MESKIPUN sudah bertahun-tahun dilatih dan berkali-kali tampil di berbagai arena sirkus dengan atraksi yang sama, ternyata tidak mudah membujuk Bayu untuk menerobos lingkaran dengan kobaran nyala api. Saat digiring ke meja dudukan di depan lingkaran api tersebut, Bayu tidak bereaksi, diam.
Terang saja, "aksi diam" harimau putih asal India ini membuat dua pelatih yang memandu atraksi bingung. Setelah bujukan kedua, Bayu baru bersedia menerobos lingkaran api itu bolak-balik dengan meloncat. Bersamaan dengan lompatan mendebarkan itu, tepuk tangan ratusan penonton yang semula tertahan memecah ketegangan ruang tenda raksasa full AC asal Eropa berkapasitas 2.500 penonton tersebut.
Masih dalam rangkaian atraksi hewan pemakan daging tersebut, Ratu sempat ngambek saat digiring memasuki arena yang dibatasi pagar kawat setinggi sekitar tiga meter itu. Ngambeknya harimau benggala ini menghambat dua harimau lain yang terhambat masuk arena. Namun, setelah sepotong daging ayam diberikan, perlahan sambil menggigit daging itu, Ratu berjalan menuju "singgasananya" di samping Bayu.
Atraksi hewan langka yang nyaris punah ini hanyalah satu dari belasan rangkaian atraksi dalam pertunjukan sirkus dan akrobat hasil kolaborasi antara artis-artis Oriental Circus Indonesia (OCI) dengan artis-artis Akrobatik Sinchuan dari Cina yang digelar di Lapangan Parkir Surabaya Delta Plaza, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/4) sampai 28 April 2002. Atraksi lainnya tidak kalah menarik dan mendebarkan sehingga membuat penonton berdecak kagum penuh keheranan sambil bertanya: "Kok, bisa ya?"
MEMUNCULKAN pertanyaan di benak penonton pertunjukan sirkus dan akrobat yang sekaligus dimaksudkan untuk penggalangan dana bagi konservasi satwa liar di Taman Safari Indonesia ini ternyata bukan perkara mudah. Tengoklah bagaimana para artis dan hewan sirkus mempersiapkan diri sebelum pertunjukannya.
Seperti prajurit yang harus selalu siap bertempur, para artis dan pendukung acara pun harus selalu siap untuk tampil. Kesiapan ini dipupuk setiap hari dengan latihan di sela-sela pertunjukan. Waktu-waktu tersebut sekaligus dimanfaatkan untuk melatih kepaduan atraksi dua kelompok pertunjukan yang berasal dari dua negara berbeda yang baru bertemu beberapa hari sebelum pertunjukan dimulai.
"Meskipun dari dua negara yang berbeda dan belum lama bertemu, kepaduan dalam menampilkan antraksi dipermudah karena kesamaan asal guru. Guru kami juga berasal dari Cina," ujar Humas Taman Safari II Erry Soelistyono. Kepaduan dua kelompok pertunjukan itu terlihat manis saat para artis bergabung membuat atraksi menyusun tujuh kursi di atas meja dudukan.
Persiapan intensif dan kontinu itu juga dilakukan jauh sebelum pertunjukan di gelar di suatu tempat. Di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, tempat OCI bermarkas dan kemudian menjadi cikal bakal Taman Safari Indonesia, misalnya, terdapat pusat pendidikan sirkus. Setiap hari baik artis maupun hewan sirkus berlatih dan dilatih minimal dua kali, pagi dan sore.
DUA tim dengan masing-masing lima artis dari OCI yang didirikan tahun 1966 mengawali pertunjukan dengan unjuk ketangkasan pada ayunan dan gerakan salto di udara. Meskipun dipasang jaring pengaman di bawah, kesulitan gerakan membuat penonton tetap berdebar.
Disusul kemudian dengan atraksi lempar mangkuk oleh artis-artis dari Sinchuan sambil mengayuh sepeda satu roda. Dengan terus mengatur keseimbangan sepeda, tiga mangkuk dilemparkan ke tumpukan mangkuk lain di atas kepala masing-masing artis. Semua mangkuk yang dilempar tertumpuk tepat di atas mangkuk lainnya. Ketegangan lain yang selalu disertai dengan pelepasannya berupa riuh tepuk tangan selalu terasa dan terdengar setiap setelah satu atraksi mendebarkan ditampilkan.
Selain ketegangan, dalam pertunjukan dengan tiket masuk bervariasi antara Rp 10.000 sampai Rp 50.000 ini penonton dijamin akan geleng-geleng kepala atau malah berbahak-bahak melihat atraksi lain dari hewan sirkus seperti enam anjing pudel yang "pandai" berhitung, empat gajah sumatera yang pandai berjoged, maupun tiga harimau yang bisa meniti tali dan melompati kobaran api.
Untuk atraksi hewan ini, keterampilan yang ditampilkan hewan itu umumnya merupakan keterampilan alami hewan tersebut di alam bebas. Keterampilan alami tersebut dikembangkan dan diintensifkan sehingga menjadi suguhan yang menyegarkan.
Meskipun durasi pertunjukan hampir dua jam, penonton dijamin tak akan bosan, lantaran tampilnya tiga badut yang bermain sulap, melawak, atau merelakan diri ditertawakan karena kekonyolannya saat jeda waktu antaratraksi. Yang berniat sekadar tertawa tanpa harus banyak mencerna, tingkah polah tiga badut ini dapat menyegarkan pikiran dan tubuh yang penat.
inu
Friday, February 22, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment