"BELAKANGAN ini saya bingung kenapa hidup di zaman yang menggelisahkan seperti ini. Apa ini bagian dari karma yang harus saya terima dan jalani?" Pertanyaan itu dikemukakan pematung Nyoman Nuarta (52) ketika diminta membaca puisi dalam acara yang digelar salah satu calon presiden di Jakarta, Senin (28/6). Meskipun telah diberi buku kumpulan puisi yang dapat dipilih untuk dibaca, Nyoman lebih memilih mengungkapkan kegelisahannya mendapati perkembangan politik terakhir.
"Saya tidak habis mengerti dengan kebijakan bangsa ini yang diambil para politisi dan pemimpinnya. Sementara bangsa lain di dunia ke kanan, kita ke kiri. Kita serba beda dan serba tertinggal karena perbedaan itu," ujar pematung Mandala Garuda Wisnu Kencana yang megah berdiri di Bali tersebut.
Pria kelahiran Tabanan, Bali, ini juga gelisah melihat kelakuan politisi yang menggunakan agama sebagai alat meraih dan mempertahankan kekuasaan. "Di luar negeri, orang takut menggunakan agama. Akan tetapi, di sini, kita melihat orang mengembar-gemborkan agama, tetapi kelakuannya jauh dari nilai agama," ujar Nyoman yang rambutnya telah memutih semua.
Mengenai bagaimana seharusnya ber-Tuhan, ayah dua anak yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, ini mempunyai pengalaman menarik ketika berada di Korea Selatan. Ketika itu Nyoman bekerja dengan orang Korea Selatan yang hasil kerjanya baik dan bagus. "Ketika itu saya bertanya agama orang itu. Namun, orang itu menjawab, ÆSaya tidak punya agama. Tetapi saya takut dengan Tuhan.Æ Jawaban itu mengentakkan saya," paparnya.
Kegelisahan Nyoman yang diungkapkan dengan perlahan lebih mencekam dibandingkan artis sebelumnya yang membaca puisi dengan gaya dan nada suara dibuat-buat. Setelah seluruh hadirin hanyut dalam suasana permenungan yang mendalam, Nyoman turun panggung. Sejenak, hiruk-pikuk acara yang dipadati pesohor itu berhenti mengantar Nyoman menuju kursi.
inu
Friday, March 14, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment