SESAAT seusai salat jumat, (17/1). Tidak ada tandatanda mencolok akan adanya kerumunan ribuan massa di Gedung Negara Grahadi yang terletak di Jalan Gubenur Suryo, Surabaya. Tidak seperti biasanya, jalan lima lajur di mana sisi barat berdiri kokoh patung Gubernur Suryo itu tampak lengang. Suasana lengang serupa juga terlihat di Gedung Negara Grahadi, tempat Gubernur Jawa Timur Imam Utomo biasa menerima tamu-tamunya.
NAMUN, menjelang pukul 13.00, bersamaan dengan kian teriknya matahari, ratusan aparat keamanan baik berseragam lengkap dengan pentungan rotan di tangan maupun aparat tidak berseragam yang lebih ngetop dikenal sebagai intel, berangsur-angsur datang di sekitar Gedung Negara Grahadi. Sebelumnya, telah nongkrong dengan angkuh kendaraan Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Daerah (Polda) Jatim yang secara teknis disebut water canon.
Dengan wajah tegang seperti usai mendapat wejangan mengenai langkah-langkah taktis yang harus ditempuh jika eskalasi di lapangan meningkat, ratusan aparat yang umumnya berusia muda lantas duduk bergerombol di sudut-sudut keteduhan beberapa pohon yang masih diberi kesempatan hidup di Surabaya yang makin gersang.
Dan, benar. Kedatangan ratusan aparat ini menjadi penanda akan segera hadirnya aksi unjuk rasa yang melibatkan hampir semua elemen mahasiswa di Surabaya. Aparat yang serius berjaga membenarkannya. Selain unjuk rasa itu, didapat informasi bahwa di halaman Gedung Negara Grahadi akan ada unjuk gelar dalam Upacara Parade Surya Senja yang merupakan acara rutin setiap tanggal 17 setiap bulan.
KONTAN. Sekitar pukul 14.00, dua aksi masa di tempat yang sama mulai menunjukkan tanda-tanda akan dimulai. Dari kejauhan, puluhan mahasiswa dari sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) beberapa perguruan tinggi di Surabaya datang mendekat dengan spanduk dan yel-yel penolakan kenaikan tarif dasar listik (TDL), harga bahan bakar minyak (BBM), dan tarif telepon. Pada saat yang hampir bersamaan, sejumlah rombongan siswa yang akan berujuk gelar dalam Upacara Parade Surya Senja masuk ke dalam Gedung Negara Grahadi.
Setelah dua massa di lokasi yang sama untuk kepentingan yang berbeda bergelombang datang, sekitar satu jam kemudian Jalan Gubernur Suryo macet. Aparat keamanan yang jumlahnya juga bertambah lantas menutup akses jalan itu untuk kendaraan bermotor. Sekitar seribu mahasiswa lantas tumpah-ruah di jalan lima lajur itu.
Sementara itu, di dalam Gedung Negara Grahadi, sekitar empat ratus siswa bersama guru dan orangtua mereka tampak sudah memenuhi halaman gedung. Mereka sudah siap melakukan gladi bersih terakhir sebelum akhirnya tampil. Menurut jadwal, unjuk gelar yang akan mengawali rangkaian Upacara Parade Surya Senja dimulai pukul 15.30.
Mendekati pukul 15.30, lima kelompok unjuk gelar di dalam Gedung Negara Grahadi bersiap dengan atraksi yang akan mereka tampilkan. Lima kelompok itu adalah Drum Band Taman Kanak-kanak (TK) Islam Teladan Nusa Sidoarjo, Drum Band TK Teladan Pertiwi Surabaya, Drum Band Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pulorejo Mojokerto, Drum Band Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Tari Lagu Cikal-cikal Jatim, dan Poco-poco puluhan Polisi Wanita Polwiltabes Surabaya.
Gemuruh bunyi alat musik dan lagu yang keras diputar dari dalam Gedung Negara Grahadi lantas bersahut-sahutan dengan yel-yel dan teriakan seribuan mahasiswa yang juga mulai panas lantaran makin bertambahnya jumlah massa. Sesekali, yel-yel penolakan kenaikan TDL, BBM, dan telepon terdengar harmonis dengan alunan musik lagu Rambadia yang dibunyikan Drum Band TK Teladan Pertiwi Surabaya.
NAMUN, keharmonisan lebih banyak tidak terjadi. Ratusan siswa TK Teladan Pertiwi yang mengaku menunggu satu tahun untuk dapat tampil di Gedung Negara Grahadi kemudian sibuk dengan persiapannya untuk tampil maksimal. Mahasiswa yang berorasi di luar pagar gedung tua itu juga sibuk dengan tuntutannya atas nama rakyat.
Menjelang sore, bersamaan dengan kelelahan ratusan aparat keamanan yang mengaku terus-menerus menjaga aksi unjuk rasa di Surabaya dalam dua minggu terakhir dan kejenuhan mahasiswa yang berkali-kali meneriakkan yel-yel dan tuntutan yang sama, suasana memanas. Apalagi didengar kabar bahwa Gubenur Jatim Imam Utomo tidak berada di Surabaya.
Aksi bakar ban bekas di tengah Jalan Gubernur Suryo lalu mewarnai unjuk rasa bersamaan dengan orasi yang kian kekurangan tenaga. Sementara itu, di dalam Gedung Negara Grahadi, unjuk gelar para siswa yang tampak tenang-tenang saja terus berlangsung. Tepuk tangan meriah usai sekelompok siswa berujuk gelar.
Unjuk gelar usai, ratusan siswa lalu menghadap ke Sang Saka Merah Putih yang akan diturunkan dalam penutup rangkaian Upacara Parade Surya Senja. Sementara itu, negosiasi aparat keamanan dengan wakil pengunjuk rasa tidak membuahkan hasil. Mahasiswa tetap pada tuntutannya untuk menduduki Gedung Negara Grahadi.
Sementara aparat keamanan melarang dan akan mempertahankannya dengan segenap kekuatan yang dipunyai. Pukul 18.00, usai diturunkannya Sang Saka Merah Putih di halaman Gedung Negara Grahadi, ketegangan antara aparat keamanan dan mahasiswa tak juga mereda. Aparat bertindak represif usai beberapa kali memberi peringatan agar mahasiswa membubarkan diri. Mahasiswa bersikeras dengan tujuannya.
Bentrok terjadi. Sembilan mahasiswa luka-luka memar di kepala, dua lainnya "diciduk" aparat intelijen. Sementara itu, hanya dibatasi pagar setinggi dua meter, aksi unjuk gelar ratusan siswa berjalan seperti biasa. Tidak lupa, sebelum meninggalkan Gedung Negara Grahadi, ratusan siswa berfoto bersama dengan senyum khas dan lebarnya seperti tidak terjadi apa-apa.
inu
Monday, February 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment