PETUALANGAN dimulai dari base camp Songa Rafting (SR) di Desa Condong, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur (Jatim). Usai mengenakan perlengkapan arung jeram seperti helm, pelampung, dan dibekali dayung paddle (dayung perorangan), para penggiat arung jeram dibawa dengan mobil bak terbuka menuju lokasi pemberangkatan yang berjarak sembilan kilometer di Desa Pesawahan, Kecamatan Tiris.
Setelah melalui jalan menanjak dan berkelok-kelok menembus beberapa desa, penggiat diminta membentuk lingkaran untuk melakukan peregangan otot, dipimpin seorang kru SR. "Sungai Pekalen yang akan kita arungi berjarak sekitar 900 meter dari sini. Kita akan berjalan kaki menuju tempat pemberangkatan itu setelah peregangan otot selesai," ujarnya memotivasi.
Tiba di lokasi pemberangkatan, empat perahu karet dan beberapa kru SR lain sudah siap. Penggiat sudah tidak sabar ingin segera terjun saat melihat jernihnya Sungai Pekalen yang bersumber dari Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan. Namun, demi keselamatan, terlebih dahulu diberi instruksi praktis dan singkat berarung jeram dan aba-aba yang dipakai. Ketegangan kian bertambah.
"Untuk keselamatan, kami tidak mau berkompromi. Karena itu, semua tahapan harus diikuti, dan instruksi mengenai teknik dan aba-aba harus dipahami penggiat arung jeram," jelas Manajer Program SR Imam Santoso (29) yang turut serta dalam rombongan. Setelah semua paham, perahu karet pertama berisi enam orang yang sekaligus tim rescue mengarungi derasnya arus Sungai Pekalen.
DARI Desa Pesawahan, empat perahu karet berisi masing-masing enam penggiat arung jeram kemudian berturut-turut menyusuri sungai yang melalui tiga kecamatan di Kabupaten Probolinggo, yaitu Tiris, Bremi, dan Condong. Menurut catatan SR, terdapat sedikitnya 33 jeram di jalur berjarak sembilan kilometer yang "berdinding" bebatuan dan rimbunnya tanaman.
Dimulai dengan jeram yang diberi nama Jeram Selamat Datang, penggiat sudah diingatkan agar berhati-hati dan mematuhi aba-aba dua kru SR yang berada di masing-masing perahu karet. "Maju kanan," seru kru bernama Nyoman (17) untuk menghindarkan perahu menabrak batu besar di sisi kiri perahu yang terbawa arus.
Meskipun pakaian basah kuyup karena empasan arus sungai yang masuk kategori grade dua sampai tiga plus setara dengan arus Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat, keceriaan penggiat segera terpancar. Dayung paddle masing-masing lalu diangkat tinggi-tinggi untuk kemudian ditamparkan ke aliran sungai sebagai tanda keberhasilan melewati sebuah jeram dan kekompakan tim dalam satu perahu.
Lolos dari Jeram Selamat Datang, Jeram Pilihan Agak Rumit atau biasa disingkat Jeram Pilar sudah menanti. Disebut agak rumit, karena jeram tersebut diapit dua batuan besar. "Sebelum meneriakkan aba-aba kepada timnya, kru harus mengambil pilihan untuk melalui sisi sebelah mana. Itu letak agak rumitnya Jeram Pilar ini," papar Imam.
Melintasi dua jeram ini, empat perahu masih selamat. Namun, begitu melintasi Jeram Topmarkotop Satu, satu perahu yang terseret derasnya arus menambrak sisi kiri perahu di depannya dan terbalik. Dua kru lalu membalikkan perahu, diikuti naiknya empat penggiat lain ke perahu tersebut untuk melanjutkan pengarungan sungai dengan wajah tetap ceria penuh tawa, meskipun beberapa teguk air sempat tertelan.
"Di alam, menghadapi situasi apa pun kuncinya harus tenang. Dan karena ada pemandu, prosedur dan aba-aba yang disampaikannya harus diikuti agar semua selamat," jelas Imam. Karena itu, selain menawarkan keceriaan dan kesegaran, wisata air yang baru digalakkan di Sungai Pekalen awal 2002 ini diharapkan juga menumbuhkan rasa percaya diri para penggiatnya.
Dari jeram satu ke jeram berikutnya yang jaraknya berdekatan dengan tingkat kesulitan bervariasi, kepercayaan diri penggiat akan teruji. "Dari semua jeram yang akan dilalui, Jeram God Bless merupakan yang paling berbahaya dengan tingkat kesulitan mencapai grade empat. Di situlah kami harus waspada penuh, karena kemungkinan perahu terbalik sangat besar," ujar Erwin yang hafal betul sejarah dan karakteristik setiap jeram yang dilalui.
Pemuda asli Probolinggo ini menambahkan, penamaan setiap jeram memiliki sejarah yang unik. Selain mencerminkan karakteristik jeram, nama itu kadang juga begitu saja diberikan berdasar pada kejadian di jeram tersebut. Sebut saja misalnya Jeram Indosat, Jeram Marlboro, Jeram Istana, dan Jeram Silvie.
"Dinamai Jeram Silvie karena di jeram yang dikategorikan tidak berbahaya tersebut penggiat asal Surabaya bernama Silvie terjatuh. Karena waktu itu belum ada namanya, Silvie lantas dipakai sekaligus untuk mengingat kejadian itu," jelas Erwin sambil tersenyum.
Jeram lain diberi nama berdasarkan karakteristiknya, seperti Jeram Kuda Liar, Kuda Binal, dan Kuda Nil yang berturut-turut harus diarungi. Melewati Jeram Kuda Binal kami seperti dihentak-hentakkan seekor kuda karena jalur menurun dan berjeram panjang.
Jeram lainnya adalah dua jeram berbentuk huruf S, Mercury, Penantian, Rengganis, Lumba-lumba, Lorong, dan Delta. Ada sensasi berbeda saat mengarungi setiap jeram dengan waktu tempuh sekitar tiga jam dengan sekali istirahat menikmati segarnya kelapa muda dan makanan kecil yang disediakan warga sekitar sungai.
SEBAGAI wahana baru berwisata, arung jeram Sungai Pekalen memang jauh dari terkenal jika dibanding wisata alam Pegunungan Bromo yang sama-sama berada di Kabupaten Probolinggo. Operator SR menyadari hal ini, dan melihatnya sebagai tantangan untuk menunjukkan variatifnya pilihan berwisata di wilayah Pegunungan Bromo dan Jatim.
"Potensi wisata arung jeram di sungai terbaik di Jatim ini sangat besar. Tingkat kesulitan yang variatif dan jaminan dapat dilaluinya sungai sepanjang tahun, memungkinkan wisata petualangan ini dapat menyegarkan dan terutama menghibur," ujar Imam yang berencana membangun beberapa prasarana penunjang wisata di sekitar lokasi arung jeram.
Untuk kesiapan tersebut, SR yang berkerja sama dengan beberapa operator arung jeram lain seperti Mega Rafting Bali dan Mitra Persada Rafting Yogyakarta siap memandu satu kelompok berjumlah 60 penggiat sekali jalan. Untuk rombongan sebanyak itu, dibutuhkan 16 perahu karet beserta sekitar 30 kru. Karena setiap hari melayani dua trip, pukul 09.00 dan 14.00, maksimal 180 penggiat bisa dilayani per hari.
"Namun, kami juga tidak gegabah. Untuk musim hujan, demi keamanan, kami hanya akan melayani trip pagi. Itu pun setelah kami melihat kondisi lapangan yang grade-nya bisa meningkat menjadi empat dengan tingkat kesulitan dan risiko lebih tinggi," jelas Imam.
Sebagai sebuah potensi, Sungai Pekalen, menurut mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam (Himapala) IKIP Surabaya ini, lebih potensial jika dibanding dengan Sungai Ayun, Bali. "Unsur hiburan dan tantangan dari 33 jeram yang dilalui membuat arung jeram di Bali tidak ada apa-apanya," katanya.
Hanya saja, besarnya potensi yang ada masih harus menunggu waktu lama realisasinya. Minimnya prasarana pendukung seperti jalan dan angkutan menuju lokasi bisa menjadi hambatan. SR sebagai operator sudah membuat kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengenai pengadaan dan perbaikan prasarana ini.
"Dalam kesepakatan tersebut kami diminta menyetor Rp 2,6 juta per bulan ke pemerintah dengan konsekuensi mereka membantu pengadaan prasarana. Meskipun kami rasakan berat, kami menerima dengan harapan segera dibangun prasarananya. Namun, sampai sekarang dukungan pemerintah belum juga terlihat," keluhnya.
Oleh karena sulit mengandalkan pemerintah, SR berupaya juga menggandeng pihak lain untuk menggali potensi wisata petualangan ini. Saat ini sedang dalam tahap kesepakatan untuk membuat paket-paket wisata dengan Hotel Grand Bromo di Desa Sukapura yang berjarak sekitar 60 kilometer dari lokasi arung jeram.
Sementara paket itu akan dijalankan, SR juga akan membangun prasarana seperti tempat ganti pakaian, kamar mandi, dan tempat peristirahatan usai berarung jeram. "Selain menjadikannya sebagai pusat wisata, ke depan di sini bisa dijadikan pusat pendidikan outbond training untuk orang muda," jelasnya sambil bergegas menuju tempat peristirahatan untuk menikmati hidangan santap siang setelah setengah hari berarung jeram.
Berminat mencoba menaklukkan 33 jeram di Sungai Pekalen yang berjarak sekitar 100 kilometer dari lokasi wisata Pegunungan Bromo? Jika ya, jangan lupa membawa pakaian ganti, sandal atau sepatu untuk berbasah-basah, dan lotion atau sun block untuk melindungi kulit dari sengatan matahari bagi mereka yang takut kulitnya menghitam.
inu
Friday, February 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment