Monday, February 25, 2008

pkb

BERUBAH. Semua rencana berubah. Itulah yang membuat kesal beberapa pentolan fraksi di DPRD Jawa Timur ketika memasuki ruang rapat paripurna di Gedung DPRD Jatim yang sejuk itu, kemarin siang. Kekesalan itu disebabkan karena skenario happy ending dalam rapat paripurna untuk menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban akhir masa jabatan Gubernur Imam Utomo berubah.

SEMULA, seperti direncanakandalam rapat pimpinan sebelumnya, Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB) yang diprediksi akan menolak LPJ Imam Utomo ditempatkan pada urutan pertama yang tampil membacakan pemandangan akhirnya. Berturut-turut kemudian adalah fraksi yang agak lunak (Fraksi Partai Golongan Karya/F-PG), lunak (Fraksi Gabungan/F-Gab), sangat lunak (F-TNI/Polri), dan paling lunak (Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan/F-PDIP).

Satu jam sebelum sidang, skenario happy ending berubah. Ketua DPRD Jatim yang kemungkinan mendapat desakan dari fraksinya, F-KB, mengambil keputusan untuk mengocok ulang urut-urutan pembacaan pemandangan akhir kelima fraksi. Permohonan Sekretaris F-PDIP Ali Mudji agar fraksinya menjadi penutup dalam pemandangan akhir itu ditolak.

Di tengah upaya skenario happy ending ini, Achmad Rubaie dari F-Gab yang satu perjuangan dengan F-PDIP untuk kembali mencalonkan Imam Utomo mendesak Bisjrie agar fraksinya diberi kesempatan paling akhir. Dengan meminta bantuan Wakil Ketua DPRD Jatim Kolonel (CHB) Masduki, Rubaie menyampaikan permohonan itu dengan alasan fraksinya belum selesai menyusun pemandangan akhir yang ternyata hanya berisi lima halaman dua spasi.

Dalam permohonan yang dititipkan kepada Masduki itu, Rubaie mengatakan, fraksinya akan melakukan boikot jika permohonan F-Gab tidak diluluskan. Bisjrie dalam dilema. Diduga dalam tekanan F-KB, Bisjrie mengambil keputusan sendiri. Diputuskan berturut-turut fraksi yang membacakan pemandangan akhir adalah F-TNI/Polri, F-PG, F-PDIP, F-Gab, dan F-KB. Skenario happy ending berubah menjadi skenario sad ending: penerimaan LPJ Imam Utomo dari empat fraksi ditutup dengan sikap abstain F-KB.

Dan, skenario yang berada di luar perkiraan F-PDIP dan F-Gab ini dipertegas dengan keputusan dua anggota F-KB yaitu Luthfillah Masduqi dan Achmad Alya Sahal untuk memilih walk out dari ruang rapat paripurna yang sejuk itu.

"Dengan mengindahkan demokrasiyang ada diruangan ini. Saya memilih walk out sebagai ungkapan penolkan saya secara pribadi atas LPJ akhir masa jabatan Imam Utomo. Lima tahun memimpin Jatim, Imam Utomo telah menyisakan kesengsaraan,' ujar Luthfillah saat menyampaikan interupsi.

Interupsi itu diselakan sesaat sebelum Bisjire menyimpulkan pemandangan akhir kelima fraksi. Dalam pemandangan akhir itu, empat fraksi pertama menerima, sementara F-KB menilai LPJ akhir masa jabatan Imam Utomo tidak laik diterima dan memilih abstain. Setelah mempersilakan Luthfillah dan Alya Sahal walk out, Bisjrie lalu mempersilahkan Sekretaris DPRD Jatim Akmal Boedianto membacakan keputusan DPRD tentang penetapan LPJ Imam Utomo.

Di luar ruang rapat paripurna, Luthfillah yang terkenal vokal mengkritik kebijakan eksekutif yang tidak memihak rakyat mengatakan bahwa sikapnya untuk walk out merupakan pertanggungjawaban moral kepada mereka yang menjadi korban kebijakan. "Penggusuran warga di bantaran sungai misalnya, tidak ada kebijakan bersifat komprehensif untuk warga yang menjadi korban. Semua sporadis dan baru digarap ketika ada yang berkoar-koar mengkritik," ujarnya.

Sikap Luthfillah sejalan dengan Alya Sahal yang bersama-sama secara khusus mendalami LPJ akhir masa jabatan Imam Utomo dan menyiapkan penilaiannya untuk dibacakan F-KB. "Kalau teman-teman DPRD Jatim terlibat langsung dan sering turun ke lapangan, sikap mereka pasti tidak jauh dari sikap kami. Selama ini, anggota DPRD Jatim hanya menunggu laporan di atas meja tanpa pernah terjun ke bawah tempat rakyat yang diwakilinya berada," gugat Luthfillah.

Keputusan walk out dua anggota F-KB ini terasa janggal jika melihat bahwa fraksi ini merupakan fraksi terbesar dengan 33 anggota yang terang-terangan secara kelembagaan memposisikan Imam Utomo sebagai lawan dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim mendatang.

Namun, kesan janggal ini lantas buru-buru diluruskan Ketua F-KB Fathorrasjid. "Abstain adalah kesantunan politik kami untuk menyatakan penolakan atas Imam Utomo. Kami melihat secara terpisah antara LPJ dan pemilihan gubernur. Dan abstain adalah sikap politik fraksi kami," ujarnya tertawa puas.

inu

No comments: