Friday, February 22, 2008

masmundari

MESKIPUN harus masuk ke dalam gang yang berkelok dan sempit, tidaklah sukar mencari dan menemukan rumah sederhana bercat hijau di Jalan Gubernur Suryo VII/41B, Gresik, Jawa Timur (Jatim). Asal tahu siapa nama pemilik rumah, orang di sepanjang Jalan Gubernur Suryo akan menjelaskan dengan tepat dan rinci di mana letak persis rumah tersebut.

"Dari sini jalan sekitar 200 meter. Setelah ketemu Gang VII, masuk saja, lalu susuri gang sampai ketemu pertigaan. Di pertigaan, belok kiri, lalu kanan, dan sekitar 50 meter di sebelah kanan gang ada rumah bercat hijau. Di situ rumahnya," jelas penjaga warung di tepi Jalan Gubernur Suryo saat ditanya rumah Mbah Masmundari (98), pelukis damar kurung di Gresik saat ini.

Ketenaran Mbah Masmundari dan lukisan damar kurungnya membuat warga kota kecil itu dengan mudah memberi arah kepada orang asing yang hendak menemuinya di rumahnya yang sekaligus tempatnya berkarya. "Mbah enggak ada, sejak pagi pergi ke rumah sakit karena cicitnya kena muntaber dan dirawat inap," jelas warga di depan rumahnya yang sepi tanpa penghuni, meskipun pintunya terbuka.

Karena cicitnya sakit, pelukis damar kurung dengan dua tokoh utama yaitu Nyonya Muluk dan Mbok Oma yang dua hari sebelumnya kembali melukis ini, menghentikan kembali kegiatan seninya. "Kalau dihitung, sudah dua bulan ini Mbah enggak melukis karena berturut-turut kena musibah," jelas Nursamaji (22), cucu Mbah Masmundari yang baru datang dari rumah sakit.

Menurut penuturan Nursamaji, sejak ayahnya, Mas'ud, yang selama ini menjadi "manajer" lukisan damar kurung neneknya meninggal 6 Januari lalu, Mbah Masmundari belum kembali melukis. Padahal, sebelum ayahnya meninggal, meskipun usianya hampir satu abad, Mbah Masmundari masih produktif melukis. Bahkan, ketika tidak ada pesanan pun ia tetap melukis.

Bentuk karya lukisannya pun kini sudah beragam, tidak hanya dalam bentuk damar kurung, tetapi juga lukisan yang dipigura dan lampion yang ukurannya lebih besar dibanding damar kurung. Namun, tetap saja pelukis yang belajar melukis damar kurung dari ayahnya ini tidak mau dipaksa melukis guna sekadar memenuhi pesanan.

"Kalau hatinya enggak pas seperti akhir-akhir ini, Mbah enggak mau melukis biarpun dipaksa," tutur Nursamaji.

Oleh karena itu, perlengkapan melukis seperti spidol, cat minyak aneka warna, kertas, dan mika, sudah lama tidak disentuh pelukis yang setiap berjalan harus dituntun ini. Perlengkapan melukis itu tersimpan dalam laci almari yang terletak di ruang depan rumahnya yang juga dipakai untuk meletakkan aneka penghargaan yang telah diterima pelukis damar kurung ini.

Namun, sebaliknya ketika sedang melukis yang umumnya dilakukan siang hari setelah semua pekerjaan rumah seperti memasak dan membereskan rumah selesai, Mbah Masmundari akan terus melukis. Bahkan, Rokayah, anaknya satu-satunya yang membantu mewarnai lukisannya, sampai kewalahan. "Kalau lagi asik melukis, Mbah enggak mau diselani," jelas Nursamaji yang biasa membantu membuatkan rangka damar kurung.

Saat ditemui usai membezuk cicitnya yang dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik, Mbah Masmundari yang kian berkurang pendengarannya itu hanya menceritakan apa yang dialaminya dalam dua bulan terakhir.

"Saya berturut-turut terkena bancana, karenanya sampai sekarang belum melukis lagi," ujarnya setelah diterjemahkan dari bahasa Jawa oleh cucunya.

Mengenai kapan Mbah Masmundari akan kembali melukis, Ny Muluk dan Mbok Oma dalam damar kurung karyanya, Nursamaji tidak bisa memastikan.

"Yang jelas, kalau Mbah tenang dan merasa pas hatinya, dia akan kembali melukis. Mungkin beberapa hari setelah cicitnya sembuh dan keluar dari rumah sakit," papar Nursamaji sambil menuntun Mbah Masmundari ke ruang belakang.

inu

No comments: