Monday, February 25, 2008

amrozi ii

HARI Minggu, 22 Desember 2002 pukul 09.30, ratusan pasang mata langsung tertuju pada kendaraan taktis (rantis) Kepolisian Daerah (Polda) Jatim yang sudah dinanti-nantikan sejak pagi hari. Saat seorang di antara penumpangnya turun dari kendaraan yang ketat dalam penjagaan aparat bersenjata lengkap itu, berbagai komentar spontan pun keluar dari mulut mereka masing-masing.

WAH, tambah ganteng ya," ujar seorang ibu muda yang sejak pukul 07.00 rela berdesak-desakan menunggu kedatangan orang yang dinanti-nantikannya itu. Komentar senada keluar juga dari mulut warga Desa Tenggulun lain yang sama-sama "merindukan" saat-saat bertemu dengan tetangga desanya yang sekian lama tidak dijumpainya di desa, namun sangat populer di media.

"Senyumnya itu lho, tidak pernah lepas dan menggemaskan. Tidak ada yang berubah dari dirinya, kecuali bahwa kulitnya bertambah putih," ujar Amin, warga Desa Tenggulun, yang rumahnya berada dekat di rumah pemuda yang selama lebih kurang dua jam menjadi pemeran utama dalam rekonstruksi (reka ulang) yang digelar Tim Investigasi Peledakan Bom Bali.

Banyak dari warga, yang karena tidak mampu menahan "kerinduan" terhadap salah seorang tetangganya di desa yang berpenduduk sekitar 2.000 orang itu, berteriak memanggilmanggil sang pemeran utama "sinetron" berdurasi sekitar dua jam itu. "Amrozi..., Amrozi..., lihat ke sini," teriak beberapa warga dengan mata berbinar seolah hendak menatap orang yang dirindukannya kembali pulang.

Yang dipanggil jarang sekali menanggapi permintaan mereka yang berteriak-teriak. Namun, selama dipertontonkan untuk melakukan tiga adegan utama sesuai permintaan Tim Investigasi Peledakan Bom Bali, Amrozi selalu mengumbar senyum. Dan, senyum saja tampaknya sudah cukup membuat kerinduan ratusan warga, insan media, dan mungkin aparat yang tampak angker berjaga-jaga terobati.

Hampir tidak ada yang menyangkal, keramahan lewat senyum yang dengan murah namun menawan disebar, membuat ratusan orang yang datang berdesak-desakan dan berkerumun di sepanjang jalan desa dan gang menuju rumah Amrozi terpesona.

SELAMA lebih kurang sepuluh menit dipertontonkan dengan mondar-mandir dari rumah yang ditinggalinya ke rumah orangtuanya sesuai arahan tim investigasi yang memapahnya, dari kendaraan taktis yang diparkir sekitar 30 meter dari rumah Amrozi, Abdul Aziz alias Imam Samudra dipapah turun.

Meskipun tidak mendapatkan sambutan semeriah seperti yang diberikan kepada Amrozi, Imam Samudra tetap menyita perhatian ratusan pasang mata. Berbeda dengan Amrozi yang murah senyum, Imam Samudra hanya membalas sapaan dan panggilan sejumlah orang dengan pandangan matanya yang tajam menyelidik. Dinginnya tokoh satu ini selama diminta memerankan sejumlah adegan di rumah Amrozi mengingatkan kita pada akting sejumlah bintang dunia seperti Robert de Niro dalam film The Heat.

Seusai diminta memerankan salah satu adegan di dalam rumah Amrozi, di halaman rumah yang ditumbuhi pohon jambu itu, Imam Samudra yang seperti Amrozi mengenakan pakaian tahanan berwarna biru milik Polda Bali dengan mantap berteriak ke arah kerumunan warga yang menatap dengan rasa ingin tahu, "Insya Allah, kita akan menang!"

Tidak banyak adegan yang dilakukan pria yang menurut informasi yang dikorek polisi memiliki hobi berlama-lama bermain Internet. Dengan tangan tetap diborgol dan dituntun dua aparat bersenjata lengkap, Imam Samudra digiring kembali masuk menuju kendaraan taktis yang membawanya.

Tidak lama setelah Imam Samudra dimasukkan ke dalam kendaraan taktis, Muklas alias Ali Gufron, kakak Amrozi, dibawa turun dari kendaraan tersebut. Sejumlah warga yang mengenalnya tetap histeris melihat kembali Muklas. Namun, pamor ketenarannya di desa itu masih kalah dibandingkan dengan pamor Amrozi, pemuda ganteng dan murah senyum.

Sejumlah adegan dilakukan oleh dua orang ini dan sejumlah pemeran pengganti yang diperankan oleh anggota polisi sesuai skenario yang ada ditangan tim investigasi. Dalam beberapa kali kesempatan bertemu muka dengan ratusan warga, Amrozi tak henti-hentinya menebarkan senyum lebar yang membuat panas terik matahari tak terlalu terasa menyengat kulit.

"SEBENARNYA bisa saja menunggu sampai nanti sore untuk menonton acara ini di televisi. Namun, karena acaranya ada di dekat desa saya, saya penasaran ingin melihatnya dengan mata kepala saya sendiri biar puas," ujar Mursini, warga Desa Payaman. Alasan serupa dikemukakan sejumlah warga yang ditemui di lokasi rekonstruksi.

Untuk memenuhi rasa keingintahuan dan juga "kerinduan" melihat salah satu warga desa mereka yang tiba-tiba meroket bak meteor dan menjadi selebriti, ratusan warga rela berdiri selama sekitar dua jam berdesak-desakan dalam siraman terik sinar matahari. Bahkan, karena terhalang punggung warga desa yang lain, sejumlah warga rela naik ke loteng rumah.

Sorakan serentak beberapa kali terdengar saat ratusan warga yang berdesak-desakan ingin tahu ditegur aparat keamanan karena melewati batas garis polisi. Namanya juga ingin tahu dan tempat tidak menampung, beberapa kali kejadian ini terulang dan membuat acara pengambilan sejumlah adegan rekonstruksi terganggu.

Saat rekonstruksi selesai dilakukan sekitar pukul 10.45, warga yang tidak kebagian melihat sejumlah adegan di rumah Amrozi dan rumah orangtuanya berharap-harap cemas menantikan meluncurnya kendaraan taktis yang ditumpangi ketiga tersangka peledakan bom Bali yang menewaskan 187 orang.

Saat kendaraan itu meluncur di depan mereka, sorakan dan teriakan memanggil-manggil ketiganya pun terdengar. "Amrozi..., Amrozi..., lihat sini," teriak mereka bergantian.

Oleh karena tidak sempat melihat Amrozi, Imam Samudra, dan Muklas dari kendaraan taktis yang rapat tertutup pelat baja, usai kendaraan itu melintas, ratusan warga lalu berhamburan menyerbu dua rumah tempat adegan "sinetron" dengan "judul" rekonstruksi itu. "Tidak apalah tidak sempat melihat Amrozi. Minimal masih bisa mencium aromanya di tempat rekonstruksi," ujat Miftahul Anas, warga Desa Payaman.

Meskipun sudah tidak lagi berada di rumah sederhana yang berdinding kayu itu, Amrozi tetap dicari dan tetap mejadi pengikat hati ratusan warga yang rela datang dari sejumlah desa, kecamatan, bahkan kabupaten lain layaknya selebriti. Amrozi!

inu

No comments: