadir di bawah keputusan politik Presiden sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan. Jangan sampai TNI masih merasa hadir di luar presiden. Perubahan sumpah prajurit menjadi setia kepada negara, menurut Agus, dilakukan untuk menjustifikasi peran ganda TNI atau dwifungsi.

Dalam kaitan dengan jati diri TNI seperti dirumuskan RUU TNI Pasal 2 (1) bahwa TNI adalah tentara rakyat, Agus mengungkapkan, definisi itu akan membuat bingung prajurit. "Saya memberi contoh. MPR bersidang di Senayan dengan 700 orang resmi yang dipilih rakyat. Lalu, ada demonstrasi di Semanggi dengan massa 5.000. TNI menyekat dan mengemankan. Yang demonstrasi 5.000 orang itu berteriak kepada TNI, ÆEh kau kan tentara rakyat, membela rakyat, kami rakyat asli nih. Kami datang dari Depok, Condet, Clincing, dan Cibubur. Kami bangun jam 03.00 dan belum makan. Ngapain membela 700 orang itu, kami rakyat asli lho.Æ Apa tidak bingung itu prajurit," ujarnya.

Dalam RUU TNI belum terlihat bagaimana hubungan kewenangan antarinstansi terkait dengan pertahanan. Tidak terlalu jelas juga didudukkan posisi Panglima TNI di hadapan Presiden dan Dephan yang secara ideal membawahinya.

Agus khawatir penyusunan dan pembahasan RUU TNI terjebak pada kesalahan yang sama ketika amandemen UUD 1945 dilakukan, yaitu dengan langsung ke pasal-pasal berdasarkan imajinasi dan praktik- praktik nyata tanpa disepakati dulu kerangka dasarnya. "Konsep makro secara fundamental bagaimana hakikat TNI? Di mana kita letakkan TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demokratis modern. Kita belum sepakat itu dan langsung ke pasal demi pasal sehingga menjadi blang blonteng. Tetapi, kalau kita sepakati dulu makro- konsep yang komprehensif, mau bikin UU, doktrin, atau apa pun akan mudah dan akan ada konsistensi. Harus ada keberanian untuk membicarakan walaupun kita berbeda. Bagaimana kita sepakat meletakkan TNI di dalam sistem politik Indonesia yang sudah lebih demokratis dan modern berbeda dengan masa lalu," ujar Agus.

Konsep "baik-baik dengan rakyat" seperti yang kerap dikemukakan Ryamizard adalah ungkapan kerinduan TNI untuk kembali dicintai rakyatnya. Namun, dalam konteks demokrasi yang tumbuh di Indonesia, TNI sebagai alat negara (pemerintah) dibiayai sepenuhnya oleh rakyat (APBN) serta kekuasaan menggunakan TNI ada di tangan presiden dan diawasi rakyat melalui mekanisme di DPR.

Lalu, TNI bertanggung jawab atas apa dan kepada siapa? TNI bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas operasi militer secara terukur kepada pemberi perintah (Presiden). Pertanggungjawaban yang berfokus pada tanggung jawab profesional, seperti pendidikan militer, latihan militer, kesiapan militer, baik personel maupun persenjataan, dan keberhasilan operasi militer.

inu

kabinet demokrat

Calon wakil presiden dari Partai Demokrat, Jusuf Kalla, yang berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, jika menang dalam pemilu presiden putaran kedua, Partai Demokrat akan mendapat porsi terbesar dalam komposisi kabinetnya. Partai lain yang berkoalisi tidak akan memperoleh porsi yang lebih besar dari Partai Demokrat.

"Kalau ada koalisi, porsi buat partai yang berkoalisi itu, apakah itu partai politik besar seperti Partai Golkar, tidak akan melebihi porsi Partai Demokrat yang menjadi inti. Kalau porsinya sama mungkin bisa, tetapi melebihi tidak. Saya ditanya, kalau delapan kursi bagaimana? Saya jawab mana bisa?" ujarnya seusai berdiskusi dengan pedagang Pasar Glodok, Jakarta, Senin (9/8) malam.

Jusuf menjelaskan hal itu ketika dimintai konfirmasi soal pertemuan tertutupnya dengan 23 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) tingkat I dan 31 pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Minggu malam, yang notulensinya beredar. Jusuf membenarkan bahwa dalam pertemuan itu dia melontarkan prinsip dan porsi kabinet.

Ketika ditanya soal notulensi pertemuan itu, Jusuf tampak kaget karena merasa pertemuan itu tertutup. "Dari mana tahu isi pertemuan itu? Pertemuan itu tertutup," ujar dia.

Namun, Jusuf juga mengakui bahwa dalam pertemuan itu dirinya menyampaikan soal kabinet ahli sebagai prinsip penyusunan kabinet jika dirinya dan Yudhoyono terpilih. "Partai politik yang mendukung dan berkoalisi dengan kami dapat menyampaikan usul, tetapi kabinet ahli itu harus diisi orang-orang yang punya kemampuan," paparnya.

Dalam pertemuan itu, Jusuf didampingi beberapa anggota tim sukses, seperti Tanri Abeng, Alwi Hamu, dan Umar Said. Saat menyampaikan pikirannya, Jusuf menegaskan dirinya tidak anti-China seperti diisukan. "Kami menawarkan keseimbangan. Sebab, tanpa keseimbangan masalah sosial akan muncul. Tugas pemerintah adalah membuat keseimbangan agar yang kecil terlindungi. Kelompok besar tidak bisa terlindungi jika di masyarakat banyak angry and hungry young man," ujarnya.

Jusuf mengaku dirinya dirugikan dengan beredarnya black campaign (kampanye hitam) berisi fitnah, termasuk isu anti-China itu. "Capek kalau saya harus membuat klarifikasi kampanye hitam itu. Di satu sisi merugikan, tetapi di sisi lain hal itu menguntungkan karena menurut pedagang kaki lima, misalnya, itu baik juga," katanya.

Jusuf menjanjikan, jika terpilih, akan mengangkat menteri dari kelompok etnis Tionghoa. Berapa jumlahnya, Jusuf tidak menyebut karena belum ada pembicaraan serinci itu.Tidak tawarkan kursi

Sementara itu, calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Palembang menegaskan, rencana pertemuan dirinya dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung tidak akan menawarkan deal politik (kursi kabinet), tetapi membuat komitmen kerja sama guna mewujudkan pemerintahan yang baik. "Rencana pertemuan dengan Akbar Tandjung sangat diperlukan untuk membuat komitmen penyelenggaraan pemerintahan jika saya dan JK terpilih," katanya.

Seusai membuka rapat kerja Tim Kampanye SBY-JK se-Sumatera dan Kalbar, Yudhoyono mengatakan, dukungan atau koalisi sangat diperlukan, khususnya di parlemen, antara parpol pendukungnya dan partai-partai lain seperti Partai Golar, PAN, PKB, dan PKS.

Yudhoyono juga menyatakan, setelah bertemu dengan pimpinan PKS dan Ketua Umum PAN Amien Rais, pihaknya merencanakan bertemu cawapres dari Partai Golkar, Wiranto, guna membicarakan masalah kenegaraan. Yudhoyono menyatakan optimistis memenangi pemilihan presiden putaran kedua.

inu

golkar pecah

Ketua Yayasan Kerukunan dan Persaudaraan Kebangsaan Marzuki Darusman mengungkapkan, Indonesia saat ini membutuhkan figur pembawa perubahan untuk dapat keluar dari sejumlah masalah mendasar bangsa yang tidak kunjung selesai. Jika kondisi saat ini dibiarkan terus berlanjut, perubahan yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi bangsa tidak akan pernah terjadi.

"Saat ini diperlukan pencarian paradigma baru dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang diperlukan bangsa untuk bisa keluar dari kondisi saat ini. Jika kondisi saat ini berlanjut, perubahan tidak akan pernah sepenuhnya terwujud," ujar Marzuki saat jumpa pers seusai Sarasehan Kebangsaan II YKPK di Jakarta, Rabu (4/8).

Marzuki mengungkapkan, untuk pencarian paradigma baru itu diperlukan figur perubahan yang memiliki keluasan dukungan agar pemerintahannya menjadi kuat di masa mendatang. Pemerintahan yang kuat akan dapat membawa perubahan atau upaya bangsa untuk keluar dari berbagai macam krisis.

Tampil dalam jumpa pers tersebut antara lain Ketua Umum YKPK Letnan Jenderal (Purn) Bambang Triantoro dan Anton Prijatno. Bambang Triantoro mengungkapkan, seperti Sarasehan Kebangsaan I yang digelar tahun 1996, Sarasehan Kebangsaan II digelar karena harapan akan perubahan kondisi bangsa. Menurut dia, saat ini terlihat kecenderungan menurunnya kepedulian warga negara terhadap perkembangan bangsa.

Marzuki mengungkapkan, hal itu karena dipicu kerisauan tentang memudarnya persatuan nasional. Jika pada masa lalu sistem politik jadi faktor pengikat dan pengendali persatuan karena memang dikendalikan, saat ini partai politik justru menciptakan fragmentasi.

Namun, ketika ditanyakan siapa di antara dua calon presiden yang bisa disebut sebagai figur baru dimaksud, Marzuki malah memberi jawaban tidak jelas. Alasannya, dia tidak ingin terjebak dengan penyebutan nama. "Kerisauan akan memudarnya persatuan nasional makin kuat ketika melihat Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga terlibat dalam politik praktis," katanya.

inu

sby dan pers

Calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan komitmennya kepada demokrasi dan kebebasan pers. Di masa mendatang, jika dirinya terpilih dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden putaran kedua, Yudhoyono menjamin tidak akan ada lagi pembredelan terhadap pers. Yudhoyono juga berjanji membuat pers terus berkembang dan mendapatkan peran dalam kebebasannya.

"Komitmen pada demokrasi dan kebebasan pers sudah merupakan komitmen kita bersama. Saya tentunya berkomitmen terhadap bagaimana pers harus terus berkembang, mendapat peran dalam kebebasannya di negeri ini sesuai dengan konstitusi dan aturan main yang berlaku," ujar Yudhoyono saat bersilaturahmi ke Kantor Majalah Tempo di Jakarta, Senin (2/8).

Saat tiba di halaman Kantor Majalah Tempo, Yudhoyono disambut Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Bambang Harymurti dan kuasa hukumnya, Todung Mulya Lubis. Dalam penyambutan tersebut, Harymurti memberikan beberapa buku tentang pers kepada Yudhoyono yang didampingi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) M Lutfi.

Sebelum mengadakan pembicaraan tertutup, Lubis memberi penjelasan singkat kepada Yudhoyono mengenai kasus pidana yang tengah dihadapi Majalah Tempo berikut tiga wartawannya, yaitu Harymurti, Tengku Iskandar Ali, dan Ahmad Taufik. "Atas apa yang dikenakan kepada kami, kami keberatan. Kami menginginkan UU Pers dipakai. Di negara lain, pencemaran nama baik oleh tulisan pers sudah didiskriminalisasikan. Kalau kita masih mempertahankan hukum kolonial, maka kita ketinggalan," ujar Lubis.

Menanggapi hal ini Yudhoyono menegaskan, supremasi hukum merupakan bagian dari kehidupan demokrasi. Akan tetapi, Yudhoyono meminta agar semua pihak kritis terhadap perubahan yang lebih luas sejalan dengan tumbuhnya norma dan nilai baru yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan hak politik. "Dalam perubahan itu sebenarnya dialog dilakukan. Menurut saya, Indonesia itu menjadi laboratorium raksasa dari segi perubahan. Untuk itu, perlu ditegakkan nilai keadilan dan kebebasan," paparnya.

Seusai pertemuan tertutup, Yudhoyono mengaku tidak secara khusus membicarakan persoalan hukum yang menimpa Majalah Tempo dan tiga wartawannya. Apa yang dibicarakan adalah hal mendasar, seperti demokrasi, aturan main hukum, dan kebebasan pers.

Harymurti mengatakan, dalam pertemuan tersebut dirinya meminta pendapat Yudhoyono mengenai kriminalisasi pers seperti yang tengah dihadapi Tempo. "SBY mendukung diskriminalisasi pers. Beliau mendukung peran Dewan Pers dalam menyelesaikan kasus yang terkait dengan pemberitaan pers," ujarnya.

Selain membicarakan masalah kebebasan pers, Harymurti juga bertanya mengenai susunan kabinet. Namun, seperti jawaban sebelumnya, Yudhoyono tidak secara rinci memberikan penjelasan. "Mengenai susunan kabinet, prinsip SBY adalah apa yang sudah baik dilakukan civil society tidak ditangani pemerintah. Seperti mengenai Departemen Penerangan, tidak ada lagi dalam susunan kabinet karena sudah baik ditangani civil society," ujarnya.

inu

Friday, March 14, 2008

koter sby

Calon presiden Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono membantah akan membubarkan komando teritorial (Koter) dan Komando Resor Militer (Korem) jika kelak terpilih, seperti terdapat dalam dokumen tidak resmi Partai Demokrat.

"Menjelaskan adanya dokumen dari antah berantah itu, saya menelepon langsung Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto dan Kepala Staf TNI AD Jenderal Ryamizard Ryacudu untuk mengatakan bahwa hal itu tidak benar," tegas Yudhoyono saat menerima kunjungan 26 Pimpinan Daerah Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI (GM FKPPI) yang dipimpin Ketua Pengurus Daerah GM FKPPI Eddy Rumpoko.

Mantan Kepala Staf Sosial Politik ABRI dan Kepala Staf Teritorial ABRI itu berpendirian, untuk mengemban tugas pertahanan negara, Koter dan Korem harus tetap dipertahankan. "Yang tidak boleh ada adalah fungsi sosial dan politik sesuai amanat reformasi. Dalam sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta, keberadaan koter itu legal dan konstitusional. Jangan termakan isu. Sesuai amanat reformasi, yang harus dihentikan adalah peran politik TNI," paparnya.

Yudhoyono menyambut baik kedatangan "adik-adik" GM FKPPI sekaligus untuk kangen-kangenan. Dia meminta GM FKPPI memberi penjelasan kepada masyarakat agar jangan hitam putih dan apriori memandang. "Saya sangat alergi dengan pernyataan antimiliter. Apa yang salah dengan tentara? Profesi tentara itu sama saja dengan profesi sebagai guru, nelayan, dan politisi yang sama-sama merupakan profesi terhormat. Sesat pernyataan yang mengatakan mantan militer pasti militeristik!" ujarnya.

Yudhoyono mengakui, di dunia ini memang ada tentara yang setelah menjadi penguasa berbuat lalim dan fasis seperti juga di negeri ini di mana setelah berkuasa ternyata represif. Namun itu adalah karakter individu, bukan karena latar belakangnya sebelum menjadi penguasa.

Dia meminta agar nilai, jati diri, dan konsensus dasar (fundamental consensus) bangsa dijaga dan dipertahankan. Konsensus dasar itu adalah Pancasila sebagai falsafah dan ideologi.

inu

mimpi oposisi

PENGHITUNGAN suara di masing-masing tempat pemungutan suara dalam Pemilihan Umum 5 April 2004 belum juga dimulai. Mereka yang sulit bangun pagi dan tidak ingin hak politiknya hilang sia-sia masih mengantre di sejumlah TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Namun, optimisme akan cukup memperoleh dukungan suara rakyat bagi partai yang disiapkannya sejak tahun 2001 sebagai kendaraan politik menuju Istana Negara telah disampaikan.

"KOALISI secara terbatas untuk pemerintahan yang kuat dan efektif diperlukan. Untuk itu, aturan main dan etika harus dibangun. Kabinet pelangi seperti sekarang ini terbukti tidak efektif. Dengan diwadahinya setiap fraksi dan partai politik dalam kabinet, logikanya setiap kebijakan pemerintah didukung oleh parlemen. Dalam kenyataannya, logika itu tidak dijumpai," ujar mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan "kabinet pelangi" Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu.

Pandangan tersebut disampaikannya sesaat setelah berkeliling Kota Bogor meninjau pelaksanaan pemilu legislatif. Sambil menunggu pesanan soto ayam kegemarannya di warung pinggir jalan, Yudhoyono mengemukakan, "Oposisi diperlukan untuk sehatkan demokrasi. Koalisi terbatas hanya dengan beberapa partai politik di pemerintahan memungkinkan tumbuhnya oposisi yang bisa memberikan check and balance kepada the rulling party."

Malam harinya, optimisme Yudhoyono yang menjadi mesin pendulang suara untuk Partai Demokrat mendapat peneguhannya. Bersama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung tema bersih dan peduli, Partai Demokrat mampu membuat kejutan dengan perolehan suara cukup besar di sejumlah kota besar. Partai-partai besar seperti Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak mampu membendung aliran suara kepada dua partai ini di Jakarta.

Mendapati hasil pemilu legislatif, keesokan harinya, Yudhoyono menggelar jumpa pers. Menggunakan jaringan lamanya di Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, puluhan wartawan berdatangan ke rumahnya di Puri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Selain mengucapkan syukur dan terima kasih atas dukungan rakyat kepada partai yang dibidaninya, Yudhoyono kembali menegaskan sikapnya untuk membangun koalisi terbatas sehingga memungkinkan tumbuh kuatnya oposisi.

Setelah kemudian Partai Demokrat dinyatakan bisa mengajukan calon presiden dan wakil presiden karena persentase perolehan suaranya, Yudhoyono mewujudkan rintisan gagasannya untuk membangun koalisi terbatas. Setelah menjadi calon presiden pertama yang mengumumkan pasangan calon wakil presidennya dari Partai Golkar Jusuf Kalla, Yudhoyono mendeklarasikan pencalonannya ke KPU.

Dalam deklarasi 10 Mei 2004 itu, pasangan Yudhoyono-Jusuf secara resmi diajukan oleh Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), dan Partai Bulan Bintang (PBB). Ketiga pucuk pimpinan partai politik hadir dan menandatangani berkas pencalonan Yudhoyono-Jusuf ke KPU. Bergabungnya PBB untuk mencalonkan Yudhoyono sempat menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran karena adanya perbedaan platform dengan Partai Demokrat dan PKPI.

"Saya memahami yang menjadi kekhawatiran banyak orang mengenai dugaan adanya upaya dari PBB untuk mengubah pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Mengenai kekhawatiran itu, saya kira PBB dan Ketua Umum Yusril Ihza Mahendra bisa memberi penjelasan dengan gamblang. Bagi saya, sebagai politisi, pemahaman Pak Yusril mengenai kebangsaan dan keislaman sangat matang," papar Yudhoyono.

Meskipun tampaknya mantap dengan dukungan tiga partai politik yang hanya meraih 69 suara atau sekitar 12 persen kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Yudhoyono sebetulnya mengharapkan dukungan dan kebersamaan yang lebih besar dari partai politik lain. Sebelum beberapa partai politik mencalonkan presiden dan wakil presidennya masing-masing dan mengambil posisi saling berkompetisi, Yudhoyono mengaku telah menjalin komunikasi politik yang intensif dan berjalan baik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PKS.

Kini kompetisi tahap pertama yang mengelompokkan elite partai politik telah usai. Tiga dari lima pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dinyatakan gugur. Pengumuman hasil penghitungan suara oleh KPU yang menyatakan pasangan Yudhoyono-Jusuf unggul di urutan pertama dengan 33 persen suara meneguhkan kembali optimisme Yudhoyono. Acceptance speech telah disiapkan sebelum KPU mengumumkan hasil penghitungan suara. Ledakan kecil di Kantor KPU membuyarkan acara yang telah sempurna disiapkan di pendopo samping rumah Yudhoyono yang baru dibangun.

Acceptance speech Yudhoyono lantas ditunda pada malam harinya sesaat selepas KPU menetapkan hasil pemilu presiden dan wakil presiden putaran pertama. Segaris dengan gagasan awalnya mengenai koalisi terbatas, dalam kesempatan yang disiarkan secara luas oleh televisi tersebut Yudhoyono mengajak rakyat calon pemilihnya melepaskan simbol-simbol partai politik.

"Dalam berjuang ke depan, simbol tidak penting. Bahkan saya mengajak untuk melepas simbol-simbol itu. Masa depan kita sebagai bangsa tidak ditentukan oleh simbol-simbol. Perjuangan merebut masa depan pun tidak dibatasi simbol-simbol. Untuk merebut masa depan ini, kita tidak dibatasi umur, asal keturunan, asal partai, asal ormas, laki-laki atau perempuan, ataupun agama kita," paparnya dengan suara mantap di hadapan sejumlah pemimpin redaksi media massa.

BELUM selesai tiga pasang kandidat yang dinyatakan tidak lolos membuat pernyataan menerima hasil pemilu putaran pertama, dua kandidat yang akan berkompetisi di pemilu putaran kedua telah bermanuver menggalang dukungan.

Sementara Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi asyik mencoba menjajaki koalisi tingkat elite partai politik, Yudhoyono memilih untuk mengajak rakyat berkoalisi. Tidak heran, selepas masa kampanye pemilu putaran pertama, Yudhoyono gemar bersafari keliling kota menjumpai pemilihnya yang sedang kesusahan karena bencana atau saat shalat Jumat. Terakhir, Jumat lalu, Yudhoyono shalat Jumat di Masjid Al-Azhar, Jakarta. Seusai shalat Jumat, Yudhoyono merayakan Hari Anak Nasional kedua bersama anak-anak yang didatangkan oleh Hotline Advertising, yang selama ini menggarap pembentukan citranya.

Sikap Yudhoyono yang terkesan menjauhi para elite politik yang dalam pemilu putaran pertama terbukti tidak mampu "menggiring" massa menumbuhkan sikap antipati beberapa elite partai politik. Disikapi seperti ini, Yudhoyono tetap mantap dengan pendiriannya. Sebagai wakil presiden, Jusuf Kalla meneguhkan pendirian pasangannya tersebut.

Jusuf Kalla yang ditemui di Graha Anugerah tempat tim suksesnya bekerja, Kamis lalu, mengaku tidak khawatir dengan minimnya dukungan parlemen jika akhirnya terpilih sebagai wakil presiden berpasangan dengan Yudhoyono. "Idealnya memang ada koalisi besar di parlemen agar pemerintah dapat menjalankan tugasnya secara efektif. Namun, kami tidak pernah khawatir dan tidak pernah menganggapnya sebagai masalah jika ternyata tidak mendapat dukungan yang besar di parlemen. Kontrol dan kritik yang ketat dari DPR justru akan menjadi cambuk bagi pemerintah untuk bekerja lebih baik," ujarnya.

Jusuf justru khawatir jika yang duduk di pemerintah dan di parlemen sama saja seperti kabinet pelangi sekarang ini. Dengan diakomodasinya seluruh kekuatan politik di parlemen dalam kabinet, efektivitas pemerintah dalam menjalankan kebijakannya ternyata juga tidak semulus yang dibayangkan. "Untuk beberapa kebijakan, tentangan keras terhadap kebijakan pemerintah justru muncul dari Fraksi PDI-P. Jadi, tidak ada lagi alasan pentingnya koalisi permanen di parlemen," papar Jusuf.

Dengan bekal pengalaman sejarah bangsa dalam berpolitik, meskipun mengharapkan munculnya oposisi yang kuat untuk menyehatkan demokrasi, Jusuf merasa yakin, di masa mendatang tidak akan tumbuh oposisi yang kuat dan mutlak. Dengan bekal kiprahnya berpolitik di Golkar, Jusuf merasa yakin politisi Golkar tidak akan teguh berpendirian. "Politisi Golkar itu sangat realistik dalam melihat persoalan. Lagi pula, kalau kami menang, kami yakin dengan dukungan rakyat kepada pemerintah yang dipilih secara langsung," ujarnya.

Meskipun yakin dengan posisi minoritas di parlemen, Jusuf mengungkapkan tetap menjalin dan merintis koalisi dengan beberapa partai politik seperti Partai Amanat Nasional (PAN) dan PKS. Untuk rintisan koalisi ini, Jusuf memasang target setidaknya mendapat dukungan 40 persen di parlemen.

Dukungan setidaknya 40 persen diperlukan untuk menjalankan kebijakan pemerintah yang membutuhkan persetujuan DPR, misalnya soal anggaran dan pembuatan undang-undang. "Kalaupun tidak mendapat dukungan DPR, pemerintah tetap dapat menggunakan anggaran tahun sebelumnya. Yang jelas, DPR tidak lagi dapat menjatuhkan presiden. Kalau memang akan ada upaya itu, rakyat yang akan menjadi pelindung kami," ujar Jusuf.

inu

birokrasi tim sukses

Iklim birokrasi yang melingkupi Susilo Bambang Yudhoyono yang tampak di antara sejumlah anggota Tim Kampanye Nasional SBY-JK dinilai memagari dan menjauhkan Yudhoyono-Kalla dari rakyat calon pemilih. Meskipun mereka sementara unggul dalam pemilu putaran pertama, Tim Kampanye Nasional SBY-JK harus bekerja lebih keras dan tidak mabuk kemenangan serta terbius puji-pujian pencari kekuasaan.

"Pertarungan di putaran kedua akan lebih berat karena dua kandidat akan saling berhadapan dan pertarungan menjadi pertarungan hidup dan mati. Untuk memperluas dukungan, tim sukses harus lebih aspiratif dan empatik terhadap rakyat. Budaya birokrasi yang dibawa anggota tim sukses yang umumnya mantan tentara dan pejabat harus dilebur. Selama ini, birokrasi justru memagari dan menjauhkan SBY dari rakyat," ujar Penasihat Relawan SBY Djohan Effendi seusai pembukaan Silaturahmi Nasional Relawan SBY, Minggu (25/7).

Mantan Sekretaris Negara di era pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid itu menilai, bersamaan dengan kemenangan Yudhoyono dalam pemilu putaran pertama, tim sukses dan beberapa orang yang merasa dekat dengan Yudhoyono seperti mabuk kemenangan. "Yudhoyono harus lebih berhati-hati untuk maju ke putaran kedua. Jangan terbius puji-pujian dan suara yang indah-indah dari beberapa orang saja. Dengarkanlah suara tulus dari rakyat yang kadang-kadang memang pahit dan menyakitkan," ujarnya.

Djohan menilai, di sekitar Yudhoyono belakangan ini terlalu banyak disesaki oleh "penjaga pintu" yang merasa paling dekat dengan Yudhoyono. Dengan orang-orang yang memiliki mentalitas pejabat dan birokrat ini, upaya untuk memperluas dukungan rakyat kepada Yudhoyono-Kalla dalam pemilu putaran kedua dapat terhambat. "Harus disadari dan dikembangkan bahwa tim sukses Yudhoyono adalah rakyat. Hal ini kurang dilihat oleh tim sukses yang birokratis itu," paparnya.

Untuk memperbesar dukungan rakyat dan melibatkan rakyat secara langsung sebagai tim sukses Yudhoyono-Kalla, Relawan SBY sedang mempersiapkan upaya-upaya counter terhadap mobilisasi dari elite politik dengan melakukan pendekatan langsung kepada rakyat.

"Upaya Relawan SBY akan kami lakukan guna menghadapi konspirasi elite untuk meraih kekuasaan yang makin marak dilakukan akhir-akhir ini. Kami akan melakukan pendidikan politik dan kami yakin rakyat cukup cerdas untuk menentukan pilihannya secara otonom tanpa terpengaruh konspirasi elite yang mengejar kekuasaan," ujar Djohan.

inu

spiderman jadi jurkam

ANDA (16) terlihat bingung saat duduk di kursi empuk berwarna merah di Studio 21 Planet Hollywood, Jakarta, Sabtu (17/7). Anak jalanan yang sehari-hari menggelandang di Stasiun Manggarai ini masih belum memahami apa yang sedang dialaminya. Bersama Yohan (12), Ade (14), dan Jana (13), teman-temannya menggelandang, Anda tertegun memandang gambar pada layar sangat lebar disertai suara menggelegar dan kadang-kadang mengagetkannya.

Tak beberapa lama, ketertegunan Anda berubah. Sambil mendekap botol air mineral dan makanan kecil pembagian, Anda tersenyum karena mulai mengenali tokoh yang muncul di layar. "Wah Sepidermen," ujarnya. Bersama tiga temannya, Anda mulai asyik menikmati film yang sedang menggemparkan dunia hiburan itu.

Sebentar saja, keceriaan terpancar dari wajah-wajah sekitar 100 anak jalanan yang didatangkan ke Planet Hollywood untuk bersama calon presiden Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menonton film Spider-Man 2. Yudhoyono bersama istrinya, Kristiani Herawati, datang atas undangan Gerakan Perempuan Pro SBY. Acara bertema "Peduli Anak Jalanan" itu dirancang untuk memperingati Hari Anak Nasional.

Sebelum acara nonton bareng, sekitar 100 anak jalanan yang didatangkan dari Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Manggarai itu berdialog dengan Yudhoyono. Dipandu artis cilik Joshua, dua anak jalanan bertanya dengan lugunya mengenai pandangan Yudhoyono tentang anak jalanan.

Anda yang mendapat kesempatan pertama bertanya dengan lugas dan lugu meminta komitmen Yudhoyono, "Kami pengen tanya. Kalau Bapak jadi presiden, gembel kayak kami ini nantinya diusir apa kagak pak?"

Mendengar pertanyaan lugu ini, beberapa panitia terperangah. Setelah diberi kode pembawa acara, Joshua meminta Anda mengulangi pertanyaan dengan kalimat lebih baik. Anda pun mengulangi dengan kata-kata lebih "santun".

Yudhoyono lantas menjawab pertanyaan itu dengan berputar-putar dulu. "Kalau kesejahteraan kita baik, ekonomi kita baik, masyarakat kita tenteram, tidak akan ada lagi anak jalanan atau anak telantar. Negara akan berjuang. Pemimpin akan bekerja keras agar kita terbebas dari tragedi ini. Tentu di waktu mendatang akan dipikir bagaimana anak-anak telantar dapat bersekolah sehingga tidak ada gembel atau anak jalanan."

Sambil berusaha mencari kata-kata yang mudah dipahami anak-anak jalanan, Yudhoyono melanjutkan jawabannya, "Perlu kerja keras pemerintah, gubernur, bupati, dan wali kota agar semua masalah dapat dipecahkan dengan baik. Yang jelas, pemerintah tidak boleh menggusur atau mengusir warganya tanpa mencari pemecahan masalah. Tertib kota harus terpelihara, sementara yang tidak beruntung diberi kesempatan yang lebih baik."

Belum tahu apakah Anda puas atau tidak dengan jawaban Yudhoyono, Joshua beralih pada Vina (10). Murid Sekolah Dasar 05 Pagi, Senen, itu mengaku dirinya tidak dibebani biaya sekolah. "Tapi saya harus membayar uang buku Rp 200.000 jika ingin sekolah. Ini bagaimana Pak?" tanyanya.

Yudhoyono menarik napas sejenak sebelum menjawab. Seperti kepada Anda, Yudhoyono mengungkap lagi, negara harus sekuat tenaga membantu rakyatnya, khususnya anak-anak, agar dapat bersekolah. Entah paham atau tidak, selama mendengar penjelasan Yudhoyono yang menggunakan bahasa yang "tinggi-tinggi" anak-anak lebih asyik bermain dengan kaus baru yang dibagikan. Untuk mengarahkan perhatian, penyelenggara acara meminta anak-anak bertepuk tangan.

Suasana kaku dan formal mencair ketika dialog usai. Menjelang pemutaran film, Yudhoyono bersama istrinya berbaur bersama anak-anak untuk bernyanyi bersama, Lagu Pelangi. Suasana makin cair saat anak-anak dipersilahkan mengambil tempat duduk sebelum pemutaran film. Dan suasana berubah ceria saat Spiderman beraksi melempar jaring laba-labanya bergelayutan di tengah keramaian Kota New York. Tepuk tangan spontan mengiringi aksi Spiderman.

"Seneng. Pertama kali saya nonton di bioskop begini," ujar Anda sambil tersipu.

Ketika ditanya apa yang dipahami dari acara itu, Anda berujar, "Katanya Pak SBY mau jadi presiden. Saya sih seneng waktu didatangin mbak-mbak yang mau ngajak nonton Sepidermen bareng Pak SBY. Dapet makanan lagi. Hari ini saya libur nyapu di gerbong dan di stasiun. Semoga kami terus diperhatiin."

inu

dekati rakyat

Calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus mendekati rakyat calon pemilih untuk memperbesar dukungan dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden putaran kedua. Setelah sehari sebelumnya mengunjungi korban kebakaran di Tanah Abang, Jumat (16/7), Yudhoyono shalat Jumat di Masjid Jami At Taqwa At Tahiriyah, Jakarta, dan berdialog dengan pengurus masjid.

Seperti kedatangannya di tengah-tengah keramaian sebelumnya, Yudhoyono kemarin disambut meriah. Seusai shalat, Yudhoyono dikerumuni jemaah yang ingin berjabat tangan dengannya. "Untuk melanjutkan kompetisi, saya memilih berkomunikasi dengan rakyat secara lebih intens. Rakyat perlu tahu pikiran, isi, dan solusi yang kami tawarkan. Mengenai koalisi, itu merupakan keniscayaan demi pemerintahan stabil. Namun, koalisi yang akan kami bangun adalah koalisi terbatas," ujar Yudhoyono.

Sebelum shalat Jumat, Yudhoyono datang ke Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, untuk menjenguk cendekiawan Nurcholish Madjid yang terbaring sakit lebih dari satu pekan di rumah sakit itu. Bersama Heru Lelono dan Mayjen (Purn) Djali Yusuf, Yudhoyono bertemu dengan Nurcholish sekitar 20 menit. "Kondisi Cak Nur (sapaan Nurcholish) terlihat sehat. Kami tadi guyon sebagai kawan," ujar Yudhoyono.

Yudhoyono mengaku berbicang-bincang dengan Nurcholish seputar proses demokrasi yang tengah berlangsung. "Bangsa ini perlu pencerahan dan nasihat Cak Nur. Tadi beliau terlihat sehat dan tetap peduli dengan proses demokrasi yang berlangsung," paparnya.

Sebagai kawan Nurcholish, Yudhoyono bercerita ketika masih bersama-sama menggagas upaya melakukan reformasi dalam TNI. Atas sumbangan pemikiran Nurcholish, didapati pemahaman bahwa antara demokrasi dan TNI tidak ada pertentangan. "TNI dan demokrasi itu compatible," ujarnya.

inu

128 kompleks tni/polri

BOLEH jadi, seminggu setelah calon presiden dari Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, berkampanye di Gelanggang Olahraga Bung Karno, 27 Juni 2004 lalu, tukang ojek dan sopir angkutan kompleks perumahan tentara yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta tersenyum ketika pulang ke rumah membawa hasil keringatnya. Selama seminggu, tukang ojek dan sopir angkutan kompleks perumahan tentara itu mendapat keringanan bebas dari pungutan wajib setiap hari yang dipungut "pentolan-pentolan" kompleks tentara itu.

Bebasnya pungutan wajib yang dapat mencapai Rp 10.000 per hari itu diberlakukan sebagai imbalan karena telah bersedia mengantar rombongan massa, yang umumnya anggota keluarga tentara, menghadiri kampanye terbuka yang memenuhi Gelora Bung Karno. Tawaran menggiurkan ini disambut antusias tukang ojek dan sopir angkutan kompleks perumahan tentara yang tersebar di Jakarta.

"Ini bukan jokes. Ini sungguh-sungguh terjadi. Ada keinginan besar dari anggota keluarga tentara secara sukarela menunjukkan dukungannya kepada Yudhoyono. Untuk kampanye itu, ibu-ibu mereka bahkan memasak untuk memberi bekal nasi bungkus," ujar koordinator pengerahan massa keluarga besar tentara Tim Kampanye Nasional Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK), Zainal H Yusuf.

Menurut anak kolong ini, kegairahan anggota keluarga besar tentara memberikan dukungan kepada Yudhoyono yang berpasangan dengan pengusaha JK telah terlihat jauh sebelumnya. Dukungan besar kepada Partai Demokrat yang menaruh Yudhoyono sebagai ikon dalam pemilihan umum (pemilu) legislatif telah membuktikan cukup besarnya dukungan itu.

Menghadapi pemilu presiden dan wakil presiden putaran pertama, 5 Juli 2004 lalu, dukungan keluarga besar tentara kepada Yudhoyono serius digarap agar hasilnya menjadi optimal. Untuk keperluan itulah, Tim Kampanye Nasional SBY-JK yang dikomandani purnawirawan jenderal dan disesaki juga purnawirawan jenderal itu memetakan sungguh besarnya potensi suara keluarga besar tentara.

Upaya memberi ruang ekspresi politik kepada keluarga besar tentara, menurut Zainal, memiliki momentum yang tepat. Oleh Partai Golongan Karya (Golkar) yang selama ini menjadi ruang ekspresi purnawirawan dalam berpolitik, terbukti bahwa mereka dan anggota keluarga besarnya "disia-siakan". Dalam daftar urut calon anggota legislatif di Partai Golkar, para purnawirawan jenderal ditempatkan di nomor urut yang jauh dari harapan bisa terpilih.

Atas perlakuan tidak mengenakkan dari Partai Golkar tersebut, anggota keluarga besar tentara diibaratkan seperti anak ayam kehilangan induk. "Perlakuan tidak mengenakkan itulah yang menyebabkan anggota keluarga besar tentara yang diwadahi Pepabri dan FKPPI mulai berangsur-angsur menarik diri dari Partai Golkar. Kesempatan itulah yang kemudian kami garap sungguh-sungguh," ujarnya.

Menurut data yang dimiliki Zainal, Pepabri yang mewadahi purnawirawan TNI dan Polri hingga ke tingkat akar rumput dan FKPPI yang mewadahi putra-putri purnawirawan dipetakan memiliki anggota sekitar 16,6 juta orang di seluruh Indonesia. Pepabri yang datanya sahih memiliki anggota sekitar 12,6 juta, sedangkan FKPPI memiliki anggota sekitar 4 juta. Potensi makin besar setelah Pemuda Panca Marga yang memiliki anggota sekitar 4 juta orang memberikan dukungan kepada Yudhoyono.

"Dengan kultur komando dan disiplin yang tinggi, potensi keluarga besar tentara lebih menggiurkan untuk ditangani dibandingkan mengelola potensi yang dimiliki partai politik. Dengan efektifnya komando, termasuk dalam pilihan politik, keluarga besar tentara dapat disamakan dengan sebuah aliran politik. Kita tidak pernah bisa membayangkan bagaimana efek bawaan seorang purnawirawan di lingkungannya. Meskipun hanya seorang sersan, seorang purnawirawan kerap menjadi komandan di lingkungannya. Ini yang kami pertimbangkan," ujar Zainal.

Segera setelah Pepabri secara kelembagaan memberikan dukungannya kepada Yudhoyono dan Wiranto sebelum masa kampanye lalu, Tim Kampanye Nasional SBY-JK bekerja. Pertama dipetakan jumlah kompleks tentara dan polisi yang tersebar di Jakarta, yang kemudian tercatat jumlahnya mencapai 128 kompleks perumahan. Untuk mengefektifkan upaya pencarian dukungan, dipeganglah "pentolan" masing-masing kompleks.

Oleh Zainal yang sebelumnya malang melintang di organisasi keluarga tentara, dipeganglah "pentolan" untuk masing-masing angkatan sebagai koordinator lapangan. "Agak lama membuat persiapan, pemetaan, dan koordinasi lapangan itu. Kami baru mendapatkan kepastian dukungan anggota keluarga besar tentara dari para ÆpentolanÆ itu empat hari sebelum kampanye besar di Gelora Bung Karno. Setelah sepakat, kami konsolidasi tanpa biaya. Kampanye di Gelora Bung Karno menjadi ujian efektivitas organisasi yang mereka wakili," kata Zainal.

Saat konsolidasi, untuk ujian efektivitas organisasi anggota keluarga besar tentara tersebut disediakan tiga sektor di gelora Bung Karno, yaitu sektor XII, XII, dan VIP Timur. Namun, dalam perjalanan waktu yang mepet menjelang kampanye terakhir itu, beberapa "pentolan" itu meminta tambahan tempat menjadi lima sektor.

"Permintaan kami penuhi meskipun semula kami agak ragu. Akan tetapi, pada hari pelaksanaan kampanye, lima sektor mulai dari sektor IX sampai XIV yang kami siapkan ternyata penuh bahkan sejak pukul 09.00. Selain mencengangkan kami, kenyataan ini membuktikan bahwa organisasi keluarga besar tentara berjalan efektif," ujarnya.

Tidak hanya dalam kampanye terbuka dukungan keluarga besar tentara terbukti. Dalam pemilu presiden dan wakil presiden langsung pertama kali di Indonesia itu, suara mereka diserahkan kepada Yudhoyono. Perolehan suara di tiap-tiap TPS di lingkungan tentara menunjukkan hal tersebut. "Sebagian besar kompleks tentara kami kuasai.

Sementara untuk kompleks Polri, kami hanya mampu menguasai dua saja karena keluarga Polri tampaknya lebih terpikat kepada pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi," kata Zainal.

inu

citra sby

SEPERTI sudah diduga dan dianalisa sebelumnya, sebagian besar suara alumni Cilangkap dan anggota keluarga besarnya memberikan dukungan kepada calon presiden dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Jusuf Kalla. Tidak heran jika pasangan yang juga dicalonkan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Partai Bulan Bintang (PBB) ini dielu-elukan saat penghitungan suara di tempat pemungutan suara mereka.

HIDUP SBY! Hidup JK! Bersama kita bisa!" Begitu salah satu teriakan massa seperti paduan suara yang menggema dari TPS-TPS yang terletak di lingkungan tentara. Di sebagian besar TPS di Kelurahan Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, misalnya, teriakan massa yang terlihat bergembira itu menggema di 100 TPS dari 103 TPS yang ada di sekitar Kompleks Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu. Di 100 TPS tersebut, Yudhoyono menang mutlak meninggalkan pesaing terdekatnya Amien Rais-Siswono Yudo Husodo yang hanya mampu menang di tiga TPS.

Gema teriakan massa menyambut kemenangan pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla saat penghitungan suara di TPS bergema juga di hampir seluruh lingkungan tentara yang ada di Jakarta. Seperti di Cijantung, kemenangan mutlak pasangan purnawirawan jenderal dan pengusaha ini juga dirayakan secara meriah dengan sorak-sorai di kawasan perumahan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (TNI AD), kawasan Halim Perdana Kusuma (TNI AU), dan kawasan Sunter-Kodamar (TNI AL).

"Sudah kami duga dan perkirakan sebelumnya mengenai besarnya dukungan keluarga besar TNI kepada pasangan Yudhoyono-Kalla. Keyakinan kami akan dukungan suara keluarga besar TNI menguat ketika kami menggelar kampanye rapat umum mengakhiri masa kampanye Yudhoyono-Kalla di Gelanggang Olahraga Bung Karno, 27 Juni 2004 lalu. Lima tribun yang kami sediakan untuk keluarga besar TNI di Jakarta penuh bahkan sejak pukul 09.00. Sejak itu kami menjadi semakin yakin akan besarnya dukungan mereka," ujar anggota seksi pengumpulan dan pengolahan data Tim Kampanye Nasional SBY-JK Zainal H Yusuf, di Jakarta, Kamis (8/7).

Meskipun mengaku terkejut dengan dukungan besar keluarga besar Cilangkap dan alumninya, Zainal mengaku suara yang diperoleh pasangan Yudhoyono-Kalla di kantong tentara telah terpetakan sebelumnya. Memetakan dan memprediksi arah pilihan politik tentara menurut Ketua Bidang Organisasi PKPI ini lebih mudah karena kultur komando, disiplin tinggi, dan kepastian data anggota.

Ditanya kenapa antusiasme keluarga besar tentara kepada pasangan Yudhoyono-Kalla begitu tinggi, Zainal mengangkat tangan tanda tidak tahu secara pasti. Namun, berdasarkan pengalamannya sebagai anak kolong, Zainal berujar, "Kami sebagai anak tentara sejak kecil mendambakan pemimpin yang gagah dan kuat. Kegagahan kami temukan pada sosok tentara. Karena itu, omong kosong jika anak tentara tidak mengharapkan tentara menjadi presiden."

Ditanya lebih lanjut mengapa di antara tiga figur purnawirawan jenderal yang maju ke muka pilihan lebih banyak dijatuhkan kepada Yudhoyono, Zainal kembali berujar, "Selain mendambakan pemimpin yang kuat dan gagah, kami juga mengidam-idamkan pulihnya kembali citra tentara. Kami anggota keluarga besar tentara melihat Yudhoyono dapat memulihkan kembali citra tentara karena sedikitnya masalah di sekitarnya jika dibandingkan dengan Wiranto."

MENURUT analisa dan hitungan Tim Kampanye Nasional SBY-JK, dibandingkan dengan partai politik, organisasi keluarga besar tentara dilihat lebih efektif menjadi "mesin politik". Dengan jumlah purnawirawan beserta anggota keluarganya yang mencapai lebih dari 12 juta, dapat dibayangkan berapa suara yang dapat diperoleh jika potensi tersebut dimanfaatkan secara tepat. "Dalam menggarap besarnya potensi suara keluarga besar tentara, kami juga mempertimbangkan efek dominonya. Umumnya purnawirawan apa pun pangkat terakhirnya tetap menjadi komandan di lingkungan tempat tinggalnya," ujarnya.

Karena itu, pernyataan resmi dari Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI (Pepabri) untuk mendukung calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wiranto lantas ditindaklanjuti dengan upaya pendekatan door to door. Untuk melipatgandakan upaya itu, seminggu setelah PKPI mencalonkan Yudhoyono-Kalla, jaringan anggota keluarga besar tentara yang telah terbentuk dan berjalan efektif di PKPI digerakkan.

Jaringan anggota keluarga besar tentara di PKPI ditampung dalam Barisan Muda PKPI yang didalamnya masuk Pemuda Panca Marga dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI (FKPPI). "Setelah PKPI mencalonkan Yudhoyono, jaringan FKPPI dan PPM bergerak. Dengan bergeraknya jaringan ini, tergaraplah potensi besar suara keluarga tentara," ujar Zainal yang juga Ketua Bidang Organisasi PKPI.

EFEKTIVITAS upaya penggalangan keluarga tentara oleh jaringan yang mereka miliki terbukti secara nyata di sejumlah kompleks tentara dan Polri di Jakarta. Dari 128 kompleks tentara yang ada di Jakarta, menurut catatan Zainal, setidaknya ada 80 kompleks yang dimenangkan Yudhoyono. Kemenangan itu merata di seluruh angkatan baik Kompleks TNI AD, TNI AU, maupun TNI AL.

Sebagai contoh di Kelurahan Cijantung, tempat bertebarannya kompleks perumahan TNI AD. Di kelurahan ini, pasangan Yudhoyono-Kalla menang telak. Dari 103 TPS dengan 22.833 suara pemilih yang dinyatakan sah di kelurahan itu, Yudhoyono menang di 100 TPS memperoleh 10.106 suara. Menyusul di urutan kedua pasangan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo dengan 6.396 suara.

Calon presiden lain yang juga purnawirawan jenderal, Wiranto, yang berpasangan dengan Salahuddin Wahid, berada di urutan keempat dengan perolehan 2.255 suara di bawah perolehan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi yang memperoleh 3.806 suara. Di kompleks tentara, pilihan memang cuma dua yaitu kalau tidak Yudhoyono maka Wiranto. Kandidat lain tampak hanya sebagai penggembira saja karena hanya mendapat suara belasan saja per TPS yang rata-rata memiliki pemilih 200 orang.

Contoh perolehan suara Yudhoyono-Kalla di lingkungan perumahan tentara di Jakarta menguatkan anggapan sebelumnya mengenai besarnya dukungan anggota keluarga besar tentara kepada Yudhoyono. Di pundak Yudhoyono, keluarga besar anggota tentara menyerahkan harapan pulihnya citra tentara yang menjadi bulan-bulanan reformasi. Yudhoyono lebih dipercaya karena dinilai tidak banyak bermasalah dibanding calon tentara lainnya.

Sekali tentara tetap tentara!

inu

senin coblos

BAGI para calon presiden dan calon wakil presiden, Senin 5 Juli 2004 kemarin benar-benar hari mendebarkan. Hari itu, sekitar 150 juta warga negara Indonesia akan menentukan pilihan. Rakyat akan menentukan, apakah mereka melesat atau harus terempas dari bursa pemilihan presiden.

Menghadapi hari itu, Wiranto dan keluarga menyiapkan diri. Meski malam harinya dia menonton final Piala Eropa di Tee-Box Cafe sampai pukul 01.20 WIB, subuh benar dia sudah bangun dan melaksanakan shalat. "Ibu Uga (istri Wiranto-Red) tadi pagi juga shalat tahajud," ucap seorang pengawal.

Pukul 07.00 Wiranto sudah bersiap-siap walaupun baru tiga jam kemudian ia bersama istrinya menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) 029 di SDN Bambu Apus 01, Kecamatan Cipayung, Jakarta, yang hanya beberapa ratus meter dari rumahnya.

Wiranto tampak berseri-seri dan rileks. Setibanya di TPS, dia menyapa wartawan. Saat akan memberikan suara, Wiranto malah sempat bercanda dengan fotografer dan juru kamera yang mengikuti di belakangnya. "Ayo minggir. Ini kan rahasia," ucapnya. Spontan, wartawan pun sadar dan menyingkir.

Seusai mencoblos, Wiranto kembali ke rumah. Namun, dia tak henti-hentinya mengirim minuman dan makanan ke TPS. Presiden Paguyuban Warung Tegal se-Jabotabek dan Jawa ini memang punya motto sederhana: "Wareg, Waras, Wasis".

PUKUL 06.00, TPS 05, Desa Nagrak, Gunung Putri, Bogor, telah ramai. Sisa-sisa acara beberapa warga nonton bareng sepak bola final Piala Eropa masih terserak. Begitu juga sisa acara doa bersama Susilo Bambang Yudhoyono di pendopo di samping rumah di Puri Cikeas.

Keramaian makin menjadi menjelang pukul 07.00 bersamaan dengan kedatangan beberapa petugas TPS. Selain warga, puluhan wartawan juga menambah keramaian. Yudhoyono yang tiba di TPS beberapa menit setelah pukul 09.00 didampingi istrinya, Kristiani Herawati. Dia terlihat segar, ceria, dan murah senyum. Sambil berjalan, Yudhoyono menjawab pertanyaan wartawan.

Meskipun optimistis dapat melaju ke putaran kedua, Yudhoyono mengkhawatirkan ada kejadian luar biasa yang mengubah kalkulasi kemenangannya. "Politik itu keras dan kejam. Untuk kekuasaan, orang bisa menghalalkan segala cara," ujarnya.

Dengan senyum Yudhoyono melambaikan tangan ke arah warga yang berteriak-teriak memanggilnya. Sambil menunggu, Yudhoyono, istri, dan anaknya diminta berputar-putar arah untuk diambil gambar oleh wartawan. Seusai mencoblos, wartawan terus memburu Yudhoyono untuk wawancara dan mengambil gambar. Tim sukses Yudhoyono akhirnya menggelar jumpa pers di pendopo rumahnya. Yudhoyono mengucap syukur karena pemilu berjalan baik, aman, dan lancar.

"Proses itu penting. Jika proses berjalan demokratis, hasilnya akan berkualitas," ujarnya.

DARI seluruh kampanye, acara dialog calon presiden barangkali paling melekat di benak Hamzah Haz. Itu dinyatakan kepada wartawan seusai mencoblos di TPS 30, Kelurahan Palmeriam, Matraman, Jakarta. Pagi itu, pukul 08.50, ia bersama istrinya, Asmaniah, dan tujuh dari 9 anaknya datang ke TPS dengan berjalan kaki dari rumahnya yang berjarak 100 meter.

Mereka hanya sepuluh menit di TPS. Itu sudah termasuk menuruti permintaan belasan fotografer, yang berharap dapat pose menarik. Melihat kesabaran melayani keinginan fotografer, tidak berlebihan jika Hamzah dikenal akrab dengan wartawan.

Ketika menunggu kesempatan mencoblos, atas permintaan fotografer, beberapa kali ia dan istrinya harus mengangkat surat suara yang dipegangnya. Bahkan, saat mau memasukkan surat suara ke kotak, ia harus "minta izin" para fotografer itu. "Sudah ya, ya, saya masukkan sekarang," katanya.

Seusai mencoblos, dua kali dia menerima wawancara. Di kedua kesempatan itu, Hamzah mengaku teringat acara debat capres yang dijalaninya empat hari sebelumnya. "Banyak yang belum tahu keadaan kita sebenarnya. Karena itu, masih banyak yang parsial dari debat-debat calon presiden, yang saya nilai, seperti cerdas cermat. Isinya tidak mendasar," katanya.

Tidak jelas, mengapa Hamzah teringat terus pada acara itu.

inu/sam/sut

fitnah sby

Calon presiden dari Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersyukur selama satu bulan masa kampanye berjalan dengan aman. Memasuki masa tenang sebelum hari pemilihan, 5 Juli 2004, Yudhoyono meminta agar calon pemilihnya terus waspada karena penyebaran fitnah dan kebohongan akan terus terjadi dalam bentuk lain. Selain itu, Yudhoyono meminta mewaspadai kemungkinan terjadinya serangan fajar pada hari pemilihan.

"Kita harus terus waspada. Kalau dalam kampanye mereka mampu menyebar fitnah dan kebohongan. Saya ingatkan, besok hal itu bisa terjadi lagi dalam bentuknya yang lain. Di minggu tenang, kasak-kusuk kebohongan dan intimidasi bisa terjadi. Serangan fajar bisa terjadi juga di hari pemilihan. Apa pun juga bisa terjadi," ujar Yudhoyono menutup masa kampanye dengan dialog politik di hadapan anggota tim suksesnya dan wartawan, Kamis (1/7).

Selain meminta calon pemilihnya waspada, Yudhoyono meminta agar pada hari pemilihan dan hari-hari setelahnya rakyat turut mengawasi kemungkinan adanya kecurangan penghitungan hasil suara. Agar dapat diawasi, Yudhoyono meminta hasil penghitungan suara dari tempat pemungutan suara hingga tingkatan yang lebih tinggi dibuka secara transparan kepada rakyat.

Selama satu bulan berkampanye keliling Indonesia bersama Jusuf Kalla, Yudhoyono memetik beberapa pelajaran penting yaitu rakyat di seluruh Indonesia pada dasarnya mampu dan bersedia menerima perbedaan pendapat. Rakyat sudah cukup dewasa dan arif berpolitik. Keberagaman akar masyarakat baik agama, suku, dan daerah asal tidak menjadi bagian efektif untuk menarik simpati rakyat. Rakyat telah terbiasa dalam keberagaman.

"Meskipun rakyat memiliki kesadaran dan kepedulian politik yang tinggi, mereka umumnya kekurangan informasi yang benar dan akurat. Rakyat tidak tahu harus ke mana menanyakan kebenaran berita-berita," kata Yudhoyono memaparkan.

inu

nuarta

"BELAKANGAN ini saya bingung kenapa hidup di zaman yang menggelisahkan seperti ini. Apa ini bagian dari karma yang harus saya terima dan jalani?" Pertanyaan itu dikemukakan pematung Nyoman Nuarta (52) ketika diminta membaca puisi dalam acara yang digelar salah satu calon presiden di Jakarta, Senin (28/6). Meskipun telah diberi buku kumpulan puisi yang dapat dipilih untuk dibaca, Nyoman lebih memilih mengungkapkan kegelisahannya mendapati perkembangan politik terakhir.

"Saya tidak habis mengerti dengan kebijakan bangsa ini yang diambil para politisi dan pemimpinnya. Sementara bangsa lain di dunia ke kanan, kita ke kiri. Kita serba beda dan serba tertinggal karena perbedaan itu," ujar pematung Mandala Garuda Wisnu Kencana yang megah berdiri di Bali tersebut.

Pria kelahiran Tabanan, Bali, ini juga gelisah melihat kelakuan politisi yang menggunakan agama sebagai alat meraih dan mempertahankan kekuasaan. "Di luar negeri, orang takut menggunakan agama. Akan tetapi, di sini, kita melihat orang mengembar-gemborkan agama, tetapi kelakuannya jauh dari nilai agama," ujar Nyoman yang rambutnya telah memutih semua.

Mengenai bagaimana seharusnya ber-Tuhan, ayah dua anak yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, ini mempunyai pengalaman menarik ketika berada di Korea Selatan. Ketika itu Nyoman bekerja dengan orang Korea Selatan yang hasil kerjanya baik dan bagus. "Ketika itu saya bertanya agama orang itu. Namun, orang itu menjawab, ÆSaya tidak punya agama. Tetapi saya takut dengan Tuhan.Æ Jawaban itu mengentakkan saya," paparnya.

Kegelisahan Nyoman yang diungkapkan dengan perlahan lebih mencekam dibandingkan artis sebelumnya yang membaca puisi dengan gaya dan nada suara dibuat-buat. Setelah seluruh hadirin hanyut dalam suasana permenungan yang mendalam, Nyoman turun panggung. Sejenak, hiruk-pikuk acara yang dipadati pesohor itu berhenti mengantar Nyoman menuju kursi.

inu

kerbau kalla

Pukul 16.00 WITA. Kendaraan rombongan calon wakil presiden Jusuf Kalla melaju kencang dalam kawalawan patroli jalan raya menuju Bandar Udara Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Di tengah jalan, timbul niat yang semula sudah direncanakan untuk mengunjungi Pasar Hewan Kecamatan Cakranegara, Mataram, yang jaraknya tidak jauh dari bandara. Iring-iringan kendaraan lantas berputar arah.

Tidak lama kemudian rombongan tiba di pasar yang ramai tidak hanya oleh kerumunan orang, tetapi juga hewan kerbau dan kuda. Melihat rombongan kendaraan dalam pengawalan datang, kerumunan massa mengalihkan pandangan ke arah datangnya rombongan.

Mengetahui bahwa yang datang adalah Jusuf yang dikenal sebagai pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono, massa lantas mengaraknya menuju tempat jual beli kerbau. Tim kampanye lantas sibuk mengatur strategi agar gambar yang direkam para fotografer dan kamerawan dramatik. Maka, diaturlah rencana agar ada kesempatan Jusuf mengelus-elus sapi dan bertanya harganya. Rencana siap dilaksanakan dan dua kerbau telah dipilih.

Massa berkerumun di belakang dua kerbau sementara fotografer dan kamerawan berdiri berhadap-hadapan dengan Jusuf. Masih dalam keriuhan massa, Jusuf bersiap-siap menjamah dua kerbau yang terlihat malu-malu kerbau. Mungkin karena gemas atau karena terdorong akibat berdesak-desakan, sebelum Jusuf menjamah dua kerbau tambun itu, (maaf) bokong kerbau terpukul dan terdorong.

Kontan, kerbau yang tadinya malu-malu kerbau hendak dijamah Jusuf meronta dan mengamuk. Massa lantas berhamburan mencari perlindungan yang aman. Jusuf dan wartawan menyingkir sambil tersenyum penuh kekagetan.

Boleh jadi kerbau itu mengamuk karena ogah dipolitisasi...

inu

cita-cita sby

RINDUNYA hatiku padamu,
Kekasih tambatan jiwa
di seberang sana.
Bolehkah kutitipkan salam
lewat burung kenari
yang terus bernyanyi.
Sayang, aku kangen
pada pelangi di matamu,
dan
kasih indah di dadamu
Masihkah bersemi?

PUISI empat bait tersebut ditulis Susilo Bambang Yudhoyono menjelang Hari Kasih Sayang (ValentineÆs Day), 11 Februari 2004. Puisi berjudul Kangen itu merupakan satu dari 31 puisi yang pembuatannya dikebut Yudhoyono dalam rentang waktu kurang dari dua bulan sejak 7 Januari sampai 16 Februari 2004. Puisi itu membuka buku kumpulan puisi Taman Kehidupan yang diterbitkan pada masa kampanye pemilu legislatif, Maret 2004.

Beberapa puisi, termasuk puisi Kangen yang menjadi andalan itu, dicantumkan juga dalam biografinya setebal 1.023 halaman yang diluncurkan pada 31 Maret 2004. Dalam biografi yang ditulis Usamah Hisyam itu, Yudhoyono yang sedang menanjak popularitasnya ketika itu, lantaran polemik dengan Taufik Kiemas, digambarkan serba sempurna.

Di samping tempaan raga yang dijalani selama karier militernya sejak tahun 1970, jiwanya juga tertempa. Puisi-puisi melankolis itu adalah bukti tempaan atas jiwanya. Citra keseimbangan raga dan jiwa itu yang kira-kira ingin ditampilkan lewat ketergesa-gesaannya menulis puisi di tengah kesibukannya memikirkan nasib rakyat Aceh yang hidup di bawah rasa takut karena dilegalkannya adu senjata mencabut nyawa.

Keinginan untuk selalu tampil serba sempurna ini membuat Yudhoyono yang memperoleh gelar jenderal kehormatan tahun 2000 dari Presiden Abdurrahman Wahid terkesan lamban bersikap dan peragu. Kesan lamban bersikap dan peragu tersebut segera dibantah Yudhoyono lewat biografi. Kehati-hatian dan penuh pertimbangan yang membuatnya kerap terkesan lamban dan peragu.

YUDHOYONO lahir dari lingkungan keluarga prihatin. Sebagai Komandan Komando Rayon Militer (Danramil) yang wilayah tugasnya mencakup satu kecamatan, Soekotjo (ayahnya) tidak berkecukupan secara ekonomi. Dengan pangkat pembantu letnan satu (peltu), gajinya sangat kecil. Terlebih Soekotjo bertugas di daerah terpencil dan gersang, sepi dari "sabetan".

Sebagai anak tunggal pasangan Soekotjo dan Siti Habibah, Yudhoyono yang lahir seusai azan dzuhur, 9 September 1949, cukup mendapatkan kasih sayang. Soekotjo yang menjabat sebagai Danramil selama empat periode di sejumlah kecamatan di Pacitan menanamkan disiplin dan kerja keras.

Yudhoyono lahir tanpa ditunggui ayahnya di rumah kakeknya di Desa Tremas, 12 kilometer dari Kota Pacitan. Untuk kelancaran sekolahnya, Yudhoyono tinggal bersama Sasto Suyitno, pamannya yang menjadi Lurah Desa Ploso, Pacitan.

Sejak menjadi murid Sekolah Rakyat Gajahmada (sekarang SDN Baleharjo I), Yudhoyono yang dipanggil Susilo atau Sus oleh kedua orangtuanya sudah tampak menonjol.

Saat SMA, Yudhoyono bersama teman-teman membentuk Klub Rajawali untuk bermain voli dan Band Gaya Teruna untuk bermusik. Di band itu Yudhoyono memainkan bass. Ia kerap menjadi vokalis untuk menyanyikan lagu sedih dan sendu, Telaga Sunyi karya Koes Plus. Hobi bermusik Yudhoyono yang dijadikan andalan saat berkampanye bermula dari sini. Namun, saat kampanye Yudhoyono tidak lagi menyanyikan lagu sedih dan sendu Telaga Sunyi. Lagu Pelangi di Matamu milik Jamrud yang mirip dengan syair puisinya menjadi pilihannya.

LAYAKNYA pemuda lain dari daerah gersang dan terpencil, keluar daerah untuk mengubah nasib adalah sebuah dorongan, tuntutan, dan harapan. Pengalaman getir menyaksikan perceraian kedua orangtuanya memacu Yudhoyono lebih keras lagi berupaya.

Mewarisi sikap ayahnya yang keras, Yudhoyono berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

Karena terlambat mendaftar, Yudhoyono tidak langsung masuk Akabri saat lulus SMA akhir tahun 1968. Satu tahun sebelum masuk Akabri, Yudhoyono sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 Nopember Surabaya (ITS). Namun, Yudhoyono kemudian memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama di Malang, Jawa Timur. Di Malang ia dapat lebih leluasa mempersiapkan diri masuk Akabri. Tahun 1970 Yudhoyono masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung.

Saat Yudhoyono menjalani pendidikan militer, Mayjen Sarwo Edhi Wibowo yang kemudian menjadi bapak mertuanya bertindak sebagai Gubernur Akabri. Yudhoyono satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, Prabowo Subianto,Yudi M Yusuf, dan Wresniwiro. Di akhir pendidikan, Yudhoyono yang mendapat julukan Jerapah menyabet predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan mendapat lencana Adhi Makasaya. Presiden Soeharto menyerahkan lencana itu kepada Yudhoyono.

Selain meraih prestasi terbaik, di tahun keempat pendidikan militer inilah cintanya tumbuh dan bersemi. Tidak tanggung-tanggung, putri Sarwo Edhie, Kristiani Herrawati, diincarnya. Pertemuan pertama dengan Kristiani yang kini menjadi istrinya terjadi saat sebagai Komandan Divisi Korps Taruna Yudhoyono melapor kepada Sarwo Edhie mengenai satu kegiatan. Saat itu Kristiani sedang berlibur di Lembah Tidar menemui orangtuanya.

Sejak pertemuan pertama di Lembah Tidar itu, Yudhoyono kerap menyempatkan diri main ke rumah dinas gubernur dengan harapan bertemu Kristiani. Setelah lebih saling mengenal satu sama lain, keduanya lantas pacaran. Mendengar hubungan cinta putranya dengan putri Sarwo Edhie, Soekotjo kaget bukan kepalang dan menganggap Yudhoyono salah bergaul.

Namun, lantaran Yudhoyono mampu meyakinkan ayahnya bahwa perbedaan status tidak menjadi pertimbangan utama dalam hubungan cintanya, Yudhoyono dan Ani terus melangkah. Sebetulnya, yang lebih dulu senang pada Yudhoyono adalah istri Sarwo Edhie. Lampu hijau ini memperlancar hubungan kasih Yudhoyono dan Ani.

Karena kemudian berpisah, Ani ke Korea Selatan ikut ayahnya sebagai Duta Besar di Korea Selatan dan Yudhoyono ke Amerika Serikat mengikuti pendidikan Airborne dan Ranger, sepasang kekasih ini menunda pernikahan. Pernikahan baru dilaksanakan 30 Juli 1976 bersama-sama dengan dua putri Sarwo Edhie lain yang juga mendapat jodoh tentara. Lantaran unik, pesta pernikahan tiga bersaudara yang dilangsungkan di Hotel Indonesia itu menjadi tontonan tamu hotel.

Bersama Ani, Yudhoyono dikaruniai dua putra, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono yang mengikuti jejak ayahnya menjadi tentara (lulusan terbaik Akmil 2000) dan Edhie Baskoro Yudhoyono yang mengurungkan niat menjadi tentara seperti ayahnya lantaran reformasi yang memaki tentara. Baskoro kemudian memilih kuliah di Curtain University, Australia.

Yudhoyono mengakhiri karier militernya sebagai Kepala Staf Sosial Politik ABRI yang kemudian berubah nama karena reformasi menjadi Kepala Staf Teritorial TNI, tahun 1998-1999. Akhir karier militer ini menyisakan duka karena sebagai tentara SBY ingin menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD dan bahkan Panglima TNI yang memang terbuka peluangnya. Keputusan Presiden Abdurrahman Wahid menjadikannya sebagai Menteri Pertambangan dan Energi membuyarkan keinginannya.

Bersamaan dengan masa akhir karier militernya itu, SBY dan keluarga tinggal di Puri Cikeas, Gunung Puteri, Bogor, Jawa Barat. Dari rumah yang dibangun di atas tanah seluas lebih dari 3.000 meter itu, SBY membangun mimpinya untuk menjadi presiden.

MIMPI menjadi orang nomor satu di negeri ini makin kencang diupayakan perwujudannya oleh SBY sejak kekalahannya di putaran kedua pemilihan wakil presiden dalam Sidang Istimewa MPR, Juli 2001. Setelah kekalahan itu, muncul rekomendasi beberapa kalangan yang meminta SBY bersiap mencalonkan diri sebagai presiden dengan langkah mendirikan partai politik. Satu tahun kemudian, SBY melontarkan nama partai yang akan dipakainya: Partai Demokrat.

Setelah SBY secara lisan menjelaskan ciri partai politik yang diinginkannya, termasuk working ideologi-nya nasionalis-religius, hari berikutnya di kantor Tim Kresna Bambu Apus, niat mendirikan partai politik direalisasikan. Awal Agustus 2002, SBY mengadakan pertemuan terbatas yang dihadiri Prof Subur Budisantoso, Prof Irsan Tanjung, dan Dr Achmad Mubarok. Partai Demokrat didirikan dengan komitmen utama sebagai kendaraan SBY mewujudkan mimpi besarnya menjadi presiden.

Mimpi besar itu mulai dibangun bersamaan dengan tugas negaranya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri. Konsentrasinya yang terpecah tersebut sedikit banyak terasakan oleh Megawati yang ingin kembali menjadi presiden. Persaingan tertutup dalam satu perahu itu kemudian menjadi terbuka karena pernyataan suami Megawati, Taufik Kiemas. Buntut persaingan terbuka ini, SBY mundur dari kabinet menjelang kampanye pemilu legislatif.

Bersamaan dengan meningkatnya popularitas SBY, Partai Demokrat sebagai partai pendatang baru menuai hasil memuaskan dalam pemilu legislatif. Berada di urutan kelima dengan perolehan suara 8.455.225 SBY memiliki kendaraan untuk pencalonan dirinya sebagai presiden.

Meskipun demikian, Yudhoyono merasa tidak nyaman jika hanya dicalonkan oleh partai yang didirikannya saja. Setelah berkeliling mencari mitra koalisi, Partai Bulan Bintang (PBB) serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) sepakat bersama-sama mencalonkannya. Sebagai wakil presiden, SBY memilih Jusuf Kalla, orang yang pertama kali memberinya selamat setelah mundur dari Kabinet Gotong Royong.

Dengan bergabungnya Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra, pasangan Yudhoyono-Kalla mengedepankan visi yang sepertinya merupakan gabungan tiga tokoh ini, yaitu aman, adil, dan sejahtera. Mengenai syariat Islam yang diusung Yusril lewat PBB, SBY berpendapat, "Syariat Islam yang diperjuangkannya ada dalam bingkai konstitusi berikut Pembukaan UUD 1945. Saya sangat memahami cita-citanya untuk mewujudkan kehidupan yang betul-betul Islami di negeri ini."

Genderang kompetisi telah ditabuh. Menjelang berakhirnya masa kampanye, tabuhan genderang kompetisi semakin kencang sehingga kerap memerahkan telinga para kandidat dan tim suksesnya. Namun, jauh sebelum kompetisi digelar, seusai mencoblos dalam pemilu legislatif, di sebuah warung soto ayam pinggir jalan, SBY berujar,

"Bagi saya Megawati atau Amien Rais itu bukan musuh, tetapi kompetitor. Karenanya, mari berkompetisi secara sehat dalam bingkai demokrasi!"

inu