Friday, February 22, 2008

barongsai

HARI masih pagi, namun Jalan Tambak Bayan Tengah, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), sudah ramai oleh kerumunan orang yang umumnya berkaus, bercelana training, dan bersepatu olahraga. Keramaian makin bertambah menjelang pukul 08.00, Minggu (24/3/2002), saat acara "Pekan Muharram 2002" yang diselenggarakan Yayasan Dharma Mulia yang terletak di jalan tersebut dimulai.

Tepat pukul 08.00, enam remaja putra dengan kaus kuning bertuliskan nama yayasan tersebut maju membawa peralatan musik: dua tambur, tiga pasang pyeng-pyeng (simbal), dan satu canang. Selama lima menit, tiga jenis alat musik itu dibunyikan dan berpadu harmonis membuka acara.

Usai pembukaan, sekitar 70 orang berjalan berarak dalam rombongan dengan membawa barongsai, liong, dan alat musik menuju jembatan pojok di ujung Jalan Tambak Bayan. Di jembatan itu rombongan "tuan rumah" Dharma Mulia dan Karya Surya Harapan Kesejahteraan (KSHK) menjemput tiga rombongan Boen Bio, Budi Luhur, dan Lima Bhakti yang sudah menunggu dengan peralatan lengkap.

Sesudah para ketua rombongan saling memberi hormat, semua tambur dibunyikan bersama-sama. Sejenak kemudian, pawai barongsai menuju Jalan Tambak Bayan Tengah No 38 sejauh 500 meter dimulai. Panji-panji rombongan berbaris di depan diikuti pembawa dua liong, lima barongsai, dan pengiring musik.

Mendengar semarak musik dibarengi atraksi liong yang berputar-putar meliuk-liukkan badan dan loncatan-loncatan barongsai, warga di sepanjang jalan yang lebarnya tiga meter itu keluar rumah. Mereka berkerumun menyaksikan pawai yang melewati rumah mereka.

Di salah satu halaman rumah tergantung sebuah amplop merah (angpao) setinggi sekitar tiga meter. Melihat ini, satu barongsai yang dikendalikan dua orang beratraksi untuk mengambilnya. Saat berhasil "menggigit" angpao tersebut, tepuk tangan rombongan lain dan warga yang menyaksikan lantas bergemuruh.

Tiba di halaman yayasan, liong dan barongsai berbaris menunggu giliran untuk memberi penghormatan kepada leluhur yang ada di dalam gedung yayasan. Sementara itu, rombongan lain duduk berkelompok membuat lingkaran. Selesai memberi penghormatan, masing-masing rombongan beratraksi unjuk ketangkasan mulai dari memainkan barongsai, liong, tambur, dan wushu, di dalam lingkaran.

Berturut-turut mulai dari rombongan Budi Luhur, Boen Bio, Lima Bhakti, dan tuan rumah unjuk kebolehan. Anggota rombongan lain dan warga sekitar dari berbagai latar belakang etnis berbaur menyaksikan dan memberikan tepukan tangan setiap usai satu rombongan tampil. "Hebat banget," ujar Amui (34) sambil menggelengkan kepala saat menyaksikan barongsai yang meloncat-loncat dari satu papan ke papan lain di atas meja.

ACARA yang baru pertama kali diadakan ini diprakarsai Yayasan Dharma Mulia yang didirikan kembali 17 juli 2001. Didirikan kembali, karena yayasan ini merupakan kelanjutan dari yayasan Kuang Chau Li Tze Sheh yang ditutup pemerintah tahun 1958 setelah empat tahun berdiri.

Bersamaan dengan bergulirnya reformasi, muncul harapan untuk membuka kembali yayasan. "Pada bulan Juli 2001 saya dipanggil tetua-tetua yayasan yang masih hidup. Dalam pertemuan tersebut saya disuruh memimpin yayasan agar hidup kembali seperti dahulu," jelas ketua yayasan Wen Chi Liang (60).

"Setelah yayasan berdiri, pada momentum tahun baru Imlek 2553 (2002) setelah sembahyang kepada leluhur, kami bertekad untuk bangkit kembali," tambahnya. Pekan Muharram 2002 dipakai untuk menandai bangkitnya kembali aktivitas yayasan yang terbuka untuk umum seperti olahraga dan kesenian.

Selain itu, acara yang diawali dengan senam poco-poco ini dimaksudkan untuk menumbuhkan benih-benih kesatuan dan kerukunan antarwarga yang kaya akan keragaman etnis dan budaya. Keragaman ini tercermin juga dari rombongan pengisi acara. Sebagai gambaran, atraksi liong dan tambur Budi Luhur didukung puluhan orang dari beragam etnis. Bahkan, hanya tiga anggota dari 20 anggota yang beretnis Tionghoa, lainnya dari etnis yang beragam.

Untuk agenda kegiatan berikutnya, yayasan menggiatkan acara olahraga seperti bela diri, bulu tangkis, bola voli, dan pingpong. Siapa saja, dari etnis dan dengan latar belakang apa saja dipersilakan bergabung asalkan bersedia tertib dan disiplin.

SEBELUM acara puncak pembagian sembilan bahan pokok (sembako) kepada 150 warga sekitar yayasan yang tidak mampu, tuan rumah menyuguhkan atraksi pembuka acara pemberian jiwa kepada barongsai baru. Atraksi yang dilakukan anak-anak muda itu antara lain mengangkat orang dengan koran, membengkokkan besi cor dengan leher, mematahkan sumpit dengan leher, dan memecah kelapa muda dengan sikut.

Usai atraksi, dua remaja tampil ke depan dengan barongsai belum "berjiwa" di sebelahnya. Setelah memberi hormat kepada ketua yayasan, dua remaja itu memainkan beberapa jurus bela diri diiringi musik. Setelah itu, dikenakannya barongsai belum "berjiwa" tersebut.

Ketua yayasan kemudian mengambil kuas dengan cat berwarna merah lalu memberi "jiwa" pada barongsai dengan mengoleskan cat di kedua matanya. Dengan diiringi musik yang makin keras dan cepat, barongsai baru meloncat-loncat penuh energi, dan menari-nari seakan menandai yayasan yang bangkit kembali.

inu

No comments: