Monday, February 25, 2008

purnaning suratmin

KERINDUAN Purnaning Suratmin (13), murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Hidayatul Ummah, Surabaya, untuk berekreasi melepas kepenatan di Taman Remaja Surabaya (TRS), Sabtu (8/2) malam lalu, berakhir tragis. Remaja bertubuh mungil ini tidak menyangka kalau pilihannya mencoba wahana Thyphoon Coaster di TRS merupakan akhir dari seluruh jalan hidup yang baru ditapakinya sebagai remaja.

Seperti layaknya sekitar 8.000 pengunjung yang memadati TRS seluas 1,7 hektar Sabtu malam lalu, Suratmin berangkat dari rumah kosnya di Jalan Mulyorejo Utara Nomor 7, Surabaya, dengan ceria. Bersama beberapa teman sekolahnya, gadis remaja asal Mojorejo, Mojokerto, ini pergi ke TRS karena mendapat tiket masuk gratis.

Suratmin mendapat tiket masuk gratis karena termasuk murid cerdas di kelasnya. TRS mempunyai program memberikan tiket gratis kepada murid sekolah yang berada pada peringkat satu hingga 10. Selain mendapat tiket masuk gratis, Suratmin juga mendapat tiga lembar tiket wahana, serta voucher makan dan minum.

Setelah mencoba beberapa wahana dari 17 di TRS, sekitar pukul 20.30, Suratmin dan beberapa temannya memutuskan untuk mencoba wahana Typhoon Coaster. Sesuai prosedur, Suratmin antre untuk kemudian naik rangkaian Typhoon Coaster yang berkapasitas 12 orang itu. Namun, tidak lama setelah rangkaian kereta meluncur, pengunjung yang berada di bawah memberi tahu ada penumpang jatuh.

"Karena teriakan pengunjung tersebut, alat permainan itu langsung dihentikan oleh operator. Kami menemukan Suratmin terjatuh dengan luka memar di kepala. Kami melarikannya ke Rumah Sakit Adi Husada. Karena terjadi pendarahan otak, Suratmin tidak tertolong dan meninggal di rumah sakit itu," ujar Direktur PT Star Taman Remaja Surabaya Putu Dedy, Minggu.

Saat ditemui, Putu yang sempat diperiksa aparat Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Tambaksari belum dapat memastikan penyebab terlemparnya Suratmin. "Menurut pengakuan operator di wahana permainan itu, semua prosedur keamanan sebelum Typhoon Coaster dioperasikan telah dilaksanakan," katanya.

"Kemungkinan, korban yang duduk di kursi paling belakang terlempar sesaat sesudah kereta meluncur dari ketinggian 14 meter dan kemudian menanjak. Tetapi, kenapa bisa terlempar, sampai saat ini saya belum menemukan jawabannya," ujar Putu yang membantah dugaan kereta itu kelebihan muatan.

SEMENTARA pihak pengelola TRS yang rata-rata dikunjungi 1,1 juta pengunjung per tahun itu tampak kebingungan mencari penyebab terlemparnya Suratmin hingga tewas, polisi yang segera datang ke lokasi ini punya analisis berbeda. "Mungkin saja Suratmin memakai sabuk pengaman, namun ukuran badannya yang kecil membuat dia terlempar dari kereta," kata Kepala Polsekta Tambaksari Ajun Komisaris Boedi Prayogo saat dihubungi melalui telepon.

Guna memastikan sebab-sebab terempasnya Suratmin dari Typhoon Coaster, polisi meminta keterangan sejumlah saksi. Dari pemeriksaan itu, polisi telah menetapkan dua operator wahana tersebut, Hadi (21) dan Sokip (21), sebagai tersangka. Mereka dijerat Pasal 359 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan ancaman penjara maksimal lima tahun.

Supeno, ayah korban yang juga dimintai keterangan oleh polisi mengaku pasrah dengan musibah yang menimpa anaknya. Minggu pagi kemarin, Supeno pergi ke kampung halamannya di Mojokerto untuk upacara pemakaman anaknya. Karena musibah ini, wahana favorit pengunjung TRS yang buka mulai pukul 17.00 hingga pukul 23.00 itu untuk sementara tidak akan dioperasikan.

inu

No comments: