Monday, February 25, 2008

uk petra

SATU jam sebelum rencana rekonstruksi pembunuhan Lydia Burhan Kartolo (21), Gedung P Kampus Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya padat oleh manusia, Senin (24/2) petang. Selain aparat kepolisian tanpa seragam atau berseragam dengan senjata lengkap di tangan, puluhan wartawan berbagai media dan ratusan civitas akademika UK Perta berkerumun di depan tiga pintu lift di gedung 10 lantai itu.

"Penasaran saja sama pembunuh Lydia. Saya ingin lihat wajahnya langsung. Seperti apa sih wajah pembunuh yang sangat tega itu?" ujar Kristi, mahasiswi semester II Jurusan Desain Interior UK Petra, yang masih tetap penasaran meski telah melihat langsung Bambang Surya, pembunuh Lydia.

KARENA antusiasme ini, kegaduhan pun muncul. Beberapa adegan rekonstruksi, yang dipimpin Wakil Kepala Satuan Reserse Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Surabaya Komisaris Umar Hadi, diulang. "Jangan menutupi kamera. Beri ruang tersangka mengulang apa yang dilakukannya saat pembunuhan terjadi," seru Umar.

Saat tersangka naik ke lantai delapan melalui lift tengah, ratusan mahasiswa lain telah menunggu di lantai delapan. Kerumunan mahasiswa terlihat lebih banyak saat Bambang mulai naik melalui tangga menuju lantai sembilan tempat pembunuhan terjadi. Bambang yang sudah berusaha menutup wajahnya dengan topi putihnya berkali-kali menundukkan wajah.

"Kok, tega-teganya sih melakukan pembunuhan sesadis itu," ujar Carla, mahasiswi semester II Jurusan Desain Interior UK Petra sambil menggigit bibir.

KEHERANAN Carla atas terjadinya pembunuhan sadis dengan motif dendam karena cinta, menjadi catatan tesendiri dalam rekonstruksi lebih dari dua jam itu.

Setidaknya, rekonstruksi kasus pembunuhan Lydia yang terjadi 4 April 2002 lalu itu dapat menjadi bahan renungan semua warga Surabaya. Khusus bagi mahasiswa UK Petra, rekonstruksi ini seperti menjadi kuliah pembuka semester genap setelah beberapa minggu sebelumnya mereka libur.

inu

No comments: