MESKIPUN telah tiga kali membawakan lagu andalan berjudul Asereje bersama dengan gerakannya yang mendunia, trio kakak beradik asal Cordoba, Spanyol yang tergabung dalam Las Ketchup itu tidak sanggup menggoyang penggemar dan orang-orang yang penasaran atas fenomena mereka di Surabaya.
HENTAKAN perkusi dan suara mendayu Las Ketchup yang didukung sound system yang menggelegar tidak sanggup membangkitkan hasrat ratusan penonton yang duduk manis. Dalam pertunjukan di Ballroom Hotel Shangrila Surabaya, Kamis (3/4) malam lalu itu, penonton terlihat enggan beranjak dari tempat duduknya, apalagi bergoyang mengikuti irama.
Keadaan ini masih ditambah dengan komunikasi yang tidak nyambung, karena bahasa pengantar personel Las Ketchup menggunakan bahasa Spanyol yang tidak dipahami penonton. Apalagi tanpa ada yang berupaya menerjemahkan ajakan Lola, Lucia, dan Pilar Munoz untuk bersama bergoyang Asereje.
Hanya anak-anak tampaknya yang menggandrungi irama Asereje yang mendunia itu. Tanpa harus mengerti bahasa tutur yang mereka ucapkan, belasan anak mampu menangkap bahasa tubuh dan gerak isyarat para penyanyi yang seksi itu.
Tanpa ragu dan perasaan malu sedikit pun, belasan anak yang sebelumnya selama lebih dari dua jam menanti itu naik ke atas panggung. Mereka bergoyang mengikuti ajakan Lola yang lincah dengan memakai bikini merah dan gemulai melambaikan tangannya. Anakanak yang beruntung inilah penggemar sejati Las Ketchup yang mampu memaksa orangtuanya maupun saudara mereka untuk membeli tiket.
Trio Las Ketchup yang sehari sebelumnya sukses tampil di Istora Gelora Bung Karno Jakarta ini bergoyang bersama anakanak dalam iringan musik dan lagu andalan mereka yang akrab di telinga penggemarnya di dunia dan juga Indonesia: Asereje.
"Asereje ja de je de jebe tu de jebere seibiunouva, majavi an de bugui an de buididipi..." begitu bunyi lirik pada refrain lagu Asereje yang dinyanyikan bersama-sama di atas panggung disertai gerakan tangan, kaki, dan seluruh badan seperti yang selama ini kita saksikan di layar kaca dan diperagakan dalam setiap kesempatan acara hiburan yang mengumpulkan massa.
Belasan anak di atas panggung bersama Las Ketchup terlihat asyik dengan lagu dan gerakannya, sementara ratusan lain penonton tetap duduk rapi di kursi mereka. Hanya belasan orangtua yang anaknya naik ke panggung tampak histeris menunjuk-nunjuk anaknya yang sedang bergoyang Asereje bersama bimbingan Lola yang beberapa kali menarik kain yang berkibar-kibar.
UNTUK lagu andalan disertai gerakan yang dinyanyikan sampai tiga kali saja tidak terlalu direspons para penonton yang memilih duduk manis. Jadi bisa dibayangkan bagaimana nasib sejumlah lagu lain yang turut dibawakan penuh perasaan dan penghayatan oleh tiga putri gitaris flamenco asal Cordoba, Spanyol itu.
Setiap akhir sebuah lagu dinyanyikan, penonton merespons dengan hanya bertepuk tangan. Suasana pertunjukan yang diharapkan dapat meriah dan "menggoyang" ruangan berkapasitas sekitar 1.800 orang itu, tidak ubahnya seperti sebuah pertunjukan musik klasik atau seperti pertandingan tenis lapangan di ajang Grand Slam yang tertib dan penuh aturan.
Namun demikian, seusai pertunjukan digelar, beberapa penonton yang dimintai komentarnya mengaku cukup puas dengan pertunjukan Las Ketchup yang digelar di Surabaya oleh Jawa Musikindo dan Lewi Yahya Production itu. "Puas bisa menyaksikan tiga dara Spanyol itu tampil langsung dan bergoyang Asereje seperti di televisi," ujar seorang bapak yang datang ke pertunjukan bersama istri dan tiga anaknya yang sangat ingin menyaksikan gerakan Asereje dibawakan langsung Lola, Lucia, dan Pilar.
Oleh karena itu, begitu anaknya naik ke atas panggung bergoyang Asereje berkat geretan istrinya, bapak asal Surabaya ini merasa lega. "Minimal, bisa memenuhi kerinduan anakanak," ujarnya yang mengaku hanya akrab dengan lagu Asereje saja dari beberapa lagu yang dibawakan.
Meskipun ratusan penonton yang memenuhi separuh tempat yang disediakan hanya mengenal lagu Asereje, lagu lain yang dibawakan dengan dukungan dua backing vocal, pemain kibor, drum, bas, gitar, melodi, dan perkusi mampu mereka nikmati juga.
"Umumnya semua lagu yang dibawakan diiringi dengan musik yang mengentak. Kalau tidak malu, sebenarnya saya ingin turun bergoyang karena iramanya enak untuk bergoyang," ujar Laras (23) yang mengaku penasaran ingin langsung menyaksikan penampilan Las Ketchup.
POPULARITAS lagu Asereje dibanding lagu lain memang sebuah strategi. Lagu lain seperti Kusha Las Playas, Krapuleo, Tenggo Un Nuvio, dan Un De Ves Bu Cuando yang terangkum dalam album Hijas Del Tomate sebenarnya tidak kalah mengentak dan energiknya.
Namun, karena strategi itu terlalu manjur menyedot massa, Asereje-lah yang lantas dieksploitasi habis-habisan. Tidak cukup dua kali dinyanyikan, setelah hengkang dari panggung, pihak panitia mewakili para penonton yang sudah beranjak pergi kembali memanggil Las Ketchup.
Penonton semula bingung dan menanggap pertunjukan dengan durasi sekitar satu jam itu bubar. Namun, baru tiga langkah kaki sebagian besar penonton beranjak dari tempatnya semula duduk, Lola yang energik berbikini merah menyala, Lucia yang tampak anggun dengan tank-top merah muda, dan Pilar yang memakai baju terusan warna serupa dan bersepatu bot kembali ke atas panggung.
Tanpa basa-basi-yang kalaupun dilakukan tetap tidak dipahami karena dalam bahasa Spanyol tanpa terjemahan-Las Ketchup kembali menyanyikan Asereje. Berbeda dengan respons dingin sebelumnya, penonton yang umumnya sudah berdiri di dekat panggung lebih responsif.
Selain belasan anak-anak seperti dua kali lagu itu dibawakan, penonton yang semula tampak malu-malu bergoyang tampil ke depan mengikuti gerakan Lola, Lucia, dan Pilar.
Selama lagu dibawakan, empat gerakan Asereje pun diperagakan secara massal. Gerakan itu pertama, menyilangkan kedua tangan di pinggang sebanyak 4 kali; kedua, menunjuknunjuk dengan jempol tangan kanan dan kiri ke arah belakang kepala secara bergantian; ketiga, mengangkat kedua tangan ke atas kepala lalu memutarmutar pergelangan tangan; dan keempat yang paling terkenal, "mengibar- kibarkan" tungkai dengan cara menggerakkan lutut ke dalam dan keluar.
Seluruh gerakan itu lalu diselaraskan dengan ketukan musik, terutama pada bagian refrain yang dimulai dengan kata "Asereje a..." dan begitulah, Las Ketchup berusaha menggoyang Kota Surabaya yang kurang responsif karena tampaknya sudah terlalu sering digoyang ngebor ala Inul Daratista yang lebih akrobatik namun urung tampil di Surabaya.
inu
Monday, February 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment