Monday, February 25, 2008

hitung suara

WAKTU penentuan hanya tinggal menunggu saat saja, namun justru dalam waktu yang sempit ini segala kemungkinan bisa terjadi. Bahkan tidak jarang terjadi keputusan-keputusan yang kontroversial, sehingga perolehan suara dari kedua kubu yang sudah dihitung secara matematis bisa terjungkir balik.

Layaknya sebuah puncak akumulasi usaha keras dan tidak kenal lelah, hari Kamis ini merupakan usaha final kedua pasangan calon gubernur-wakil, bagi 100 anggota DPRD Jatim, dan bagi sejumlah tim sukses baik formal dan informal untuk menghitung hasil perburuan suara. Drama menang dan kalah akan segera mewarnai rapat paripurna di Gedung DPRD Jatim, Surabaya.

Secara intensif perburuan suara di antara 100 anggota DPRD Jatim sudah dimulai sejak 28 Juni 2003 lalu. Pada saat itu secara definitif telah ditetapkan kedua bakal calon menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim 2003-2008.

Sejak itu banyak cara ditempuh untuk memburu suara oleh masing-masing kubu pasangan calon. Upaya itu menjadi sangat melelahkan lantaran hampir berimbangnya kekuatan pendukung masing-masing pasangan calon secara formal.

Secara matematis pasangan calon Imam-Soenarjo dibela oleh 46 anggota DPRD Jatim hasil koalisi taktis antara Fraksi Partai Indonesia Perjuangan (F-PDIP) dan Fraksi Gabungan (F-Gab). Sementara pasangan calon Kahfi-Ridwan dibela oleh 44 anggota DPRD Jatim hasil koalisi strategis antara Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB) dan Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG).

Dengan bantuan tim suksesnya masing-masing, mereka saling klaim perolehan dukungan yang lebih besar. Hasilnya digembar-gemborkan yang secara psikologis untuk memukul dan mengukur kekuatan lawan.

Dengan jaminan solidnya koalisi F-PDIP dan F-Gab, kubu Imam-Soenarjo mengklaim yakin memenangkan pemilihan gubernur. Apa yang ditempuh hari ini adalah memformalkan saja hasil pemilihan itu. Wakil Ketua F-Gab Farid Alfauzi kerap mengemukakan klaim-klaim yang menurutnya didasarkan kalkulasi matang dan terukur.

Di pihak lain yang tampak sejak awal hingga saat ini sangat percaya diri adalah Ketua F-PG Edy Wahyudi yang juga mengklaim bakal meraih kemenangan. öBoleh saja kami dianggap underdog, tetapi soliditas kami lebih teruji dibandingkan F-Gab yang merupakan gabungan delapan partai," tegasnya.

Menjelang hari H pemilihan, saling klaim melimpahnya dukungan untuk pasangan calon masing-masing kubu juga dikemukakan. Namun, di balik klaim-klaim melimpahnya dukungan itu masing-masing koalisi pendukung pasangan calon khawatir dan juga takut, hal ini diwujudkan dengan mengkarantina anggota fraksi.

"KAMI ingin tetap menjaga soliditas dan komitmen masing-masing anggota untuk mendukung pasangan kami. Apabila tidak dikarantina, godaan untuk membelot sangat besar. Tim sukses masing-masing tidak cukup hanya mengejar anggota DPRD Jatim. Mereka juga mengejar istri dan keluarga anggota DPRD Jatim," ujar anggota F-PDIP Ismail Saleh Mukadar.

Menjaga agar tidak diburu dan dikejar-kejar tim sukses, 46 anggota DPRD Jatim dari F-PDIP dan F-Gab dikarantina di Hotel JW Marriott, Surabaya. Keberadaan basis pendukung Imam-Soenarjo ini sangat dirahasiakan. Bahkan resepsionis hotel berbintang lima ini tidak tahu menahu keberadaan para anggota DPRD.

Termasuk puluhan satuan tugas partai berlambang banteng gemuk dalam lingkaran yang berjaga di hotel itu juga mengaku tidak tahu.

Meskipun begitu rahasia, menurut sejumlah anggota satgas dari DPC PDI-P Surabaya, staf pemerintah provinsi, dan staf DPRD Jatim yang mondar-mandir di lobi hotel itu, karantina terhadap 46 anggota F-PDIP dan F-Gab dilakukan di sejumlah kamar di lantai 12. "Ada ruangan besar untuk melakukan koordinasi,ö ujar salah satu dari mereka. Meskipun mengaku sudah ada janji akan bertemu, untuk menemui 46 anggota DPRD Jatim, staf pemerintah provinsi dan staf DPRD Jatim kesulitan untuk menemui mereka. Karena kesal, mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan Hotel JW Marriott.

"Saya diminta mengantarkan undangan untuk acara pemilihan. Kalau tidak jelas begini, lebih baik saya pergi. Mereka yang butuh akan menghubungi saya," ujar salah satu dari mereka yang mengaku membawa undangan untuk tiga anggota DPRD Jatim yaitu Achmad Rubaie, Farid Alfauzi, dan Haruna Soemitro.

Kondisi yang kurang lebih serupa ditempuh koalisi F-KB dan F-KB yang memiliki 44 suara. Koalisi strategis yang disokong masing-KH Abdurrahman Wahid dan Akbar Tandjung ini melakukan karantina di Hotel Sommerset, Surabaya. Meskipun demikian, di hotel berbintang empat ini, penjagaan dan pengamanan tidak seketat yang dilakukan di Hotel JW Marriott.

"Bukan karantina, yang kami lakukan di Sommerset hanya untuk memudahkan koordinasi keberangaktan menuju Gedung DPRD Jatim,ö ujar Edy Wahyudi. Bentuk kendornya penjagaan dan pengamanan koalisi pendukung Kahfi-Ridwan ini adalah masih diperkenankannya anggota mengaktifkan telepon selularnya. Sementara untuk pendukung koalisi Imam-Soenarjo, telepon selular haram diaktifkan.

Sebuah upaya melindungi suara memang cukup merepotkan, politik uang nampaknya merupakan hal yang paling ditakutkan bakal bisa mempengaruhi anggota DPRD untuk membuat keputusan berbeda. Sepertinya memang tidak ada loyalitas dan kejujuran yang 100 persen untuk fraksinya, apalagi dalam situasi ekonomi sulit, kebutuhan ekonomi semakin tinggi, membuat orang menjadi semakin kreatif untuk mencari peluang.

Bisa jadi kurungan emas yang berhari-hari dilakukan tetap saja tidak ada artinya, jika materi masih menjadi kiblat utama para anggota DPRD.

inu

No comments: